18

1.7K 106 10
                                    

×



Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Shani terlihat tengah bersiap untuk pergi. Ya, ia memiiki janji dengan Viny, walaupun dirinya tidak tahu apa yang akan terjadi, entah dirinya yang dibawa pergi untuk berjalan-jalan dengan Viny atau hanya sekedar menemi gadis berambut sebahu itu.

Tampilannya tidak begitu mencolok, sehingga sangat terlihat biasa. Ia memakai celana hitam, pun dengan atasan blus berwarna cokelat. Ia menata rambutnya seperti biasa, tidak lupa membawa kacamatanya yang ia simpan di dalam tas.

Gadis itu akhirnya keluar dari ruangan ternyamannya. Ia menuruni setiap anak tangga dengan anggunnya, bahkan mengawali paginya dengan senyuman. Shani berjalan menuju meja makan, ikut berkumpul bersama sang Ayah dan juga Kakak angkatnya Veranda.

Shani hanya bisa diam melihat raut wajah sang Ayah yang tidak berubah setelah saat malam lalu Shani memberitahukan sesuatu pada Ayahnya.

“Pah?” panggil Shani.

“Iya sayang?”

Setelah mendapatkan sahutan, Shani menggelengkan kepalanya seraya tersenyum manis. Ia menatap Veranda dan tersenyum, “Pagi, Kak. Mau kemana hari ini? tumben banget rapih,” ucap Shani saat melihat pakaian yang dikenakan Veranda.

“Mau tau aja urusan orang.” Jawab Veranda.

“Kak..”

“Hm?”

Shani menarik napas pelan, “Mulai hari ini, kita harus baikkan, baik itu sama aku ataupun sama Kak Viny, ya?” ucap Shani berusaha untuk memberanikan dirinya.

Veranda mengangguk dengan tenangnya. Ia menggenggam tangan Shani, “Iya, aku udah baikkan sama Viny, jauh lebih dulu.” Shani yang mendengarnya tersenyum penuh arti. Ia semakin mengeratkan genggamannya pada Veranda dan tidak membiarkan senyumannya pudar, “Aku jauh lebih dulu tau semuanya dari pada kamu, jadi aku mutusin semuanya dengan sangat baik hari ini. Gimana?” jelas Veranda. Shani yang mendengarnya mengangguk setuju, “Aku tau itu. Makasih ya, Kak.”

“Papah nanti bisa berangkat duluan. Aku sama kak Veranda izin pergi, mungkin pulang agak malam. Boleh kan Pah?” tanya Shani. Sang Ayah yang mendengarnya mengangguk pelan, “Asal kamu inget tempat tinggal kamu, Papah izinin.” Senyum Ayah Shani.

Setelah beberapa menit menghabiskan sarapannya, mereka bertiga kembali berpamitan. Sang Ayah yang lebih dulu beranjak bangun dan pergi meninggakan kedua anaknya di meja makan. Veranda pun menjadi orang kedua yang meninggalkan meja makan, tetapi saat itu Shani menahannya dengan cepat. “Hari ini aku mau ketemu sama Viny.” Shani turut beranjak bangun lalu berjalan mendekati Veranda. Ia memegang lengan Veranda dan berdiri dihadapan sang Kakak, “Kakak ngerti kan maksud aku?” Veranda hanya mengangguk. Ia menarik satu tangan Shani dan kembali menggenggamnya, “Jadi menurut kamu, ini waktu yang pas?” tanya Veranda.

Shani yang mendengarnya menganggukkan kepalanya dengan percaya diri.

Wish you luck. Semangat Adik aku, apapun yang terjadi, kamu harus bisa kasih tau semuanya ke dia apapun yang kamu rasa dan yang kamu tau. Janji sama aku?” Veranda mengangkat jari kelingkingnya yang dengan kemudian di tautkan dengan milik Shani. “Aku pergi dulu, kamu hati-hati.”

Shani mengangguk, “Hati-hati, Kak.”

Setelah semuanya pergi meninggalkan kediamannya masing-masing, kini hanya Shani yang masih berada di kediamannya. Ia berjalan menuju sofa yang berada di ruang tengah, kemudian duduk di sana. Ia membuka ponselnya, lalu mulai mengetik sesuatu dan dikirim ke seseorang. Seketika dan saat itu juga, senyumannya semakin terlihat.

Deeper [END] Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt