゛eighteen.〃

1.8K 386 35
                                    

mulmed di atas boleh kalian putar untuk menambah tekanan suasana.

Bulan semakin bersinar putih di langit yang kian menggelap. Damai saja ia menemani malam. Menerangi beluk pohon, rumah, bahkan bisa membias indah di hamparan beningnya laut yang ikut mengkelam. Tak hanya itu, dewi malam senantiasa juga mau menemani pemuda yang terduduk merunduk sendirian di pinggiran pantai.

Bulan itu memerhatikan dalam diam.

Deburan ombak malam meraung bak suara isi hati.

Angin malam menggoyangkan poni berwarna kelam. Membuat wajah yang tertutupi itu dapat dilihat samar-samar akhirnya. Wajah babak belur dengan kelopak yang terlihat menyayu.

Miya Osamu menggumam pelan begitu dirasakannya kehadiran lain selain dewi malam di atas sana, "kenapa kamu ke sini?" Tanyanya. Tampak tau siapa yang menghampirinya walau matanya tidak bergerak sama sekali.

[Full name]. Gadis yang dengan tergesa-gesa berlari ke luar rumah kediaman Tanaka untuk mendapatkan sosok pemuda ini sedang terengah. Sandalnya penuh dengan pasir putih saat dirinya mulai menyisiri pinggiran pantai ini.

[Name] menghentikan engahannya. Menatap tubuh tunggal Osamu di atas batang kayu besar di sana.

"Aku yang harusnya tanya itu ke kamu. Kenapa kamu malah ke sini?" Ucap gadis itu. Mulai berjalan kembali mendekati sang sosok.

Osamu mengambangkan pertanyaan tersebut. Maniknya menatapi hamparan pasir di bawahnya.

Sementara rembulan menatapi mereka berdua.

"...kamu terluka juga?" tanya [name]. Telah mendapati dengan jelas kondisi Osamu sekarang. Dirinya kemudian makin mengikis jarak. Kini mendudukan diri di samping pemuda yang masih tertunduk itu.

"Mana Atsumu?"

[Name] mengerutkan kening. "Kenapa kamu malah tanya Atsumu?"

Osamu masih merunduk, "aku kan telepon kamu supaya tolongin Atsumu." Ucapnya. Tak menyadari bahwa [name] sedang menatapi lamat dirinya.

"Ya, terus? Kenapa harus Atsumu doang?" Tanya [name] memojoki, "kamu kan juga terluka."

Pembicaran mereka tampak senyap termakan suasana malam. Osamu membalas lagi kemudian.

"Aku masih bisa jalan. Jadi kamu tolongin Atsumu aja dulu."

Balasan yang entah kenapa membuat [name] sebal.

"Atsumu butuh kamu. Dan kamu selalu butuh dia--"

"Kamu itu kenapa, sih?" [name] langsung memotong ucapan Osamu. Gadis itu sampai menekukan alis mengahadapi Osamu yang tiba-tiba seperti ini. "Apa kamu juga ikut-ikutan mabuk?"

[Name] memajukan tubuhnya. Mengendusi tubuh Osamu.

"[Name], aku serius. Atsumu butuh seseorang kayak kamu--"

"Ya terus? Kamu juga butuh diobati. Atsumu udah pulang, sekarang kamu juga ayo pulang. Aku khawatir tau," ucap [name]. Kembali memotong ucapan Osamu dan sepertinya tampak semakin sebal dengan ucapan ngawur laki-laki itu.

Merasa ajakannya lenyap terbawa angin begitu saja, [name] meraih lengan Osamu untuk ditariknya. Tapi pemuda itu tampak tak ingin beranjak sama sekali.

"Kamu ingat perjanjian kita, kan?" Osamu tiba-tiba bertanya lagi. Membuat [name] yang tadi bergerak untuk menarik jadi mendekati Osamu lagi.

ebb and flow » osamu miya.Where stories live. Discover now