゛twenty two.〃

1.8K 367 57
                                    

mulmed di atas boleh diputar untuk menambah tekanan suasana.

┍❝━━━━━━━━━━━━━━┑
Jika kamu memiliki perasaan
untuk seseorang, maka akan
ada orang lain yang menangis.
Seseorang akan dikorbankan
dan akhirnya terluka.
┕━━━━━━━━━━━━━━❞┙
-Hikari Sakishima; Nagi No Asukara-

"Aku berhenti mengejarnya."

"Seperti apa yang Miya-san inginkan juga. Aku sekarang akan menuruti perkataannya, dan berhenti mengejar Miya-san."

"Sebenarnya aku selalu mengutarakan perasaanku secara langsung pada Miya-san..."

"...dan Miya-san juga selalu menolak perasaanku untuk masuk ke dalam hatinya secara langsung juga."

.

.

.

[Full name] meremat pasir putih yang berada dalam genggamannya. Setelah itu, baru ia lepas. Membiarkan butiran-butiran halus itu turun dari genggamannya. Maniknya menatap sendu.

"Kamu gak pernah cerita padaku," ucap gadis itu, merobek keheningan yang mengelilinginya bersama Miya Osamu tadi.

"Hinata... Dia selalu bercerita tentang kamu sepanjang kita bertemu. Menceritakan pandangannya terhadapmu dengan senyum manis dan bermata teduh," [name] mengusap permukaan pasir putih pelan, seraya itu ia memutar kembali apa yang ia lihat selama ini tentang Hinata Shouyo, "dia selalu melukis senyum semangat kalau aku juga ikut menceritakan dirimu. Walau bermata teduh, isi tetra bulat Hinata hanyalah binaran setiap kali namamu disebut."

Osamu terdiam sepanjang percakapan mereka tadi. Dia telah menduga kalau sampai [name] tau tentang hal ini, gadis itu pasti tidak akan tinggal diam. Bagaimanapun juga, gadis inilah yang membuat perasaan bersalah Osamu kian memberat. Sejak awal ia sudah merasa jahat dengan Hinata, hingga [name] akhirnya ikut memberinya kalimat yang tak mampu ia realisasikan.

'Jangan sakiti dia, ya.'

Osamu pun maunya tak ada yang sampai tersakiti. Cukup dirinya saja, dirinya yang malah sengaja terjun menyakiti diri sendiri. Mengubur perasaan, dan menelan bulat-bulat rasa cemburu pada kembarannya.

Tapi, inilah permainan cinta.

Tak akan ada satu pun pemain yang tak tersakiti.

"Tadi, aku terkejut melihat ekspresi Hinata yang berbeda saat menceritakanmu. Tubuhnya bergetar, kepalanya tertunduk, dan binaran di matanya meredup. Dia bahkan sampai meremat seragamnya setiap kali mengucapkan namamu," tangan [name] yang membelai pasir putih terhenti. Entah kenapa jadi melemas saat mencoba memahami perasaan Hinata kala itu, "melihatnya seperti itu... Aku ikut ngilu. Aku gak bisa bayangin bagaimana perasaan sakit sebenarnya yang sedang Hinata tahan saat itu."

[Name] kini mengangkat kepala, memandang lautan gelap di hadapannya yang tak sedang disinari cahaya rembulan. Gadis itu kemudian melirik Osamu yang sedari tadi hanya berdiri diam menghadap lautan sambil menyematkan kedua tangannya di saku. Lalu membuang nafas. Membuang seluruh sesak yang ia dapatkan sejak bercerita tadi.

"Osamu, apa kamu lupa pesanku untukmu pada Hinata?"

Pemuda yang disebut langsung membasahi bibir. Ia ingat betul pesan itu. Pesan yang justru jadi beban pikirannya karena ia tau bahwa ia akan menyakiti Hinata pada akhirnya. Cepat atau lambat. Bahkan sudah sering menyakitinya terhitung dari Hinata itu selalu mengutarakan perasaan sepihaknya.

ebb and flow » osamu miya.Where stories live. Discover now