Tigapuluh Tujuh - Warn

6.9K 506 31
                                    

Vkook
GS Areaa
This Story is mine
Happy Reading...
.
.
.
.


“ Selamat datang Kim Sajangnim”

Jungkook mengangguk pelan sambil memasang senyum cantiknya membalas setiap sapaan pegawainya yang berjejer mengiringinya sepanjang perjalanan menuju ruangan mendiang sang ayah dilantai tertinggi.

Di belakangnya nampak Yoongi mengikuti, berjalan dengan begitu tegas diikuti tatapan dinginnya. Membuat para pegawai lebih menakutinya dibanding Jungkook sendiri. Yoongi sendiri merupakan sekertaris pribadi sang pimpinan, menggantikan Jenny yang memilih pensiun dan berfokus pada keluarganya.

Pintu lift terbuka dilantai khusus ruang pimpinan, Jungkook menghela nafas pelan sebelum akhirnya melangkah menyusuri koridor yang sangat sepi itu.

Sesuai dengan amat dari mendiang sang ayah, Jungkook akan mewarisi perusahaan keluarganya begitu ia lulus dari pendidikannya. Maka disinilah dia sekarang, menapaki satu persatu lantai dengan wajah yang terlihat menyendu. Langkahnya terlihat begitu lambat.

Kembali terbayang dibenaknya kenangan bersama kedua orang tuanya, bagaimana ibunya yang akan selalu mengomel memarahi sang ayah yang selalu lupa makan siangnya, bagaimana lembutnya sang ayahnya dalam membalas omelan ibunya itu dengan rayuan-rayuan yang dapat langsung membuat ibunya merona.

Atau kenangan akan dirinya yang tengah tertawa bahagia bersama ayah dan ibunya. Dan kenangan-kenangan manis lainnya.

“ Jungkook-ah.. kau baik –baik saja”

Yoongi menatap cemas sahabatnya yang tiba-tiba saja terdiam tepat didepan ruangannya, seperti menanggung kesedihan.

“ Jung—“

“ Gwaenchana, Yoon”

Jungkook tersenyum, mencoba mengatakan baik-baik saja. Tapi pertemanan mereka tidak terjalin hanya setahun dua tahun, Yoongi jelas bisa membaca apa yang sedang disembunyikan iris kelam itu.

Jungkook sedang mengenang kedua orang tuanya. Ia menghela nafas, menuntun Jungkook untuk memasuki ruangan kebesaran itu. Meski Jungkook sempat menolak, tapi dia tetap memaksa.

Berakhir dengan Jungkook yang mendesah pasrah, membiarkan Yoongi menuntunnya hingga duduk dengan nyaman di sofa ruangan itu.

“ Mau ku ambilkan minum?” tawar Yoongi yang sigap berdiri, tapi Jungkook langsung menahannya, menggeleng pelan ketika gadis itu menoleh padanya.
“ Tidak perlu.. “ tolak Jungkook halus
“ aku bisa mengatasi ini, aku hanya perlu diam beberapa saat”

Yoongi hendak menyela, tapi memilih diam saat Jungkook nampak begitu lemah. Perempuan itu bahkan merebahkan tubuhnya dan menutup matanya sejenak. Menikmati hening yang kemudian mengudara diantara keduanya.

“ Apa ini terasa begitu berat Kookie?”

Yoongi pada akhirnya bertanya, setelah tak mampu lagi menahan perih dibenaknya, dia tidak suka melihat Jungkook semelah ini.

“ Kau mau aku merubah dekorasi ruangan ini?”

Jungkook menghela nafas pelan, ia kemudian menoleh untuk menatap Yoongi.

“ Tidak Yoon, pertahankan begini. Aku ingin mengenang kebiasaan ayahku”

“ Tapi kau terlihat tersiksa”

“ Tidak apa Yoon”

Jungkook tersenyum, memandang sekeliling ruangan. Tidak ada yang berubah, semua masih tetep sama. Dia tersenyum ketika melihat banyak sekali bingkai foto keluarganya yang berjejer dimeja kerja ayahnya. Jeon Sehun si pecinta keluarga.

Paper HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang