Chapter 39 : Real Mask.

1.9K 48 0
                                    

"Ngapain sih kalian, nggak Irene atau lo terlalu sibuk memikirkan keadaan dia?"

"Kok lo ngomong gitu tentang sahabat lo sendiri?"

"Ya--ya gue bosan aja. Kalian terlalu memikirkan sahabat yang sama sekali tidak memikirkan kita!" erang Nancy menatap pemandangan cerah di balkon kamarnya tanpa menoleh ke arah Chika sedikit pun.

Raut wajah Chika mulai mengerut. "Kenapa lo selalu nyuruh kita nggak peduli lagi sama Adara?"

Gadis berbaju kaos biru dengan celana jeans panjang itu menoleh menatap Chika.

"Gue capek Chika! Gue nggak bisa selalu sabar sama orang yang menganggap kita itu nggak penting!"

Chika tersenyum miring. "Gue nggak ngerti sama jalan pikiran lo, Nan. Serah!"

Dengan wajah kesal, Chika pergi tanpa pamit satu katapun ke wanita berpakaian biru tak berlengan itu.

Nancy mengepal tangannya kuat, menatap punggung Chika yang semakin jauh semakin menghilang. "Bagaimana bisa seekor macan yang terluka menjaga seekor domba yang tak lebih berstatus mangsanya sendiri!"

♡♡♡

"Dara ...," lirih Dylan sembari mendekatkan punggung tangan wanitanya ke pipi. "Kapan kamu kembali?"

"Gue nggak akan kembali buat lo, Dylan." Suara berasal dari mulut gadis yang masih memejamkan mata.

Dylan tergigau. "Kamu sudah sadar?"

"Tapi bukan untuk, lo!" terang Dara membukan mata tanpa menatap pria di sebelah kirinya.

Dylan mencoba untuk sabar. Kesadaran akan Dara membuatnya sangat bahagia. Bibirnya melengkung membentuk senyuman yang tulus. Tapi, kenapa Adara berbicara seperti itu. Ingin bertanya, tapi dia teringat kembali dengan penjelasan Cantika. Bahwa, Adara memiliki mood yang sering berubah-ubah.

Dylan pernah menghadapi Dira dengan sabar yang tengah mengalami depresi berat di kala itu. Tetapi tidak terlalu aneh. Entah depresi apa yang menimpa Dira, sahabatnya itu. Terpenting sekarang, dia harus sabar kembali untuk Adara.

"Kamu mau apa? Mau minum?" tanya Dylan lembut.

"Gue mau lo mati!"

Deg

Mata Dylan membelalak. Badannya bergetar bukan main. Apa maksud Adara? Wanitanya ingin ia pergi selamanya.

"Maksud kamu?"

Dara tersenyum hambar. "Aku becanda Dylan."

Dylan menghela lega. Berpacaran dengan gadis bipolar itu seringkali membuatnya jantungnya tidak aman dan suasana yang dirasakan mulai sedikit menyeramkan. Terlalu extream rasanya.

Gadis ini berusaha untuk duduk. Wajahnya pucat pasi, lingkaran hitam membulat sempurna di mata sipitnya itu.

"Kamu mau ngapain? Mendingan kamu berbaring aja," cegah Dylan.

Dara bersikeras ingin duduk dan memeluk Dylan mendadak.

"Aku kangen kamu, Dylan."

Dylan tersenyum tulus. "Aku juga."

Di balik kata manisnya gadis itu. Tersembunyi sebuah senyum mematikan.

Dylan mencoba menjauhkan Adara dari tubuhnya. Ia merasakan sesak nafas karena pelukan wanitanya ini semakin lama semakin kencang.

"Kok dilepasin?"

"Pelukan kamu kenapa erat banget?" tanya Dylan sembari tertawa kecil agar tidak membuat Dara marah atau sedih.

Queen Of BAD GIRL ✔(Completed) Where stories live. Discover now