Chapter 2 : disappear?

6.4K 232 17
                                    

Terima kasih telah membuat hari-hariku lebih berwarna. Aku tidak akan melupakan itu semua.

Adara Agatha

Jika aku adalah alasan yang menciptakan warna dalam hidupmu. Itu salah besar! Bukan aku. Tapi, sebuah rasa.

Devano Alberta

Dara beserta kedua orangtuanya tengah menyantap sarapan di meja makan. Ia masih memikirkan sesuatu yang sedari tadi mengganjel di hatinya. Reno melihat Dara hanya mengaduk-aduk makanan. Membuat dahinya berlipat-lipat.

"Sayang, Kamu kenapa? Kok makanannya nggak dimakan?"

"Iya, kamu tuh kenapa? Kayak orang kebingungan gitu? Ada masalah? kalo ada cerita sama Mama," saran Nova.

"Dara nggak ada masalah, kok. Cuma perasaan Dara nggak enak aja. Nggak tahu kenapa." Itulah dipikirkan Dara sedari tadi. Wajahnya tampak berkerut dan lesu.

"Kalau kamu merasa gelisah. Sebaiknya jangan sekolah hari ini. Nanti takutnya terjadi apa-apa sama kamu," saran Reno lagi.

Mama mengangguk setuju.

"Benar apa yang dibilang sama Papa kamu."

"Kayaknya hari ini aku harus ke sekolah. Karena, ada presentasi biologi yang nggak bisa ditinggalkan," balas Dara.

Senyum tulus terpancar dari bibir Nova.

"Ya ... kalau itu mau kamu tidak apa-apa, terpenting Mama sama Papa selalu berdoa agar anak mama selalu dijaga sama Allah."

Dara memanggut dan meraih tasnya.

"Umn, Dara berang dulu, ya? See you." Beranjak pergi.

"Be careful," teriak Nova.

Dara berjalan menuju pintu tanpa mengalihkan fokusnya dari ponsel tengah dimainkan.

"Pak kita berangkat sekarang!"

"Yuk!" sahut pria sembari memberikan sebuket bunga melati segar tepat di depan wajah Dara. Sepertinya suara itu tidak asing. Dara mendongak segera.

"Devan, kok kamu ada di sini?"

Devan tersenyum sembari menyodorkan sebuket bunga itu.

"Nih buat kamu!"

Dengan raut sumringah. Dara menerimanya.

"Thanks, Dev."

Devan melirik arlojinya.

"Yuk berangkat! Nanti telat."

Devan membukakan pintu mobilnya untuk Dara. Kemudian, melajukan mobil dengan kecepatan standar.

"Di dalam hidup kamu ada laki-laki yang kamu suka selain aku?"

"Ada," balas Dara spontan tanpa menoleh.

"Siapa?" Kontan Devan menoleh.

Dara menopang dagunya seakan mendekat ke arah wajah Devan.

"Mau tau aja atau mau tahu banget?"

"Dara, jangan becanda. Aku serius!" Devan tidak sabar ingin tahu.

Dara menjauhkan tatapannya dari Devan. Wajahnya berubah dingin.

"Mang Ujang!" ungkap Dara.

Alis milik Devan bertautan.

"Mang Ujang? Mang Ujang bukannya tukang kebun di rumah kamu yang udah punya istri dua anak empat itu, bukan?"

Dara tertawa lepas. Membuat Devan berdecak bingung.

Queen Of BAD GIRL ✔(Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang