Day 23

25 6 4
                                    

Arguing

Tokugawa Ieyasu x Asakura Haruka

© Cybird and Voltage

*

Udara masih dingin ketika ia terbangun dari futon-nya. Gerakannya yang tergesa-gesa tidak sengaja membuat sosok di sampingnya terbangun. Tak peduli, ia segera berlari ke kamar mandi lantas segera memuntahkan isi perutnya.

"Ainawa, kau tidak apa-apa?"

Wanita itu menoleh. Tatapannya yang sayu memperparah keadaannya yang tengah mengusap bibirnya. Ainawa tidak menjawab. Tubuhnya memutar ke tempat semula untuk kembali memuntahkan sesuatu dari perutnya.

Melihat Ainawa yang seketika lemas seperti itu, akhirnya lelaki itu —Nobunaga— membopongnya keluar dari kamar mandi. Lalu menidurkan wanita itu kembali di futon-nya.

***

Di pagi harinya, terlihat sosok berambut pirang. Sepertinya ia buru-buru mengingat langkahnya yang besar dan tergesa-gesa. Sehingga nyaris akan menabrak seseorang yang ia lewati.

"Ieyasu-san? Mengapa kau terburu-buru seperti itu?" Sosok dengan mahkota hitam kemerahan itu bertanya.

"Ah, kebetulan sekali kau ada di sini, Haruka. Kalau begitu, ikut denganku!" Tanpa basa-basi, Ieyasu menarik lengan yang menggunakan kimono hijau itu. Tak memberi izin kepada Haruka untuk protes.

Langkah mereka berdua terhenti di dapur. Ieyasu pun cekatan untuk membongkar barang bawaannya, lupa kalau ada Haruka.

"Ieyasu-san? Sebenarnya apa yang terjadi?"

"Maaf tidak menjelaskan padamu. Aku mendapatkan tugas khusus dari Nobunaga-sama."

"Apa itu?"

"Ainawa mendadak muntah-muntah semalam hingga nyaris pingsan karena lemas. Dan beliau menyuruhku untuk membuatkannya obat."

Haruka ber-"oh" ria. Ia tak terkejut dengan hal itu. Karena lelaki penyandang marga Tokugawa di depannya ini memang ahli dalam obat-obatan; selain berperan sebagai penyusun strategi perang.

"Lalu, untuk apa kau mengajakku ke sini?" Haruka melemparkan tanya melihat Ieyasu yang sibuk mencuci beberapa bahan herbal di sana.

"Tentu saja untuk membantuku. Kau cucilah tanaman yang lain."

Perintah sepihak itu membuat Haruka mengeryit. Fakta lain tentang lelaki itu; suka memerintah orang seenak jidat.

Namun, toh ia pun menurut. Diambilnya tanaman di atas meja. Bentuknya yang lebih mirip akar-akaran terlihat aneh. Sayangnya, Haruka tidak dapat menanyakan perihal itu mengingat mereka harus cepat mengolahnya.

Ia dan Ieyasu berbagi tugas. Dengan instruksi lelaki itu, ia memotong-motong bahan herbal itu sesuai dengan ukuran dan bentuknya. Sementara Ieyasu sendiri meracik semua bahan itu menjadi sup dengan bau menggoda.

"Bagaimana menurutmu?" Ieyasu menatap datar pada Haruka yang mencicipi sup tersebut.

"Enak. Namun ..."

"Ada apa?"

"Mengapa sup ini ... Terlalu pedas?"

"Ha? Apa maksudmu, Haruka? Sup ini hanya panas, bukan pedas."

Berkata seperti itu, Ieyasu mengambil alih mangkuk kecil di tangan Haruka. Mengisinya dengan sup itu, lalu mencicipinya.

"Ini seperti yang biasa, Haruka. Hanya sedikit lebih panas karena aku menambahinya dengan jahe merah saja."

[Completed] 30 Days OTP ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang