9

19.5K 2.4K 72
                                    


Renjun POV

Aku melangkahkan kakiku menuju kamar Jisung dan chenle, sambil berusaha menahan tangis.

Bukan karena rasa sedih dan kecewa, rasa jengkel lebih mendominasi. Ya, ini lah aku, yang jika sudah sangat jengkel akan menangis.

Tanpa mengetuk, aku langsung membuka pintu kamar dua bocah menyebalkan itu, dan menutup pintunya dengan sedikit bantingan.

Dua kepala itu menengok untuk melihat apa yang terjadi, sedangkan aku masih sibuk merutuk dan mensugesti diri agar tidak menangis.

"Hyung? Ada apa?" Tanya jisung heran.

Aku menatapnya dan menjawab setelah diriku mulai merasa tenang.

"Aku baik jisung-ah."

"Tapi kau terlihat seperti akan menangis hyung." Jawab jisung.

"Ya memang begitu, tapi aku sedang berusaha agar tidak menangis. Paham?"

"Ehh? Tadi kau bilang baik, kenapa sekarang malah berkata akan menangis?" Chenle membalas perkataan renjun.

"Aishh sudahlah, kalian mau tau apa yang terjadi antara aku dan empat orang itu kan? Aku ceritakan."

Mereka tak menjawab perkataanku dan hanya mengagguk antusias. Kutarik napas panjang dan memilih mendudukan diri dikasur jisung yang kosong, tentu saja kosong karena kenyataannya pasangan itu lebih sering tidur berdua dibanding tidur dikasur masing masing.

"Ge? Ayo ceritaa" desak chenle tak sabaran.

"Iya sebentar, biarkan aku mengambil nafas dulu."

Sekali lagi aku mengambil napas dan mulai bercerita.

"Jadi... aku memutuskan untuk menjauh dari mereka berempat." Terlihat jelas wajah shock dari duo magnae itu.

"Kenapa hyung?"

"Kau sudah tau jawabannya sungie."

"Tidak hyung, aku dan chenle masih tak mengerti."

"Aish, jadi kalian tau bukan? Mereka itu sudah dekat semenjak SMRookies, dan aku hanyalah pendatang. Kau tau? Aku merasa seperti berdiri diantara mereka."

"Lalu apa masalahnya ge? Aku juga begitu kok, sama sepertimu." Tanya chenle tak mengerti.

"Memang lele-ya, tapi aku merasa Mark hyung dan haechan ada hubungan spesial, begitu juga dengan jaemin dan jeno. Bahkan tak jarang aku melihat Jaemin yang bermanja-manja pada Mark hyung dan Jeno dengan Haechan yang sering bersmesraan. Aku merasa seperti aku menjadi pihak ketiga diantara hubungan keduanya. Jadi aku memutuskan untuk mundur."

Jisung dan chenle menganggukkan kepala mengerti. Tapi masih tak puas dengan fakta yang ada.

"Jadi kau merasa seperti menjadi penghalang di hubungan mereka?" Terka chenle.

"Ahh kau merasa dirimu adalah penyebab mereka belum meresmikan hubungan juga?" Kali ini jisung yang berbicara.

"Wahh kita memang jenius sung!" Pekik chenle.

"sekarang kalian sudah tau kan? Jadi, bantu aku untuk menghindar dari mereka."

"Untuk itu kami tak bisa bantu ge, kau tau watak mereka."

"Setidaknya biarkan aku selalu berada disekitar kalian."

"Oke, kalau soal itu aku setuju. Oh iya ge, tadi kenapa kau terlihat seperti ingin menangis?" Tanya chenle

"Oh? Kau sungguh ingin tau?"

"Tentu, ku yakin jisung juga penasaran, iya kan ji?" Chenle mencoba mencari pembelaan, dan tentu diangguki oleh jisung

"Jadi.. mereka tadi marah, tidak. Kurasa mereka hanya jengkel, mereka cemburu karena hari ini aku duduk disebelah kalian."

"Hanya itu?"

"Mereka juga bilang, aku seperti menghindari mereka. Tapi memang itu motifku duduk diantara kalian."

"Jadi bagaimana keadaan kalian sekarang?"

"Buruk, tadi aku sedikit terbawa emosi, aku jengah dengan tingkah mereka yang berlebihan, mereka marah hanya karena aku duduk diantara kalian. Padahal walaupun aku duduk diantara mereka, perhatian mereka pun tak akan kudapat. Jadi buat apa aku duduk diantara mereka?" Jelasku panjang lebar

"Eiyy, jadi kau sedang cemburu ge?"

"Hahaha kau ini hyung, bilang saja cemburu. Sok jual mahal."

"Kalian ini!!" Ucapku kesal dan menenggelamkan diri dalam selimut jisung.

"Ge, apa kau yakin dengan keputusanmu?"

"Aku sangat yakin lele, kau sendiri tau kan, saat mereka bersama? Bagaimana kedekatan mereka, sentuhan mereka, tatapan terhadap satu sama lain, dan yang lainnya, itu semua sudah cukup jelas untuk membuatku mundur."

"Bukankah akan terasa sangat menyakitkan hyung?"

"Memang, tapi ini demi kebaikan kami jisung-ah, biar aku yang sakit sendiri, daripada menyakiti empat perasaan bukan?"

"Tapi pikirkan juga perasaanmu hyung."

"Aku yakin aku akan baik baik saja jisung-ah."

Suasana hening, aku sibuk memikirkan perdebatanku tadi, aku merasa bersalah dengan pergi begitu saja. Seharusnya aku tak terbawa emosi.

"Lele, jisung, bagaimana ini? Sepertinya suasana dorm akan sedikit berubah?"

"Hah? Memangnya kenapa hyung?"

"Aku bertengkar dengan mereka berempat, sudah pasti akan terasa canggung kan?"

"Sudah pasti akan canggung, tapi mau bagaimana lagi? Kau mau meminta maaf pada mereka ge?"

"Tentu saja tidak. Bukannya ini bagus? Aku jadi mudah menjauhi mereka kan?"

"Aku tak yakin kau bisa menjauh dari mereka ge."

"Kenapa? Jangan ragukan aku lele!"

"Lele bukanmeragukanmu hyung. Lele meragukan empat orang itu, mereka tak bisa hidup tanpamu hyung."

"Berlebihan. Aku tak berpikir demikian tuh, malah sepertinya bila aku menjauh pun mereka tak akan sadar."

"Mau taruhan?" Ajak chenle.

"Akan kubelikan kalian dua loyang pizza jika aku gagal menjauhi mereka." Ucapku tegas.

"Baik, aku dan chenle akan memberikanmu boneka moomin paling besar ditoko yang kita kunjungi waktu itu, bila kau berhasil" Tantang jisung.

"Kategori menjauhnya seperti apa?" Renjun berusaha memperinci taruhan mereka.

"Tak ada sentuhan, pelukan, dan ciuman." Ucap Jisung

"Hei, itu tak aci. Mereka suka memelukku tiba tiba."

"Ya disitulah tantangannya ge, kau harus menghindar."

"Baik, kuterima. Jangka waktunya?"

"Seminggu."

"Call."


TBC.

Hmmm, triple lah sekali kali

Thirdwheel ; [00 Line + MARK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang