Chapter 40 : Worry

13.5K 1.3K 95
                                    

Jungkook mengekori Taehyung yang tengah menuju meja makan. Disana sudah ada Hoseok, Yugyeom dan juga Lisa. Sedangkan yang lainnya tengah menjalankan tugas masing-masing. Taehyung mendudukan tubuhnya pada salah satu kursi meja makan, begitupun Jungkook yang turut duduk di sebelah si pria dengan sopan.
Hingga kemudian para pelayan datang menyajikan satu per satu menu makan malam mereka.

Jungkook terlihat berbinar menatap bulgogi yang begitu ia inginkan sejak tadi, Taehyung melirik Jungkook sembari tersenyum begitu tipis. "Ah~ Bulgogi ini, semua untuk mu" ujar lisa meletakan seporsi besar bulgogi di hadapan si manis. Mata nya benar-benar terlihat berbinar. "Hihi~ terimakasih" Jawab Jungkook sembari tersenyum manis hingga membuat Kai dan Hoseok terlihat gemas.

Jungkook langsung melahap makan malam nya dengan begitu nikmat dengan senyum yang tak hilang dari wajah manisnya.
Kehadiran si pemuda manis di antara mereka membuat suasana terasa lebih hidup. Biasanya mereka hanya diam dan terkadang membahas bagaimana pekerjaan mereka dalam menyantap sarapan ataupun makan malam. Namun sejak kehadiran pemuda itu semuanya berubah, mansion ini seakan hidup kembali dengan adanya Jungkook. Mereka yang biasanya selalu kaku bahkan sering tersenyum dan tertawa oleh si manis. Mereka semua sudah menganggap Jungkook sebagai anggota mereka, sebuah aset berharga yang tak boleh lecet sedikitpun. Mereka semua menjaga si manis atas perintah sang bos dan juga dari diri mereka sendiri. Semua menyukai sosok manis itu.

Mereka telah selesai dengan makan malam, Yugyeom dan Hoseok telah pergi meninggalkan meja makan dan hanya menyisakan Taehyung, Jungkook serta Lisa.
"Sudah berapa usia kandunganmu?" suara Taehyung memecah keheningan. Lisa menunjuk dirinya sendiri dan Taehyung mengangguk. "Ah~ sudah dua bulan kurasa" Jawab wanita berambut blonde itu sembari mengelus perutnya. "Apa hamil itu menyenangkan?" tanya Jungkook antusias. Lisa tersenyum menganggapi. "Tentu saja, kau bisa meminta apapun yang kau mau, jika suamimu tak menurutinya tinggal mogok bicara saja" jawab Lisa yang tampak senang sesekali melirik ke arah Taehyung. "Benarkah?" ujar Jungkook pelan.

Seketika ia membayangkan bagaimana jika ia tengah hamil anak Taehyung? Pasti menyenangkan.
Jungkook menggeleng pelan mengusir khayalannya. Lagipula pria itu tak akan membuatnya hamil, ia pasti tak akan membiarkan itu terjadi.
Mengingat itu, dada si manis terasa sedikit berdenyut dan hanya bisa tersenyum tipis. "Baiklah, aku harus istirahat" Lisa beranjak dari meja makan dan menghilang dari pandangan si manis.

Hening, suasana saat ini. Baik Jungkook maupun Taehyung tak ada yang bersuara. Jungkook hendak membuka suara, namun Taehyung sudah lebih dahulu beranjak dari meja makan dan meninggalkan Jungkook seorang diri. Si manis menghela nafas sembari menatap hilangnya punggung si pria di balik tembok pembatas.

'Kurasa belum saatnya' batin Jungkook lesu. Setelah itu pun si manis juga turut beranjak dari meja makan, menuju taman belakang hendak menghirup udara segar.

Jungkook duduk di bangku taman yang berhadapan dengan kolam ikan. Mendongakan kepala menatap indahnya langit malam yang di hiasi banyak bintang. Senyuman manis tercetak di bibir indah itu, serta mata yang berbinar menatap bintang. "Eomma appa, apa kabar?" suaranya pelan. "Aku merindukan kalian" mata si manis tampak mulai berkaca-kaca.
"Lihatlah aku sekarang, aku anak yang buruk, aku kotor dan aku.. Bodoh" hingga air mata berhasil mengalir melewati pipi chubby nya. "Lihat lah aku, begitu bodoh hanya karena seorang pria, hiks" si manis tak kuat menahan rasa sedihnya. Menutup mulut berusaha menahan isakan tangis.

"Eomma, appa maafkan aku" Jungkook mengangkat kakinya, memeluk kaki dan menenggelamkan kepala di lutut. Yang kemudian hanya terdengar suara isakan tangis yang berusaha di tahan. Jungkook benar-benar merasa kacau, siapa yang sanggup bertahan jika berada di posisi seperti ini? Mungkin kebanyakan akan memutuskan untuk pergi ataupun bunuh diri. Mungkin tak ada yang sekuat Jungkook, hidup tanpa orang tua dan menjadi jalang bagi seorang bos mafia.

Jungkook tersentak ketika merasakan seseorang mengelus kepalanya. Dan reflek mendongak. "Yu-yugyeom" dengan segera Jungkook menghapus air matanya dan menurunkan kaki. Yugyeom duduk di sebelah si manis, dan belum bicara apapun. Pemuda itu tahu jika si manis butuh waktu untuk menenangkan diri. Hening beberapa saat, hingga isakan Jungkook sudah tak terdengar lagi, Yugyeom mulai bersuara. "Kenapa menangis?" Jungkook melirik Yugyeom sejenak dan tersenyum tipis. "Tak ada, aku hanya merindukan orang tua ku".

"Jika kau menangis maka orang tuamu turut sedih, jadi tersenyumlah dan semangat" Yugyeom tersenyum sembari mengepalkan tangan pertanda semangat. Si manis tersenyum dan terhibur karenanya. "Hm~ semangat" ujar Jungkook. "Bukan begitu, seperti ini, 'semangat'!" Yugyeom kembali memperagakan dengan mengepalkan tangan. Jungkook terkekeh pelan. "Semangat!" ujar si manis dan ikut mengepalkan tangan. Kemudian keduanya tertawa atas tingkah mereka sendiri.

"Terimakasih" ujar Jungkook dengan senyuman manisnya. "Kau ini, tak perlu berterimakasih, karena jika bukan dari dorongan dirimu sendiri kau tak akan bisa melakukannya, berterimakasih lah pada dirimu sendiri" jawab Yugyeom. Jungkook mengangguk dan kembali menatap langit, tepatnya kepada dua bintang yang paling bersinar terang.

'Eomma appa, maafkan aku yang sempat mengeluh, aku akan bertahan dan semoga saja bahagia datang menjemput suatu hari' batin Jungkook diiringi dengan senyuman yang terlihat manis.

.

Esok pagi nya, Jungkook terbangun dari tidur. Mata yang terlihat sayu dan menyipit menyesuaikan cahaya. Si manis duduk dan menatap ke sisinya. Kosong, tak ada Taehyung disana. Mendengar suara di kamar mandi, Jungkook yakin Taehyung sedang berada disana.

"Uhuk~ uhuk~ hahh~" Jungkook penasaran, seperti nya terjadi sesuatu dengan pria itu. Dengan segera si manis turun dari ranjang dan menuju kamar mandi.
Disana, di depan wastafel Taehyung tampak menahan sesuatu dan nafas nya tersenggal. "Taehyung ada apa?" tanya Jungkook panik. Taehyung terlihat pucat dan kemudian menggeleng. "Tak apa".
Jungkook masih terlihat cemas, apanya yang tak apa, keadaan pria itu benar-benar terlihat sakit. "Benar tak apa?" Si manis meyakinkan. "Hm~" Taehyung bergumam menjawabnya.

Pria itu beranjak dan ingin kembali ke kamar namun ia kembali dan tampak menahan sesuatu. "Huek~ akkh~" ia tampak mual dan Jungkook benar-benar cemas dibuatnya. "Kau kenapa?" si manis mengusap tengkuk si pria agar rasa mualnya sedikit berkurang. Setelahnya Taehyung mencuci mulut dan berbalik menghadap Jungkook dengan nafas berat. "Kau sakit, akan ku panggil Hoseok" Jungkook segera beranjak dan keluar kamar menemui Hoseok. Taehyung menatap kepergian si manis, kemudian beranjak menuju kamar sembari memegang perut yang terasa mual. Mendudukan tubuh di tepi ranjang. "Aish kau menyiksa sekali" ujar pria itu pelan.

Tak lama Jungkook kembali dengan Hoseok mengekori di belakangnya. "Kenapa? Kau tak meminumnya?" ujar Hoseok. Taehyung hanya menggeleng. "Obatnya habis" balas Taehyung. Mendengar kata obat membuat Jungkook terlihat semakin cemas. "Kenapa? Obat apa? Apa Taehyung sakit? Sakit apa?" si manis yang dalam keadaan tak tahu sama sekali bertanya bertubi-tubi.

"Tak ada" balas Taehyung singkat. Hoseok menghela nafas dan menepuk bahu si pria tan. "Aku akan ambilkan obatnya nanti" setelah berujar Hoseok melirik Jungkook dan menepuk bahunya pelan kemudian beranjak keluar kamar.

Hening hingga Jungkook turut duduk disebelah Taehyung, menatap pria itu khawatir. "Masih mual?" tanya si manis. Taehyung menggeleng. "Sudah tak terlalu"
"Akan kubuatkan teh agar mual mu berkurang" dengan segera si manis beranjak dan keluar dari kamar. Jungkook benar-benar terlihat khawatir akan kondisi si pria.
Taehyung menatap kepergian si manis dan kemudian tersenyum tipis.
"Akhh~ sialan" keluh si pria saat perut nya kembali terasa bergejolak.

.

Tbc~

Hai apa kabar?

Trapped ✔ (Taekook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang