9

935 99 2
                                    

×


"Kak Yona," panggil Viny.

"Ya?"




"Kak, siapa Ayah aku sebenarnya?"






Yona mematung seketika. Ada hal yang sengaja ia sembunyikan dari Viny, tapi ia tidak mungkin memberitahunya sekarang. Sedangkan disisi lain, Viny harus mengetahui segalanya.

Yona pun berjalan menuju pintu, ia memegang knop pintu sebelum pergi keluar. Hendak menjawab pertanyaan Viny. "Ayah kamu meninggal."

Deg!

Viny beranjak bangun. Ia berdiri tepat dibelakang punggung Yona. "Kakak bercanda, kan?" Yona yang tahu seberapa cengengnya Viny, mulai membalikkan tubuhnya. "Suatu saat kamu akan tahu, apa penyebab Ayah dan Ibu kamu pergi ninggalin kamu sendirian. Dan kamu juga akan tahu, alasan aku jadi Kakak angkat kamu." Yona menepuk pelan bahu Viny. Ia tersenyum guna menyimpulkan perkataan nya. "Jangan coba-coba cari tahu, karna aku yakin kamu pasti akan nyesel. Biarin waktu yang kasih tahu semuanya. Kakak pamit. Kamu hati-hati di rumah."

Setelah berpamitan dengan sang adik, Yona pun mulai pergi secara perlahan. Menghilang dari hadapan Viny, membiarkan Viny mematung dengan tubuh yang mendadak kaku. Wajah terkejutnya sudah tak lagi bisa di lihat. Tatapan nya yang memandang lurus ke depan sana terlihat sangat kosong.

"Jadi, Ayah sama Ibu meninggal di waktu yang sama? Kenapa?!" Viny terduduk lemah. Kakinya tak lagi bisa untuk menahan bobot badan nya.

"Aku harus cari tahu semuanya!"

Sedangkan disisi lain,

Kak Ve, Gracia kak.." bisik Shani.

"Gracia kenapa, hm?" tanya Veranda.





"Dia mulai ganggu aku."





Sesaat Shani mengucapkan sesuatu yang jelas tidak Veranda ketahui, gadis itu dengan cepat melepaskan pelukkan nya lalu mengusap kasar wajahnya.

Kedua tangan nya menutup wajahnya. Tak ingin sang Kakak melihatnya.

"Jadi, ada apa sama kalian berdua?"

Shani terdiam. Ia menghela napas kasar.

"Aku.."

Veranda menaikkan sebelah alisnya sambil menatap Shani.

"Dia marah sama aku karena aku pernah anggap dia ga ada, padahal..." Shani menghentikan ucapan nya. Ia memejamkan matanya kuat, "... Dia selalu ada di sisi aku. Aku ga bisa anggap dia lebih, karna dia itu..."

Shani merasakan hal ini belum bisa ia katakan pada siapapun. Sungguh. Selama ini, hanya dia yang menyimpan segalanya, tanpa ada orang yang tahu. Bahkan, Ayahnya sendiri pun tak tahu.

"Maaf kak, aku ga bisa."

Gadis itu pun beranjak bangun lalu berjalan menuju kamar mandi untuk menghindari pertanyaan yang pasti akan diberikan oleh Kakak nya.


××


Sore ini, Viny pergi ke taman kota. Berencana untuk jalan jalan sore menikmati udara sejuk di sore hari. Tujuan nya pun bukan hanya satu, melainkan tujuan utama Viny untuk menjernihkan pikiran nya yang sedang kalut. Pikiran nya sedang pergi ntah kemana. Perihal Ibu dan Ayah nya yang pergi lebih dulu dan entah karena apa, membuat Viny semakin ingin mencari tahu nya. Apalagi, sang Kakak yang sudah pasti mengetahui semuanya, sudah memberitahu nya. Walaupun ada peringatan disetiap perkataan nya.

Ia menghentikan langkahnya, duduk di salah satu bangku taman dan kembali menatap lurus ke depan dengan tatapan kosongnya.

Tangannya terangkat untuk mengusap kasar wajahnya.

Deeper [END] Where stories live. Discover now