゛eight.〃

2.3K 459 106
                                    

Rembulan terlihat damai di atas sana. Bersinar lembut menerangi belukan pepohonan, dan membias indah kala bertemu hamparan laut gelap di sana.

[Full name] duduk tenang mengimbangi suasana. Di tengah angin malam yang masih berembus, dia menekuk kedua lututnya di depan tenda. Atensi menatap lurus.

Di saat yang lain berkumpul mengelilingi unggun yang menghangatkan badan, [name] malah menyendiri di tendanya. Alibinya tadi ngantuk, namun saat ingin memejamkan kelopak, ia malah tak merasa ngantuk sama sekali. Serangkaian kegiatan dan acara inti sudah dilewati tadi, mungkin ini memang saatnya [name] untuk menyendiri dan beristirahat. Atau memang, mood-nya yang tidak dapat di interpretasikan?

"Loh kamu gak jadi tidur? Katanya ngantuk,"

Eksistensi helaian nyentrik di tengah kelam memasuki atensi. Miya Atsumu berdiri di hadapannya, telah melemparkan pertanyaan tadi.

"Gak bisa tidur?" Dia kembali berujar. Mendengus untuk melukis senyum, ia kikis jarak mereka. Mengambil duduk di samping [name] yang ikut menggeser pula memberi tempat.

Tidak menjawab, [name] malah melemparkan pertanyaan, "kamu ke sini mau tidur juga?"

"Tidur di tenda kamu?"

"H-hah? Maksudku di tenda kamu, lah,"

Atsumu tertawa ringan, "gak, mau nemenin kamu aja."

[Name] terdiam. Memang tidak pernah bisa ia kalau membalas perkataan cheesy dari Atsumu. Tampak mengerti situasi, Atsumu itu kembali berucap.

"Tadi pengen ngambil sesuatu aja, sih. Cuman liat kamu sendirian, aku putusin buat nemenin kamu aja,"

Obrolan terjeda. [Name] akhirnya tak membalas. Namun Atsumu sepertinya tak membiarkan keheningan menjadi orang ketiga di antara mereka.

"Kamu gak takut sendirian?"

"Hah? Engga, sih..."

"Masa? Tadi uji nyali sampai teriak gemetar begitu," Atsumu menaikan bibir jail.

[Name] melontarkan pembelaan, "i-itukan karna ditakutin..."

"Jadi kalo ditakutin kamu takut?"

Tak membalas, [name] merasa malu dalam hati. Terlihat takut di hadapan cowok yang disukainya? Hei, bagaimana pun, seorang perempuan pasti ingin terlihat classy di hadapan laki-laki.

"---tadi harusnya aku takutin kamu aja, ya,"

"Huh?"

"Soalnya kamu kalo takut lucu. Hug-able, hehehe."

Atsumu terkekeh geli, kala dilihat [name] menenggelamkan wajahnya di antara kedua lutut dengan telinga yang terlihat memerah.

"Ah... Aku masih lapar," puas menatapi gadis di sampingnya dengan binar geli, Atsumu membawa percakapan lain. "Masak ramen cup kayaknya enak ya, dingin-dingin gini. Kamu mau gak?"

[Name] mulai mengangkat kepalanya lagi.

"Eh, tapi kayaknya ramenku tinggal satu. Bisa berdua sih, lebih enak," Atsumu itu terus mengoceh sendiri, "eh, tapi aku ingat kayaknya tadi dirampas Osamu..." Di akhir kalimatnya ia membuang nafas. Mungkin merasa sebal sendiri dengan kembarannya.

ebb and flow » osamu miya.Where stories live. Discover now