16

725 89 17
                                    

×

“Kak Viny!”

Viny yang terkejut pun langsung melepaskan tangan yang sebelumnya memegang kerah seragam Kinal.

“Kakak!” teriak Shani.

.

.

.

.

.

“SHANI!”

Viny yang sadar arah pandang Shani pun langsung mengikutinya kemudian ia begitu terkejut saat Kinal tengah memegang ujung dinding sebagai penahan dirinya agar tidak jatuh kebawah sana. Ia meringis kesakitan saat tangannya mulai lelah menahan beban dirinya. Sedangkan Viny yang melihatnya merasa sangat panik.

Gadis berambut sebahu itupun mulai membungkukkan badannya lalu mengulurkan tangannya berusaha menggapai kembali tangan Kinal yang notabene-nya adalah musuhnya.

“Pegang tangan gue, Nal.” Teriak Viny.

Kinal menggelengkan kepalanya kuat, ia lebih baik mati untuk menebus semua kesalahan yang pernah ia perbuat pada Ibu Viny. Tapi semua keinginan itu hanyalah bayangan Kinal.

Tangan Viny berhasil menggapai tangan Kinal. Gadis itu memegangnya kuat-kuat agar bisa menarik Kinal kembali naik keatas.

“Kenapa lo gak lepasin dia aja?” ucap seseorang yang tiba-tiba saja berada dibelakang Shani dan juga Viny. “Dia yang udah nabrak nyokap lo kan? Kenapa masih lo bantu dia untuk ngelanjutin hidupnya?” lanjut ucap gadis itu.

Kedua tangan Viny semakin mengeratkan genggamannya pada Kinal saat ia mendengar seseorang berhati Iblis berbicara.

Gadis itu berjalan mendekati Viny, ia memegang bahkan mencengkram pundak Viny, “Mau gue bantu untuk dorong dia jatuh kebawah?” ucap gadis bernama Veranda itu.

“Lepasin tangan lo dari pundak gue atau lo yang gue dorong?” seru Viny dengan tegas. Ia masih terus membantu Kinal untuk naik ke atas. “Shani, bantu aku!” teriak Viny. Shani yang mendengarnya pun langsung berjalan cepat mendekati Viny. Ia menarik kasar tangan Veranda untuk menjauh dari mereka. Dan Shani pun mulai menarik tangan Kinal yang satunya.

Mereka berdua pun menarik Kinal penuh aba-aba. Saat aba-aba ketiga mulai dihitung, mereka berdua segera menariknya. Membuat Kinal kembali keatas dan tertidur disana. Napas ketiganya tak beraturan saat Kinal sudah kembali ke atas.

Baik Viny ataupun Shani mereka berdua menjadikan tangan mereka sebagai tumpuan untuk menyelaraskan pernapasan mereka. Sedangkan Veranda, ia hanya bisa melihat ketiga orang itu lalu tersenyum miring.

Ratu Vienny, adalah orang pertama yang beranjak bangun lalu pergi meninggalkan rooftop. Shani yang melihat raut wajah Viny hanya bisa menatapnya penuh dengan kekhawatiran, lalu ia pun pergi meninggalkan Veranda dan Kinal berdua.
Sebelum benar-benar turun, Shani menghentikan langkahnya.

Plak!

Suara tamparan yang terdengar cukup keras membuat Shani meringis. Ia bahkan bisa ikut merasakan tamparan itu walaupun hanya dengan mendengar suaranya saja.

“Lo bodoh, Nal!”

~

Di sisi lain, Viny yang menjadi orang pertama yang meninggalkan rooftop, tengah berlari dengan airmatanya. Ia berlari dengan cepat menuju ruang panahan. Sesampainya di sana, ia melemparkan tasnya kemudian duduk di kursi penonton lalu menangis sejadinya.
Isak tangisnya cukup keras, membuat siapapun yang ada di sana mendengarnya. Tetapi, untungnya di sana tak ada orang satupun.

Deeper [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang