13

917 99 15
                                    

×

"Siapa yang ada di balik ini semua, hah?!" kesal Viny.

"Kamu tidak perlu tau, bocah."

Viny semakin berontak.

"Sepertinya akan sangat menyenangkan jika kami mempermainkan kamu di sini, kan?" ucap salah seorang penjaga itu.

"Baiklah. Mari kita lakukan."

Viny yang mulai merasa takut pun semakin berontak melihat dua petugas yang menjaga nya itu semakin mendekatinya.

"Aaaaaaaaa!"







"Cukup."




Viny mendongakkan kepalanya menatap ke arah sumber suara. Wajahnya yang terlihat sudah sangat babak-belur, yang terus-menerus mengeluarkan darah dari sudut bibirnya, pun dengan rambut pendeknya yang terlihat berantakan. Gadis itu terlihat amat sangat kacau.

Seseorang yang menghentikan aksi dua orang pria yang menjaga Viny bahkan menyiksa Viny, akhirnya mundur. Kedua pria itu membiarkan seseorang itu berjalan mendekati Viny.

Seseorang itu adalah seorang gadis cantik, bahkan Viny mengenalinya.

Gadis itu menangkupkan satu tangan nya pada wajah Viny yang banyak luka memar itu. Ia mengangkat sedikit dagu Viny, kemudian menamparnya dengan keras. Tak ada tanggapan apapun dari Viny, bahkan hanya sekedar rintihan perih pun tidak terdengar.

"Aku tau semuanya," ucap gadis itu mencoba membuka obrolan dengan Viny. Ia bahkan berjalan mengelilingi Viny yang posisinya diikat dengan kencang di atas kursi. Bahkan, sesekali gadis itu menarik rambut Viny.

"Cih!" Viny membuang air liurnya dengan kasar kemudian menatap gadis itu. "Aku bahkan tau siapa kamu sebenarnya," ucap Viny. Ia mendongakkan kepalanya menatap tajam ke arah gadis itu, "Kamu pikir kamu bisa lakuin hal ini sesuka mu? Kenapa? Lawan aku kalau kamu berani." jelas Viny.

Gadis itu kemudian berjalan mendekati Viny dan lagi-lagi menampar keras pipi Viny hingga membuat ujung bibir Viny kembali mengeluarkan darah.

"Kebaikan kamu selama ini hanya berupa topeng, hm?" tanya Viny.

Gadis itu menatap Viny dengan kesal.

"Bahkan, seharusnya aku gak akan nurutin dan percaya ucapan kamu."

Viny kembali berontak. Ia terus berontak agar ikatan pada kaki dan tangan nya terlepas. Ia ingin sekali menghajar gadis itu. Bahkan ia tak perduli, siapa dan apa status gadis itu.

"Aku akan bilang satu kenyataan pahit buat kamu," Viny tersenyum licik. Ia lagi-lagi menatap sinis gadis itu.


"Sampai kapanpun, kamu bukanlah siapa-siapa bagi mereka semua. "













Bug!






"Bawa dia ke rumah sakit. Biarin dia pergi ke sekolah seperti biasanya.







"Baik, nyonya."



××


Shani berlari memasuki lorong Rumah sakit. Ia mencium bau khas Rumah sakit, juga mendengar bunyi dari alat-alat medis yang sedang bekerja membantu para pasien melawan penyakit mereka.

Ia mendapat kabar dari Veranda bahwa Viny dibawa ke Rumah sakit. Laporan yang Shani terima, Viny dikatakan habis dipukuli oleh orang-orang.

Mendapat kabar dari sang Kakak, Shani jelas khawatir. Pasalnya, Viny lah yang menemani nya belakangan ini.

Deeper [END] Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora