Chapter 11 - #1

1.2K 286 20
                                    

❝ Aku baru sadar, kalau ternyata kamu se-berarti ini buat aku❞

┈˚ू ₒु ☆♬ ┈┈┈┈┈┈┈┈♬☆ ू ₒु˚ ┈

┈˚ू ₒु ☆♬ ┈┈┈┈┈┈┈┈♬☆ ू ₒु˚ ┈

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




Yedam menatap papan tulis dengan pandangan kosong, sudah sejak satu jam tadi Miss Lisa menjelaskan materi, namun tak ada satupun yang bisa memasuki telinganya dengan rapi.

Pikirannya hanya tertuju kepada Lana. Bagaimana kira - kira kabar gadis itu sekarang? Apa sudah sadar? Bagaimana reaksi Lana saat mengetahui kakinya tidak berfungsi sama sekali?

Meski hanya sementara. Yedam yakin Lana pasti akan terguncang, sebab peristiwa ini pernah tejadi saat mereka duduk di bangku sekolah menengah dulu. Dokter bahkan menyatakan bahwa kaki Lana lumpuh, namun ajaibnya Lana bisa sembuh.

"Ngga usah depresot gitu muka lu elah. Percaya sama gue, Lana pasti bakal baik - baik aja,"

Yedam menoleh lesu saat Mashiho teman sekelasnya itu tiba - tiba saja menoleh kebelakang dengan senyuman ramah.

"Musyrik si Yedam mah kalo kudu percaya sama lo, njir" celetuk Asahi, si bocah jepang yang duduk disebelah Mashiho.

"Diem lo jepun,"

"Lo juga kali, dasar manusia suka lupa diri sama tanah air sendiri," balas Asahi bersungut - sungut

Yedam tersenyum tipis, sedikit merasa geli saat melihat pertengkaran dua sejoli dari negeri sakura ini. Apalagi Asahi yang selalu bicara dengan intonasi ngegas tapi raut wajahnya selalu datar.

"Abis ini ada latihan basket, Dam. Lo mau gue izinin ke coach, apa gimana?" Tanya Mashiho lagi setelah usai bertengkar dengan Asahi, lantaran pria itu dimintai Miss Lisa untuk membawa buku - buku latihan ke ruangan guru.

"Izinin aja deh, Ho. Gue mau ke rumah sakit nengokin Lana,"

"Yoi, amanlah kalau gitu. Sampein ke Lana, semoga cepet sembuh, dari Mashiho si kapten basket terkeren se-IHS ye," kata Mashiho sambil terkekeh lucu, menampakkan gigi kelinci khasnya yang langsung di angguki oleh Yedam.

Jangan salah, biarpun badannya kecil gitu, Mashiho ini kapten basket kebanggaan sekolah. Soal skill? Tidak perlu di tanya, Mashiho pasti juaranya.

Yedam kadang sampai tak mengerti lagi harus berhenti tercengang dengan teman sekelasnya yang satu ini. Mana jago nyanyi juga anaknya.

Teng tong tang teng tong~

Bel baru saja berbunyi, pertanda pelajaran telah usai hari ini. Yedam langsung membersihkan buku - bukunya. Ia ingin segera bertemu Lana.

"Ho, gue duluan ya? Tolong izinin gue ntar ya pak kapten,"

"Okey dokey, Mr. Bangbang"

Yedam tersenyum simpul membalas kekehan Mashiho, kemudian berlari kecil keluar dari kelasnya.













Jeongin meraup wajahnya frustasi, ia yang mendengar jeritan Lana dari luar kamar pasien, merasa tak kuasa menahan nyeri di dadanya.

Hyunjin dan Yeji juga lekas kembali dari kampus setelah mendengar Lana siuman sejak lima menit yang lalu, dan kini kedunya didalam─ tengah memenangkan si bungsu.

Jeongin sendiri keluar karena tak sanggup melihat Lana yang shock berat dengan keadaan kakinya. Meski dokter sudah berkali - kali mengatakan bahwa itu hanya sementara, tapi Lana seolah tuli dan tak mau mendengar penjelasan dari pihak mana pun.

Tak lama suara Lana menghilang, menyisahkan hening yang sumbang. Jeongin menoleh saat Yedam tiba dari lorong timur, dan pintu juga terbuka menampakkan Hyunjin dan dokter yang keluar secara bersamaan.

Yedam kini sudah berdiri di sebelah Jeongin, melihat wajah keruh dari Hyunjin yang tengah berbicara dengan dokter Kim. Setelah dokter kim pamit, Jeongin maju mendekati Hyunjin.

"Gimana, bang?" Tanya Jeongin.

Hyunjin menghela nafas kasar, terlihat frustasi sama halnya dengan Jeongin sekarang. Karena Yedam baru saja datang, ia jadi tidak tau apa yang baru saja terjadi di dalam. Karena merasa pensaran, Yedam akhirnya ikut melayangkan pertanyaan

"Lana gimana, kak? Udah siuman?"

"Udah. Tapi barusan Lana dibius sama dokter, jadi sekarang dia tidur lagi," jelas Hyunjin, membuat Jeongin yang disebelahnya terduduk lemas di kursi tunggu.

"Lo baru balik, Dam? Ngga ganti baju dulu gitu?" Kata Hyunjin melanjutkan.

Pertanyaan itu justru membuat Yedam langsung menggeleng cepat. Tak lama ketiganya menoleh saat Yeji muncul dari balik pintu.

Manik Yeji pun membulat saat menemukan Yedam juga ada di sana bersama kembaran dan sepupunya

"Loh, Yedam udah di sini? Mau ketemu Lana ya?" Yedam mengangguk cepat sata Yeji bertanya.

"Lananya baru aja tidur, Dam. Eh─ tapi kalau kamu mau liat, masuk aja ngga apa - apa kok," kata Yeji sambil bergeser pelan kesebelah Hyunjin.

"Beneran ngga apa - apa mbak?"

"Iya, ngga apa. Nanti kalau Lana sadar langsung panggilin dokter ya. Takutnya dia histeris lagi kayak tadi," jelas Yeji.

Yedam menukik alis, menunjukkan raut bertanya karena perkataan Yeji

"histeris?"

Jeongin mengangguk sambil berdiri, "iya, dia shock berat tadi gara - gara kakinya ngga bisa digerakin. Barusan di bius dokter, makanya jadi tidur lagi,"

"Gue, Ayen sama Yeji mau balik dulu ke kampus, lo tolong jagain Lana bentar ya, Dam?" Kata Hyunjin sambil menepuk pundak Yedam dengan wajah lelah, Yedam sendiri langsung mengangguk cepat menyetujui.

"Iya kak,"

"Kita ngga lama kok, nanti bakal langsung balik ke sini," sahut Jeongin ikut menimpali.

"Pamit dulu ya, Yedam?" Kata Yeji sambil mengulas senyum tipis.

Yedam mengangguk saja, menatap punggung ketiga orang itu dengan tatapan sendu. Ia menarik nafas panjang sebentar, berusaha menenangkan diri sebelum akhirnya memasuki kamar pasien milik Lana.















-

-----------

Part ini kepanjangan yorobun, jadi sambung ke part sebelah ya.
Anggap aja hari ini aku double update, hehe

Th~♡🐰

Love Song || NEW VERSION Where stories live. Discover now