OPERA I Quadra

4.6K 745 30
                                    

"Anak perempuan anda cantik, Sir."

A/n: jangan lupa tambahin cerita ini ke reading list kamu! ♥

Lessa melirik arloji coklatnya, kini ia berada dalam bus yang akan membawanya ke tempat teater seperti biasa. Gadis itu beranjak ketika bus menepi, beberapa orang turun termasuk dirinya.

Kawasan itu sudah cukup sepi, bahkan tidak ada aparat yang menjaga. Garis kuning yang menjadi pembatas itu disentuhnya, diturunkan perlahan kemudian ia langkahi. Lessa menyusuri gedung teater yang biasa ia tempati untuk berlatih. Area yang hancur adalah bagian tengah, tepat dimana terletak panggung penampil disana.

Langkahnya ia buat sehati-hati mungkin. Lantas, ia menyelinap ke ruang belakang panggung yang ternyata masih dalam kondisi baik-baik saja. Lessa tersenyum mendapati dirinya menghadap cermin, ia mengambil sebuah topeng berwarna putih keemasan beludru dengan gabungan warna pink berkilau di bagian lubang matanya kemudian mengusap pelan, mengagumi siapapun orang yang membuat topeng tersebut.

krek!

Lessa melepaskan topeng yang ia pegang hingga jatuh ke lantai. Seseorang yang membuka tirai itu membuatnya terkejut dan lebih terkejut lagi atas apa yang dilihatnya sekarang.

"Ngapain kamu disini?" tanya Lessa waspada.

Cowok itu tidak menjawab, ia melangkahkan kakinya mendekat, mencoba mempertajam penciumannya. Refleks, Lessa mundur dua langkah.

Sebenarnya Braga juga bingung kenapa gadis ini ada disini, namun pertanyaan dalam kepalanya ia tepis tatkala mencium senyawa campuran bom yang sepertinya baru mulai bereaksi.

"Jangan mundur!" ucap cowok itu tegas.

Lessa berdiri tegak, bingung. Braga melewatinya dan berjalan menuju sudut ruangan. Cowok itu kemudian menyingkap kain tipis diatas tumpukan dus yang berisi kostum.

Brukk!

Suara gerusuk dibelakangnya membuat Lessa tidak tahan untuk tidak menoleh. Ia melihat sebuah benda kecil terjatuh, dengan suara tit yang berulang-ulang juga lampu merah kecil yang menyala, tak lupa melihat Braga yang sekarang berlari mendekat, dua detik kemudian Lessa tidak sadar bahwa ia juga sudah ikut berlari. Semuanya berjalan terlalu cepat. Ia ditarik.

Lessa ditarik berlari. Oleh Braga. Saat ini.

Lengannya ditarik dan entah kenapa ia tidak meronta. Ia merasa sudah terlalu jauh karena kini mereka sudah berada di jalanan. Braga masih membawanya berlari, melewati gang sempit di belakang salah satu gedung apartemen.

Napas mereka menderu, mereka berhenti. Tepat saat itu. Bunyi ledakan terdengar.

Yang kini Lessa sadar adalah, posisi Braga yang terlalu dekat menurutnya.

"Kenapa?" tanya Lessa masih mencerna yang baru saja terjadi. Detak jantungnya tidak seirama.

"Sttt!" Braga hanya mengacungkan telunjuknya tepat di depan bibir gadis itu.

Cowok itu menyandarkan punggung pada tembok belakang gedung, bisa Lessa lihat peluhnya menetes dari dahi.

"Andai kita telat satu detik, bisa gue pastiin, kita hancur." Braga melepas kaus biru tua yang ia pakai sekarang.

Lessa mengutuk dirinya yang kini melihat Braga yang bertelanjang dada.

Sirine polisi terdengar, banyak. Langkah kaki beberapa orang juga terdengar sekarang.

OPERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang