8

20K 2.5K 221
                                    

Renjun melangkah menaiki tangga untuk mencapai kamar Chenle dan Jisung, setelah berada didepan pintu kamar pasangan muda itu, renjun mengetuknya dan membuka pintu tersebut perlahan.

"Lele-ya, jisung!! Bangun, sudah waktunya makan malam." Renjun berusaha membangunkan dua adiknya itu dengan cara menggoyangkan tubuh mereka berdua.

"Eunghh.. sudah malam?" Ucap Jisung yang pertama bangun.

"Iya, makan malam sudah siap. Ayo bangun!!" Perintah renjun.

Chenle perlahan bangkit dari tidurnya, dan mengumpulkan sisa nyawanya yang masih melayang entah kemana. Sedangkan renjun memilih membaringkan tubuhnya disebelah chenle yang masih mengumpulkan nyawanya.

"Kau disini ge?" Tanya chenle setelah sadar penuh

"Ya, sejak 5 menit yang lalu lele! kau membuatku menunggu!."

"Maafkan aku ge, dimana jisung?" 

"Dia dikamar mandi, le hari ini kau makan disebelah ku ya? dan biarkan jisung duduk disebelahku juga. Jadi aku yang ditengah." Mohon renjun.

"Eh? memangnya kenapa?" Chenle mulai curiga.

"Tak apa, hanya ingin saja." Jawab renjun terlampau cepat, dan makin menimbulkan rasa penasaran pada diri Chenle.

"Kau terlihat mencurigakan ge, biasanya kau akan duduk di apit empat orang penggilamu itu , tapi kali ini kau malah memintaku dan jisung?"

Renjun gelagapan mendengar pertanyaan chenle.

"Aku hanya bosan lele-ya."

"Aku tidak percaya."

"Kumohon?"

"Hm... tapi beri tahu kami yang sesungguhnya hyung." Ucap jisung yang muncul dari pintu 

"iya iya! nanti aku beritahu kalian, jadi biarkan aku duduk diantara kalian oke?"

"Ya, kami setuju." Ucap Chenle final.

Akhirnya mereka bertiga turun ke dapur dan mengambil tempat masing masing, sesuai rencana. Didapur belum ada satu orang pun yang datang, mereka bertigalah yang pertama kemudian muncul lucas,Jungwoo,Haechan,Mark,Jeno,Jaemin, Ten dan Kun.

Lucas,Jungwoo,Ten dan Kun langsung mengambil tempatnya masing masing, berbeda dengan Mark,Haechan,Jeno dan Jaemin, mereka berempat menunjukkan tatapan bingung dan bertanya pada renjun, pasalnya tempat yang biasa mereka duduki sudah diambil alih oleh Chenle dan Jisung.

"Hei kalian berempat, ada apa? duduklah. Aku sudah lapar." Ucap Ten, membuat mereka berempat mengambil tempat masing masing.

Renjun memilih untuk diam dan tak memperdulikan mereka berempat, seperti misi awalnya. Diam diam renjun menatap ten yang ada diseberangnya, dan mengucapkan terima kasih lewat tatapan mata.

Mereka memulai acara makan dengan hening, berbeda dari biasanya, biasanya ada haechan dan lucas yang akan membuat suasana menjadi riuh, tetapi hari ini haechan hanya memakan makanannya dalam diam, ia memilih makan sambil menatap renjun dengan tatapan yang bisa dibilang mengintimidasi, sama seperti tiga pemuda lainnya. 

Empat pemuda itu membuat suasana menjadi mecekam karena aura gelap yang  mereka keluarkan, mereka bingung pasalnya mereka merasa tak melakukan kesalahan apapun pada renjun, tetapi kenapa hari ini lelaki manis itu memilih makan disebelah chenle dan jisung, bukan hanya itu, renjun terkesan seperti menghindari mereka berempat.

Chenle menyadari ketegangan dimeja makan itu disebabkan oleh empat pemuda yang sedang menahan rasa cemburu. Chenle mendekatkan kepalanya pada telinga renjun dan mulai berbisik.

"Ge, mereka menyeramkan. Apa aku dan jisung akan baik baik saja?" Bisik chenle.

Renjun tertawa pelan menanggapi pertanyaan konyol chenle, membuat atensi empat pria penggila renjun itu teralih dari piring yang berisi makan ke wajah manis renjun yang sedang tertawa bersama Chenle. Tentu saja mereka semakin kesal dan aura gelap semakin menguar.

"Ge! jangan tertawa, mereka makin menyeramkan. Kau tak melihat tatapan tajam mereka itu? kurasa aku bisa terbelah menjadi empat bagian." bisik chenle lagi

"Kau berlebihan lele! mereka tak akan berbuat macam macam." Renjun menanggapi dengan santai sambil mengelus pundak lelaki kelahiran 2001 itu.

Mark sangat jengkel melihat interaksi Chenle dan Renjun, lelaki kesayangannya. Ia dengan sengaja berbatuk untuk mengalihkan perhatian renjun, tetapi dengan sigap haechan mengambil sebuah gelas yang terisi penuh untuk mark.

Renjun hanya bisa menatap interaksi keduanya dengan senyuman yang tak terdefinisi, tanpa sengaja ia menyenggol kaki kun di bawah meja, membuat kun menatapnya bertanya, namun belum sempat renjun menjawab, Kun sudah melihat interaksi Mark dan Haechan, mengartikan renjun menyenggolnya untuk menyuruh kun melihat interaksi Mark dan Haechan.

Kun menganggukkan kepalanya dan mengisyaratkan renjun untuk bersabar, sedangkan renjun hanya membalas maksud kun dengan senyuman manisnya.

Mereka selesai makan dengan damai, walaupun mencekam. Renjun buru buru menggandeng tangan Jisung dan Chenle, tetapi panggilan dari Mark membuatnya menghentikan langkahnya.



Renjun POV.

"Ren, bisa kita bicara?" Ucap mark menghentikan langkahku. Aku menatap Jisung dan Chenle, meminta persetujuan. Keduanya mengangguk dan pergi ke kamar mereka. Sedangkan aku memutar arah dan mendudukan diri disofa tempat Mark,Haechan,Jaemin dan Jeno duduk.

"Ada apa mark hyung?" Tanyaku

"Tidak ada, kau yang ada apa ren?" Tanya Mark hyung lembut.

"Aku? Aku baik baik saja kok." Jawabku berusaha santai.

"Kau menghindari kami ren." Desak Jeno, aku berpura pura kaget untuk menanggapinya.

"Menghindari kalian? Tidak, hei duduk disebelah Chenle dan Jisung bukan berarti aku menjauhi kalian kan?"

"Ya memang, tapi sikapmu seolah mengabaikan kami." Giliran Jaemin menjawab.

"Tidak sama sekali, hanya perasaan kalian saja.."

"Kau tak pandai berbohong ren, jujur lah pada kami." Haechan mulai kelihatan emosi.

"Oh ayolah.. bisakah kalian berhenti melebih-lebihkan masalah?" Ucapku mulai jengah juga.

"Kau bilang kami melebih lebihkan?" Jaemin bertanya dengan wajah mengeras.

"Memang begitu adanya kan? Kalian berlebihan."

"Kami tidak, kau mulai berubah ren." Mark yang dari tadi diam mulai buka suara.

"Benar kata mark hyung, kau berubah ren, tak seperti renjun yang kami kenal." Ucap Jeno pelan namun terdengar menusuk.

"Terserah kalian, lagian aku tak harus selalu ada disekeliling kalian kan?" Aku benar benar jengah.

"Apa maksudmu ren?" Tanya haechan, terlihat menahan emosi.

"Kalian tak akan merasakan kesepian walau aku tak berada di sekitar kalian. Jadi berhenti melebih- lebihkan. Aku pergi." tanpa sadar aku mengungkap sedikit rasa hatiku.

Aku benar benar muak, dan pergi dari ruang tamu menuju kamar yang termuda. Aku yakin jika aku bertahan lebih lama disana, sudah pasti aku akan mengungkap apa yang selama ini aku pendam, dan berakhir menangis disana. Dan aku tak ingin mereka melihat sisi lemahku, jadi lebih baik aku pergi kan?

TBC.

Double update gapapa kan yes

Thirdwheel ; [00 Line + MARK]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora