Day 9

22 7 0
                                    

Hanging Out With Friends

Aruka Kugori x Seizouru Shiiya

*

"Oy, Kugori!"

Lelaki bersurai pirang itu menoleh. Mengernyit heran pada sosok bermahkota cokelat susu yang mengejar dirinya. Semakin heran ketika melihatnya ada di depan muka.

"Ada apa?" tanyanya singkat.

"Kau mau menemaniku berbelanja hari ini? Ke mall," ujar perempuan itu.

"Hee ... Tumben sekali kau yang mengajak terlebih dahulu. Apakah hari ini kau sedang sakit, Shiiya?" Jemari Kugori bergerak ke depan. Menempelkan diri di dahi tertutup poni lebat itu.

Ia hanya tersenyum miring setelah tangannya ditepis begitu saja. Berarti dugaannya salah.

"Baguslah kalau kau tidak sakit. Namun, aku serius. Ada apa sehingga kau mendadak bertingkah seperti ini?"

"Aku ingin membelikan sesuatu untuk sepupuku sebagai hadiah Halloween esok. Karena aku tidak suka sendiri, akhirnya aku mengajak kalian."

"Kalian?"

"Yups! Selain dirimu, aku juga mengajak Riu. Kau juga ajaklah temanmu, si Yoota Keichi itu lho." Shiiya menyikut lengan Kugori, kemudian memberikan senyum kecilnya.

"Hah. Kukira hanya kita berdua yang pergi," dengkus Kugori tak suka.

"Dan tak mungkin aku akan mengajakmu terlebih dahulu jika hanya kita yang pergi, Kuso otoko."

"Berhenti memanggilku seperti itu, Baka!" Sentilan pun mendarat dengan mulus pada dahi Shiiya seiring ucapan Kugori yang mengatakannya bodoh itu.

"Terserah kau saja. Intinya aku ingin kita berkumpul di halte sekolah, jam sepuluh pagi esok minggu. Ingat itu!"

Shiiya melengos, lalu melenggang begitu saja meninggalkan Kugori yang hanya terdiam melihatnya.

***

Keesokannya, sesuai janji. Halte sekolah yang biasanya kosong kini terisi dengan dua lelaki tinggi. Yang berambut pirang sibuk memainkan ponselnya. Sementara yang berambut marun malah asyik mendengarkan lagu.

"Jadi, kapan Shiiya dan Riu akan datang, hm?" tanya si Marun.

"Mereka bilang seben-"

"Minnaa!!"

Keduanya menoleh ke sebelah kanan. Dimana perempuan bersurai cokelat dan hitam kemerahan mendatangi mereka.

"Panjang umur rupanya kalian," celetuk si Marun lagi.

"Tentu saja. Jika tidak, maka kami tidak akan menemui kalian." Perempuan bermahkota hitam kemerahan itu menyahut. Kemudian memberikan tatapan malasnya kepada si Marun.

"Berhenti saling membalas seperti itu, Keichi, Riu. Kalau kalian lanjut, tidak akan selesai masalah ini." Kugori menengahi. Tatapan tajamnya berhasil membuat keduanya diam.

"Sudah sudah. Lebih baik kita pergi saja sekarang. " Shiiya segera menggamit lengan Riu, mengajaknya meninggalkan Kugori dan Keichi yang beradu pandang.

Di mall terdekat, mereka memutuskan untuk ke toko buku terlebih dahulu. Mengingat sepupu Shiiya tersebut sangat suka menulis dan membaca, jadi tak salah jika mencarikannya beberapa referensi.

"Riu, menurutmu bagaimana novel ini?" Sebuah novel dengan cover sewarna jelaga beralih tangan. Gadis keturunan negeri seberang itu memperhatikan bagian blurb di belakang benda itu.

"Menarik. Blurb-nya cukup membuatku penasaran. Mungkin sepupumu itu akan suka dengan yang ini." Riu mengembalikan novel tersebut kepada Shiiya.

"Benarkah? Yokatta ... Soalnya setahuku ia kurang menyukai genre science fiction seperti ini."

"Sudahlah. Dan kuyakin ia tidak akan menolaknya jika itu darimu," sambung Riu. Shiiya pun mengangguk. Lantas kembali memilah buku di depannya.

"Ngomong-ngomong, nama sepupumu itu siapa?" tanyanya lagi.

"Yousuka Ainawa dan Amayana Aya. Mereka berdua kebetulan sekali hobi menulis. Sayangnya Ainawa berada di Osaka, lalu Aya berada di ... Ah, aku lupa. Dia sekarang berada di Shinjuku atau Yokohama ya?"

Riu terkikik kecil melihat Shiiya yang kebingungan sendiri. Saudara mana yang sampai lupa akan tempat saudaranya yang lain? Aneh memang.

"Sudahlah. Sekarang kita berkumpul dulu. Kedua makhluk itu berada di mana sekarang?" Shiiya menengok ke sekeliling. Sayangnya netranya tidak menemukan keberadaan Kugori ataupun Keichi di dalam toko buku itu.

"Mereka mungkin keluar. Setahuku di samping toko ini ada toko game. Kau tahu kan mereka seperti apa?" Lagi-lagi Riu tertawa membayangkan keduanya meributkan suatu game.

Kedua gadis Tokyo itu segera membayar belanjaan mereka. Diiringi dengan senyum ramah pegawai toko itu, keduanya dengan segera keluar lalu masuk lagi ke toko yang mereka duga.

Benar saja. Baru mereka melewati pintu kaca, sosok dengan kepala berwarna pirang dan marun terlihat jelas di pojokan. Alhasil keduanya menggelengkan milik mereka sendiri.

"Itu kan versi lawasnya. Karakter game-nya kurang banyak. Lebih baik versi terbaru saja."

"Tidak. Aku ingin yang lawas. Ada rute yang belum aku selesaikan. Akunku yang dulu rusak."

"Akunmu yang mana?"

"Ah, seperti kau tidak tahu saja."

Percakapan singkat di atas terdengar kala Shiiya dan Riu mengendap-ngendap di belakang kedua pemuda itu. Benar-benar maniak.

"Apa kalian sudah selesai berdebat, Tuan-tuan?"

Empat pasang netra multi warna bertemu satu sama lain. Hitam yang menyipit memandang malas pada marun yang cengengesan. Sementara yang hazel mendelik sebal pada ruby yang menatapnya datar.

"Kalian sudah selesai?" Patahan kalimat itu keluar dari bibir Keichi.

"Tentu saja. Jika tidak, tentu kami tidak akan berada di sini untuk mencari kalian, Baka!" Riu pun melayangkan cubitan kepada lengan atletis itu. Tentu saja Keichi segera menghindarinya.

Mengabaikan sepasang manusia yang nyaris bertengkar selalu setiap bertemu itu, Shiiya dan Kugori malah mendiskusikan sesuatu.

"Osaka?"

"Iya. Sepupuku yang ada di sana mengundangku untuk merayakan Halloween di asramanya. Kau ingat adik sepupuku yang bernama Yousuka Ainawa kan?" Berkata seperti itu, Shiiya menunjukkan sebuah foto dengan tiga gadis di dalamnya.

"Yang mata cokelat dan berkacamata," lanjutnya kala Kugori tidak memberikan respon.

"Ah, dia ya. Yang dulu nyaris tenggelam ketika kita bersama-sama ke Moon Beach kan?" Tanya itu diangguki dengan cepat oleh Shiiya.

"Ya semoga saja aku tidak punya jadwal apapun di hari itu. Sehingga kita bisa pergi ke Osaka bersama," ucap Kugori akhirnya.

"Yosh! Arigatou, Kugori!" Kugori mengangguk singkat melihat Shiiya yang tersenyum kecil kepadanya.

Mereka berdua menoleh ketika mendengar panggilan Keichi dan Riu yang bosan karena menunggu. Membuat mereka tertawa lepas.

Setelah keperluan para lelaki itu kelar, akhirnya kegiatan jalan-jalan kali itu disudahi tepat ketika jam makan siang.

*

913 words

Day 9, end.

[Completed] 30 Days OTP ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang