4

1.4K 144 11
                                    

×

"Dia kenapa?"

Viny melangkahkan kakinya dengan cepat saat ia mendapatkan perintah dari gurunya untuk berdiri di tengah lapangan sekolah. Sesekali helaan napas kasar keluar dari mulutnya.

Mengapa ia bisa tertidur di kelas saat jam pelajaran sedang berlangsung?

Apa yang membuatnya menjadi seperti tadi?

Setelah sampai ditengah lapangan, Viny langsung memposisikan dirinya menghadap pada bendera merah putih yang sedang berkibar di atas sana. Ia menghela napas berat, walaupun detik berikutnya ia mencoba tersenyum.

"Hormat, grak." instruksi nya pada dirinya sendiri.

Dan pada dua puluh menit kemudian..

Bruk!







"Lo gapapa?" tanya seseorang yang berdiri disamping Viny. Gadis yang sempat terjatuh pingsan itu, mengerjapkan matanya, ia mengedarkan pandangan nya ke sekeliling, lalu terhenti pada gadis disebelahnya. Kerutan di dahinya pun terlihat.

"Tolong ambilin gue air mineral di meja sana," perintah gadis yang berdiri disamping tempat tidur Viny.

"Sebentar, Kak."

Setelah mendapatkan nya, Viny langsung meminum air tersebut tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia masih merasa bingung dengan keadaan nya saat ini.

"Masih pusing?" tany gadis itu.

"Sedikit lebih baik," jawab Viny. "Ah, ya..." Viny sedikit menggigit bibir bawahnya pelan, "Gue ga salah liat kan? Siapa yang nolongin gue dan bawa gue ke sini?" lanjut ucap Viny.

"Lo bisa cubit atau nampar gue mungkin biar lo ga bingung." ucap gadis itu.

"Yak! Ga gitu, gue masih ga percaya aja. Lo yang bantu gue? Ah, maka—"

"Bukan gue yang bantu lo," sela gadis itu dengan cepat.

Kerutan di dahi Viny kembali terlihat, "Lalu? Siapa?"

Gadis itu mengangkat bahunya acuh. Ia pergi dari samping Viny, membawa gelas yang dipegang Viny, untuk disimpan kembali ke atas meja.

"Lo ga tau?" tanya Viny sekali lagi.

Gadis itu mengangguk.

"Mungkin lo bisa tanya dia." ucap gadis itu sambil menunjuk seseorang yang sedang duduk diujung sana.

Viny ikut menatap gadis di ujung sana, ia mengernyitkan dahinya. Seolah bertanya 'Siapa?'

"Namanya Erika." lanjut ucap gadis itu.

"Ah, okey. Erika, siapa yang bawa saya ke sini?" tanya Viny tanpa ragu-ragu.

Gadis yang dipanggil Erika itu menoleh, menatap Viny, dan memberikan senyuman manisnya.

"Kamu yang jaga di UKS ini kan?" tanya Viny.

"Iya, hari ini jadwal aku, Kak." jawabnya.

"Terus kamu tau siapa yang bawa saya ke sini?" tanya Viny sekali lagi untuk memastikan.

Erika terlihat bingung untuk menjawab pertanyaan Viny. Ia menatap gadis yang tengah bersandar di dinding itu, seolah meminta bantuan, jawaban apa yang harus ia berikan.

Pasalnya, sebelum meninggalkan UKS, seseorang yang membawa Viny, mengancam dirinya untuk tidak memberitahu Viny siapa yang membawanya.

"Kak—"

"Shani yang bawa lo."

"KAK BEBY!" Erika nyaris berteriak saat gadis itu menyebut nama Shani.

Viny nampak sangat terlihat bingung, "Jadi, Beby atau Shani?" tanya nya.

"Shani."

"Kak Beby."

Mereka berdua saling menatap satu sama lain saat menjawab pertanyaan Viny secara bersamaan.

"Mana yang harus gue percaya?!" Viny nampak sangat frustasi melihat keduanya.

Ia menghela napas kasar lalu beranjak dari tempat tidurnya, "Makasih udah bantu gue, siapapun itu. Gue pamit." ucap Viny.

Seperginya Viny dari ruang UKS, gadis yang bersandar itu menatap tajam Erika. "Kamu kenapa harus sebut nama aku sih?" tanya Beby dingin.

"Ya terus kak Beby kenapa harus sebut nama kak Shani?" balas tanya Erika.

"Errrrr!" Beby pun meninggalkan ruang UKS penuh kesal.

××

Shani menyalakan alarm mobilnya untuk mencari tahu dimana ia memarkirkan mobilnya. Ia hampir lupa, selama hampir seharian ia berada di sekolah.

Hari ini, jadwalnya sangat padat. Padahal ia hanyalah seorang gadis yang masih sekolah. Namun, jadwal nya di sekolah bahkan dalam kegiatan organisasi nya sangat lah padat.

Ia memegang banyak kertas di tangan nya, dan memfokuskan pandangan nya pada ponselnya.

Ia mendial nomor seseorang untuk ia hubungi.

"Sudah semua?" tanya Shani.

"Sudah, Mba."

"Papa ada?" lagi, kini Shani memfokuskan pandangan nya pada berkas-berkas yang ada di tangan nya.

"Beliau masih ada di ruangan nya. Katanya, beliau mau nunggu Nona Veranda dulu, Non."

"Ah, berarti kakak ga di rumah ya? Yaudah makasih ya," ucap Shani diiringi dengan senyuman.

Ia pun memutuskan panggilan nya lalu masuk ke dalam mobil.




Ting!

"Kamis, jam delapan malam. Jangan telat."

Shani mengerutkan keningnya saat sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Nomor nya bahkan tidak ia kenali.

Shani pun hanya membacanya tanpa berniat membalasnya. Ia melanjutkan kegiatan nya, dan langsung berlalu pergi meninggalkan kawasan sekolah.

Ditengah perjalanan, Shani nampak terlihat gelisah. Ia merasa ada yang sedang dipikirkan olehnya. Namun, ia sendiri tak tahu apa itu. Ini sudah yang kedua kalinya ia merasakan hal yang sama, di hari yang sama.

Yang pertama kali, ia merasakan hal seperti ini, saat ia tak sengaja melihat Viny lari terburu-buru, bahkan sampai menabrak dirinya. Dan yang lebih anehnya, Viny langsung meminta maaf dan pergi begitu saja.

"Astaga!"

Shani menginjak rem secara mendadak saat ia melihat ada seseorang tengah melambaikan tangan tepat di tengah mobil Shani. Gadis itu menyipitkan matanya, mencoba melihat dengan jelas siapa orang itu.

Ia hanya takut, ini hanyalah modus belaka. Pasalnya, yang ia tahu sekarang ini sedang banyak-banyaknya para penjahat menggunakan modus seperti ini.

Tetapi, semua pikiran buruknya langsung terhenti saat ia melihat baju seragam yang ada dibalik jaket kulit hitam itu.

Ya,

Seragamnya sama. Mereka satu sekolah.

"Tolong bantu gue!" teriak orang itu dari luar. Namun, Shani mendengarnya dengan pelan.

Shani pun membuka pintu samping mobil, lalu mendekati gadis itu. Ia nyaris berteriak, saat tangan nya dicengkram dengan kuat oleh gadis yang meminta bantuan nya tadi.




"Jangan pernah ganggu siapapun lagi, Shani Indira!" bentaknya keras.

Shani memejamkan matanya kuat. Ia menahan tangisnya.

"Kalian siapa?" tanya Shani pelan.

"Lo ga perlu tau kita siapa, yang pasti—"





Brak!






"Jangan main kasar dipinggir jalan, atau kalian mau dikira tukang begal?!"


×××

Siapakah yang bantuin Viny? Siapakah yang bantuin Shani? Siapakah Erika? Siapakah yang jahatin Shani?

Siapakah aku dimata dia? :)

Deeper [END] Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz