Langit biru dalam hitung menit berubah jingga.
Di sela-sela biang rampak, sinar syamsu menyusup jauh ke pusat rimba.Kulihat awan kelabu di sana.
Nampak bibir jenggala yang rimbun. Namun, pusat rimba hampa tak bertunas.Alas penggambaran kaum murba.
Pemimpin hidup bahagia, menutup mata negara agar tak menatap kemirisan yang ada.
Benteng-benteng dibuatnya tinggi, menghalang perubahan yang berusaha mematikan mereka.Pemimpin keji terus menambah kebahagiaan diri sendiri.
Pemimpi hanya akan terus bermimpi.Pekik kesengsaraan diabaikan tanpa perasaan.
Jauh di relung hati, mereka mendambakan perubahan.Vadhianatta
YOU ARE READING
PeNata
PoetryAku adalah pujangga yang tak selamanya bahagia. Namun sebisa mungkin aku harus bisa bersandiwara agar pembaca bisa ikut merasa. Jangan lupa tinggalkan bekas baca dengan memberi vote yang kau punya.💃