Chapter 27 : When it Come

16K 1.6K 55
                                    

Maaf aku ngga rutin up

.

Jungkook memasuki apartment milik Namjoon dan Seokjin, namun tampak sepi. Akhirnya Jungkook berjalan menuju dapur dan melihat Seokjin tengah sibuk memasak. "Hyung" panggil Jungkook membuat Seokjin menoleh. "Kau sudah pulang?" Jungkook hanya mengangguk sembari tersenyum. Seokjin menatap si manis dari atas hingga bawah. "Kau di pinjami baju oleh Mingyu?" Jungkook menautkan alis bingung. "Huh?"

"Apa semalam kau kebasahan? Maksudku, Namjoon memberi tahu jika kau terjebak hujan dan menginap di apartemen Mingyu" Jungkook terdiam, Namjoon sengaja berbohong. Jungkook bingung kenapa Namjoon bisa berkata seperti itu? Apa ia tahu jika dirinya pergi bersama Taehyung?

Lamunan Jungkook buyar ketika Seokjin melambaikan tangan di depan wajahnya. "Kau kenapa?"
"Aku tak apa, ayo ku bantu memasak hyung!" Jungkook mengalihkan pembicaraan dan mulai sibuk membantu Seokjin memasak, ia hanya takut Seokjin curiga. Pria cantik itu mengangkat bahu, lalu kembali memasak tanpa sedikitpun kecurigaan.

.

Seorang pria bersetelan rapi tergesa dalam langkahnya. Tanpa mengetuk pintu, si pria langsung memasuki ruangan atasan nya. "Tuan!" Panggilnya. Pria yang di panggil Tuan menoleh dan ingin mengumpat. "Pabrik di busan di ledakan oleh Kim Taehyung" ujar si pria. Jimin selaku pemilik perusahaan tersebut lantas terlihat murka. "Brengsek!!" Sang sekretaris merasa prihatin serta sedikit takut melihat tuan nya murka. "Kita mengalami rugi yang cukup besar, dan banyak para pekerja yang tewas".

Jimin beranjak dari mejanya, berjalan mendekati dinding kaca yang menampakan kota Seoul. "Sebegitu berharganya kah bocah itu?" Si pria terkekeh remeh. 'Apa aku harus lakukan hal yang sama untuk Yoongi?' Pikirnya sambil melamun. Jujur, Jimin masih mencintai Yoongi. Kehilangan Yoongi bak kehilangan nyawa, namun pikiran pendek yang menguasai membuatnya kehilangan sosok pujaan hati. Jimin rindu, bahkan sangat rindu.

.

Jungkook sedang menonton TV di ruang tamu, dan semua tengah menayangkan berita yang sama. Salah satu pabrik perusahaan besar tiba-tiba meledak hingga banyak memakan korban. "Tega sekali, betapa sedihnya keluarga korban" gumam Jungkook yang masih terfokus pada layar TV. Tak lama Seokjin ikut bergabung dan duduk di sebelah Jungkook. "Dunia bisnis memang kejam" ujar Seokjin sambil menatap TV.

"Betul, lihatlah hyung! Berapa banyak nyawa tak bersalah yang menjadi korban?" Jawab si manis dengan iba. "Ingin ku cekik si brengsek itu" gemas Jungkook sambil mencekik bantal di pangkuan nya. Melihat itu, Seokjin terkekeh dan mengusak rambut yang lebih muda, lalu kembali fokus pada TV. Tak tahu saja jika si brengsek yang ingin Jungkook cekik adalah pria yang ia cinta, Taehyung.

"Hyung, aku akan masuk sekolah mulai besok" ujar Jungkook sambil mengambil kue kering dari toples kaca. "Apa sudah merasa baik?"
"Hm~ sudah terlalu lama aku tak masuk dan sebentar lagi ujian kelulusan, setidaknya aku lulus SMA" Seokjin menghela nafas kemudian tersenyum. "Jaga kesehatan mu!"
"Aye aye captain!" Keduanya tertawa.

"Jungkook, aku ingin kau tinggal bersama ku dan Namjoon disini. Apa kau mau?" Tanya Seokjin. Jungkook terlihat ragu. "Aku bisa tinggal di apartemen lama, lagipula aku hanya merepotkan kalian" ujar Jungkook tak enak. "Kau tidak merepotkan, aku dan Namjoon sudah sepakat agar kau tinggal bersama kami. Kami hanya ingin kau aman" Seokjin menggenggam tangan Jungkook menatap si pemuda memohon. Jungkook memang mulai di hantui rasa takut, terlebih ia sudah di celakai dua kali.

"Bagaimana? Kami menyayangimu hingga begitu khawatir akan keselamatan mu. Lagipula jarak dari sini kesekolah mu sangat dekat" Seokjin meyakinkan. Jungkook bimbang, disisi lain merasa takut, namun ia juga takut merepotkan kedua hyung nya itu. "Ayolah, aku tak akan memaafkan diriku jika terjadi sesuatu padamu!"
"Eung~ baiklah hyung" jawab Jungkook pelan. Seokjin lantas tersenyum lalu mengusak rambut si manis.

"Nanti ku temani bersama Namjoon agar memindahkan barang mu"
"Tak perlu hyung! Lagipula aku hanya ingin menjemput pakaian, tak ada barang lainnya." Seokjin menghela nafas. "Baiklah, setidaknya Namjoon yang mengantar.. Tak menerima penolakan" bantah Seokjin melihat Jungkook yang hendak menyela. Pemuda manis itu hanya mengangguk pasrah.

.

Taehyung tengah berada di club miliknya, dentuman alunan musik begitu memekakan telinga. Si pria tengah duduk di sofa dengan segelas Sampanye Armand de Brignac Midas di tangan. Pandangan nya masih tersirat amarah membuat suasana disekitarnya sedikit suram. Bahkan para wanita jalang yang biasanya selalu menempeli tak berani mengusik si pria. Karena mereka tahu, jika sang bos besar sedang tak ingin di ganggu.

Ponsel Taehyung yang berada di atas meja berdering, namun mengabaikan panggilan itu. Ia hanya diam sembari memainkan gelas di tangan nya. Hingga kedatangan seorang pria membuat rahangnya mengeras. Pria itu tersenyum remeh kemudian duduk dihadapan Taehyung. "Lama tak jumpa, Kim" sapanya. Taehyung menaruh gelas kaca itu di atas meja, kemudian melipat kedua tangan didada dengan gaya santainya. "Lama tak bertemu, Park" Taehyung ikut tersenyum remeh menatap Pria bermarga Park di depan nya.

Taehyung memanggil seorang pelayan, tak lama datang seorang pemuda dengan sebuah nampan berisi gelas serta sebotol Koktail The Winston. Jimin terkekeh menatap segelas koktail yang sudah tersaji. "Kau tak lupa kesukaan ku" Taehyung hanya mengangkat bahu tak acuh, lalu meneguk Sampanye nya hingga tak tersisa. Jimin pun ikut meneguk minuman nya, mata terpicing saat menikmati cairan favorite melewati tenggorokan.

"Bagaimana pabrik mu?" Taehyung membuka pembicaraan. Jimin menghela nafas sambil berdecak kesal. "Sialan, rugiku terlalu besar. Namun tak sebanding dengan pengkhianatan Yoongi padaku" Taehyung terkekeh pelan. "Kau saja yang terlalu bodoh, cih! Cinta" remeh Taehyung sambil menuang sampanye ke gelasnya. "Gila Kim! Seperti kau tidak saja" remeh Jimin sembari menatap sekitarnya. "Aku tidak!" Bantah Taehyung menatap Jimin tajam. "Tsk! Lalu untuk apa kau membalasku saat bocah itu terluka?" Skakmat! Taehyung membatu sejenak. "Dia jalang favorite ku, asal kau tahu saja" Taehyung mulai menenggak sampanye nya. "Jalang?" Tanya Jimin. "Ya~ budak seks ku" jawab Taehyung santai.

"Sejak kapan Kim Taehyung tertarik pada anal?" Kekeh Jimin. "Hanya ingin, apa masalah mu?" Taehyung mengangkat sebelah alisnya. Jimin hanya mengangkat bahu tak acuh lalu menenggak sisa koktail nya. "Dari mana kau dapatkan bocah seksi itu?" Pertanyaan Jimin membuat Taehyung menatapnya sedikit tajam. "Untuk apa bertanya?" Taehyung kembali meneguk sampanye nya.

"Tak ada, hanya saja aku sedikit tertarik, bisakah aku membelinya?" Tanya Jimin dengan senyuman tampan. Taehyung meremat gelas kaca ditangan nya. "Mau kau tawari berapa?" Tanya Taehyung santai. "Berapa yang kau inginkan?" Taehyung kembali menaruh gelas itu, menatap Jimin dengan sorot serius. "Kau tahu? Harganya tak sebanding dengan nyawa mu, bahkan seluruh manusia di bumi ini" Jimin tertawa pelan, berbanding dengan Taehyung yang hanya berwajah datar.

"Hahaha~ kenapa bisa semahal itu? Padahal aku ingin mencoba nya" Taehyung terlihat jengah, namun juga terlihat sedikit jengkel dengan pria di depan nya. "Bermimpi pun tak akan kubiarkan kau!"
"Wow~ wow~ tunggu! Apa maksudnya ini?"
"Tak ada satupun yang boleh menyentuh milikku!" Jimin mengangkat bahu tak acuh. "Terserah kau! Tapi jika bosan kau boleh menjualnya padaku!" Ujar Jimin santai, namun Taehyung hanya diam tak menanggapi.

"Ngomong-ngomong, bagaimana kabar Yoongi?" Taehyung mengangkat alis bingung. "Kenapa bertanya padaku?"
"Siapa lagi yang akan kutanyai?"
"Tak baik sepertinya, ia baru ku tampar belum ku bunuh" ujar Taehyung santai. "Brengsek!! Berani kau menyakitinya?" Rahang Jimin mengeras mendengar pujaan hati baru saja di tampar. "Apa hubungan nya dengan mu? Dia anak buah ku, aku berhak atas nya. Termasuk nyawa yang masih ada dalam tubuhnya."

"Brengsek!! Jangan berani kau menyakitinya!!" Jimin mulai terpancing amarah, Taehyung malah terkekeh remeh. "Maka dari itu, jangan pernah mengusik milik ku!"
"Jika kau tak menyakiti Yoongi" Taehyung mengangguk. "Dasar budak cinta" gumam Taehyung.

'Tsk! Apa bedanya dengan dirimu Kim? Bodoh!" Pikir Jimin terkekeh pelan. Pria tan itu memang batu, bahkan tabu dengan cinta. Namun sekeras apapun batu jika terus ditetesi air maka ia akan berlubang dengan indah.

.

Tbc~

Maaf pendek baru sempet nulis. Btw apa ada yg nunggu?

Trapped ✔ (Taekook)Where stories live. Discover now