OPERA | Sex

5.3K 679 30
                                    

Di play ya mulmednya! Vomment!!

Buat yang merasa terganggu sama nama chapternya, bisa kalian abaikan. Bahasa Yunaninya enam itu Sex.

▪▪▪

Ada ruang dimana aku merindukan kehadiran mereka. Tapi, kehadirannya di dalam mimpi justru membuat diri seperti kembali merobek luka yang hampir sembuh. Aku menyayangimu, Ayah, Ibu. Karena kini, hanya doa yang dapat tertuang untuk mengenang kalian, yang sudah damai di surga sana.

-Tertanda, Anak bandal yang akan menegakan keadilan atas kasus kematian kalian-

-Braga Folken Bolide.

Suasana kelas cukup senyap, oleh Bu Fia, guru geografi itu menyuruh muridnya mengerjakan tugas buku paket. Berbeda dengan murid lain yang tenang, Lessa justru merasa sedikit gelisah. Ia menunggu bel pulang berbunyi, berharap waktu bisa berputar dua atau tiga kali lebih cepat dari biasanya.

Lessa meremas buku kukunya yang mendingin. Di bawah meja ia menenggelamkan kedua lengannya, mencoba menghilangkan kegugupan.

"Kenapa?" tanya Anna yang mencurigai Lessa, ada yang salah dari teman sebangkunya itu. Pasalnya, sedaritadi ia melihat Lessa tidak mau diam, seperti orang yang sedang ketakutan.

Lessa hanya menggeleng cepat.

"Lo diapain sama Braga?" Anna bertanya lagi, namun yang ia dapatkan hanyalah sebuah gelengan kepala, berulang.

"Gue gak tau Na, sampe sekarang gue deg-degan!" jujur Lessa.

Anna mengerutkan keningnya, "kenapa, sih?"

"Tadi, dia narik gue sampe rooftop,"

"Terus?" tanya Anna semakin penasaran.

"Di atas, gue kira dia bakal marah, ternyata dugaan gue salah. Dia larang gue pake lagi parfum yang gue pake sekarang." Lessa semakin bingung, apa ia harus melanjutkan ceritanya atau tidak.

"Lah? Apa hubungannya?"

"Awalnya braga gak mau ngasih tau alesannya waktu gue tanya, tapi akhirnya, dia ngomong sesuatu yang gak gue duga sebelumnya." Lessa menggigit bibir bawahnya.

"Apaan?" Anna semakin serius menyimak.

"Anak-anak, pelajaran hari ini ibu cukupkan sekian," Bu Fia beranjak keluar kelasnya.

Lessa membereskan semua buku diatas meja. Ia menyampirkan tas miliknya pada bahu kanan, "gue duluan Na!" gadis itu keluar kelas dengan buru-buru.

Anna mendengus, "kebiasaan tuh bocah, gak selesaiin ceritanya!"

***

Lessa menyusuri lorong serba putih berbau khas obat-obatan itu seraya menelaah, mencari ruang teman-teman satu teaternya dirawat. Selain membawa keranjang buah, gadis itu juga membawa satu buket bunga lily berwarna kuning cerah.

"Dugaan kamu tepat, belajar dimana?"

Lessa melihat pria berambut putih dengan jas labolatorium, dan pria itu memang baru keluar dari lab yang ada di rumah sakit ini.

Langkah Lessa terhenti seketika, tatkala beberapa meter di depannya, dari lab keluar seorang lelaki muda yang tersenyum, "bakat," jawab cowok tersebut menjawab pertanyaan sebelumnya.

Kenapa waktu mereka selalu bersinggungan?

Lessa membatin, kemudian membalikan langkahnya. Cukup tadi pagi ia berurusan dengan Braga Folken, sore ini tidak boleh.

OPERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang