{3} *My life story*

28.2K 1.2K 51
                                    

"Kain yang sudah ternodai setetes tinta. Nodanya tidak akan hilang hanya karna kau mencucinya, yang harus kau lakukan adalah menggambarnya menjadi bentuk yang indah"
-------------------------------------------

****

Sepulang sekolah, Meta menuju kamarnya untuk berganti pakaian lalu setelah itu ia turun ke dapur untuk mengambil beberapa cemilian yang terdapat di kulkas. Entah kenapa saat ada keluarganya ia jadi jarang makan, malah yang ia makan adalah makanan tidak sehat

Saat sedang mengambil makanan tanpa Meta sadari dari arah tangga terdapat sepasang mata sedang memperhatikannya lalu berjalan menuju tempat sekarang Meta berada

"lu udh pulang?" tanya gadis tersebut yang tak lain adalah Alana adik dari Meta

Meta tak menjawab ia hanya sedang sibuk mengambil beberapa makanan yang akan ia bawa ke kamar untuk menemaninya nanti malam

Karna merasa di acuhkan oleh lawan bicaranya Ana pun menyenggol punggung Meta hingga gadis tersebut merasakan sakit di pinggangnya karna sedikit terpentok oleh meja

"ih apaansi lu, gk liat gua lagi ngapain" balas Meta sedikit emosi

"Lagian lunya aja budek, udah tau tadi gua tanya tapi masih aja diem. Lagi lu di kasih Tuhan mulut itu gunanya untuk ngomong bukan diem aja kaya orang gagu" kata Ana tersulut emosi

"Berisik lu, lagi lunya aja yang buta udah tau gua ada dirumah tapi masih aja nanya. Tuhan ngasih lu mata buat ngeliat, kalau lu gk bisa gunain mata lu dengan baik, mending lu kasih ke orang yang membutuhkan" balas Meta tak mau kalah

Ana pun hanya memandang Meta dengan sinis, lalu pergi menuju kamar

Saat sampai di kamar, Meta mengambil laptotnya lalu membuka benda persegi panjang tersebut dan mulai menonton drakor kesukaannya. Hingga saat di pertengahan film ia merasakan kantuk yang menyerangnya sampai ia terlelap ke dalam bunga tidurnya

****

Kringg
Kringg
Kringg

suara yang berasal dari handphone milik Meta berbunyi, tanda bahwa gadis tersebut harus menjalankan kewajibannya sebagai seorang pelajar

Dengan wajah kusut dan kantuknya, ia duduk di tepi ranjang. Bermaksud untuk mengumpulkan nyawanya. Setelah itu bangkit dari tempat tidurnya menuju kamar mandi

Setelah selesai dengan semua keperluan sekolahnya, Almeta bergegas turun ke bawah

Sampai di tangga terakhir, ia dapat melihat jelas keluarganya sedang bercanda ria tanpa memperdulikan keberadaannya di sini. Dan lagi, untuk kesekian kalinya tak ada dirinya

Mereka terlihat dekat dengan Meta, tapi nyatanya mereka terlampau jauh untuk kembali Meta genggam. Mereka terlalu jauh dengan Meta, hingga nyatanya mereka terlalu dekat untuk Meta miliki kembali

Meta berjalan dengan gaya acuhnya tanpa menengok kepada keluarganya, toh percuma juga jika ia menyapa, hanya akan ada sebuah ucapan tajam yang terlontar untuk dirinya. Hingga sebuah suara membuat langkah Meta berhenti perlahan

"Lu gak punya sopan santun ya? Malah main lewat aja bukannya beri salam atau apalah itu. Lu gk bisa liat apa disini ada papa, mama, sama ka Mike." Ucap Alana sedikit berteriak, tak luput raut wajahya yang terlihat seperti devil

"Maaf jika saya tidak memberi salam kepada kalian, lagi pula kalian juga tidak akan menjawab sapaan saya bukan!? Jadi buat apa buang-buang tenaga hanya untuk berbasa basi memberi salam kepada kalian yang jawabannya akan tetap sama. Diam!" kata Meta dengan nada formalnya lalu bergegas keluar rumah

"Dasar Anak tidak tau diri, tak punya sopan santun. Buat apa kita sekolahin kamu kalau begitu. Buang-buang uang saja" kata Mamanya, yang masih sempat Meta dengar sebelum keluar dari rumah

Saat mendengar itu Meta hanya bisa menahan beningan air yang siapa jatuh barang sekali ia berkedip. Entahlah sepertinya ia sudah terlalu lelah dengan semuanya, ia bahkan tetap tak bisa beradu argumen dengan keluarganya. Karena memang nyatanya semesta tak akan membiarkan dirinya bahagia barang sedetik pun

Ia kembali berfikir. Apakah memang semesta tak mengizinkannya untuk berbahagia bersama keluarganya? atau nanti saat hidupnya memang tinggal sebentar lagi baru ia bisa merasakan kebahagiaan? Atau bahkan ia tak akan kembali lagi bahagia untuk kedua kalinya?

Jika memang seperti itu, mengapa Kau buat masalah hidupku sebesar samudra padahal Kau tahu hatiku tidak seluas samudra?

****

#Almeta pov

Saat ini aku berada di rooftop Sekolah. Padahal bel masuk sudah berbunyi sekitar 15 menit yang lalu, entahlah apa yang sedang aku fikirkan tetapi hari ini aku hanya ingin menyendiri. Menikmati indahnya alam serta semesta yang terlihat baik-baik saja. Langit yang membiru serta angin yang menerpa pelan wajahku dengan lembut

Biasanya jika seperti ini, aku lebih memilih duduk sendirian berjam jam, sambil menuliskan semua masalah yang akhir-akhir ini menghantuiku di buka diary kesayanganku Atau bahkan terkadang aku bercerita kepada langit, tentang apa saja yang sudah aku lalui hari ini Dan hari ini aku akan menulis cerita hidupku.

Jakarta, 27 Maret 2018

Kata orang, hidup itu seperti roda yang berputar. Kadang gelak tawa menghampiri, kadang haru tangis menghampiri. Kadang kelabu, kadang terang. Itulah warna hidup kita. Mungkin saat ini kesedihan yang menghampiri, namun besok? Who know

Mungkin hidup juga bisa dibilang seperti segitiga memontum. Puncaknya adalah kebahagiaan, sisi kanannya adalah bangkit dan sisi kirinya adalah keterpurukan. Sedangkan kebahagiaan yang terbuang akan selalu menuju keterpurukan dan keterpurukan akan selalu membutuhkan sisi untuk bangkit dan kembali mencapai kebahagian

Tapi kalian sadar gak si? Kenapa harus ada pertemuan jika akhirnya ada perpisahan? Kenapa harus ada kesedihan jika akhirnya ada kebahagian? Dan mengapa harus ada kehidupan jika akhirnya kita hanya akan menemukan kematian?

Seseorang pernah berkata, bahwa setiap akhir perjalanan akan kembali menemukan titik awalnya. That's life. Banyak orang yang datang dan pergi. Ada yang datang dalam segmen singkat namun membekas di hati. Ada juga yang datang dalam segmen lama, namun kehadirannya tak membekas sedikitpun. Itu semua sama seperti sebuah kepingan puzzle. Orang berusah merangkai puzzle itu menjadi lengkap, bisa dibilang kepingan-kepingan itu saling mencoba untuk melengkapi dan membentuk sebuah gambaran kehidupan

Sedangkan kesedihan itu bagaikan hujan dan kebahagiaan itu seperti pelangi. Tak ayal setelah hujan datang, akan selalu ada sebuah pelangi yang muncul. Dengan kata lain, tak ada kebahagiaan yang instan. Semua itu membutuhkan proses. Karena nyatanya pelangi hanya akan muncul jika langit telah meneteskan air matanya. Sama dengan kehidupan. Kita hanya akan mendapatkan kebahagiaan setelah begitu banyak kesedihan yang menerjang

Sedangkan kehidupan dan kematian adalah dua hal yang berbeda. Sayangnya kematian bukanlah akhir dari kehidupan. Ada jeda setelah kematian yang akan membawa kita kembali menuju kehidupan. Walaupun berbeda waktu, suasana dan tempat. Anggap saja kehidupan saat ini adalah masa lalu, lalu kematian adalah masa saat ini dan setelah kematian adalah masa depan. Ingatlah bahwa tanpa adanya masa lalu. Masa saat ini dan masa depan tak akan tercipta

Setelah selesai dengan semua isi hatiku,aku pun memilih untuk diam sambil mendengarkan lagu hingga jam pulang berbunyi


.
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.

Jangan lupa klik 🌟nya yaa
See you next part ❤✨

ABLUVION {COMPLETED}Où les histoires vivent. Découvrez maintenant