XI

7 1 0
                                    

Sisi kepalaku berdenyut luar biasa. Seperti dipukul berulang kali. Mataku berat untuk dibuka. Gelap sekali dan punggungku sakit. Aku bisa merasakan tanah, akar, ranting menggores kulitku. Entah rok atau kemeja sobek tersangkut.

Aku diseret jauh sekali. Entah berapa ratus meter dari tempat kami berada sebelumnya. Kepalaku terlalu sibuk berdesing untuk mereka-reka ke arah mana kami menuju. Namun aku sudah tidak lagi mencium kompos alami. Baunya tinggal samar-samar.

Lalu tubuhku diangkat dari tanah. Di bawah tubuhku tangannya sama besar dengan Cale, tapi tidak ada hangat atau emosi apapun. Cengkeramannya menyakitkan sampai ke dalam-dalam. Aku ingin melompat turun agar lepas dari pria menyeramkan ini.

Aku mendengar kaki menapak di atas kayu. Dia lalu menaruhku di atas bahu. Terdengar dia mengeluarkan kunci dari saku. Kuncinya banyak, bergemerincing saat dimasukkan ke lubang kunci. Daun pintu berderit mengerikan. Dia membawaku masuk.

Pintu lain terbuka. Aku diturunkan ke lantai kayu berlapis karpet. Dia meninggalkanku dan mengunci pintu. Aku kembali tidak sadar.

***

Tidak ada mimpi, buruk maupun membingungkan. Tidak ada banjir memori masa lalu. Hanya gelap. Teramat gelap. Bagaikan tenggelam dalam gua bawah tanah.

Aku terbangun ketika wajahku ditendang. Mataku membuka pelan dan mendapati jempol kaki berkuku busuk berada lima sentimeter dari pipiku. Pandanganku menelusur ke atas. Dimana sepasang mata jingga menyala telah menantiku. Aku jadi sadar benar.

"Kau bangun?" dia menggeram. Dia menjauh lalu duduk di tepi tempat tidur. Punggungnya membungkuk. "Kau Carla?"

Aku bergidik. Caranya mengatakan hal itu sangat familiar. Geramannya tidak asing. Telepon itu! Pria ini yang berada di rumah Nick dan mengangkat telepon  rupanya.

"Kau tidak bisa bicara?" Dia menendang lenganku.

"Don't!" seruku lemah.

"Kau Carla?" Dia mengulang pertanyaan tanpa menghiraukanku.

Aku mengangguk tepat saat dia menendang sisi perutku. Tanpa perlu beranjak dari duduknya. Aku layaknya anjing berbaring di bawah tempat tidur tuannya. Ditendangi tuannya yang mabuk dan gila. Mungkin sebentar lagi dia akan membakar ekorku.

"Apa yang telah kau lakukan dengan anakku? Baunya ada di tubuhmu. Kau menggoda anakku?"

Aku tidak tahu siapa yang dia maksud. Aku ragu apa dia benar ayah Cale. Kenampakan fisik mereka sama sampai membuatku salah terka. Tapi, kenyataan dia ayah adalah Cale..., aku meragukannya.

"Saya tidak tahu siapa yang Anda maksud."

Dia meludah. Tak jauh dari pelipisku. "Bitch!" makinya. "Cale Becker. Dia putraku satu-satunya. Kau menggodanya kan? Bau Cale ada padamu. Kau tidak bisa menyangkal."

Apa yang dia katakan? Aku dan Cale tidak bertemu selama tiga hari. Bajuku baru dari lemari. Jelas tidak mungkin ada bau Cale. "No way! Kami tidak melakukan apapun."

Dia menendang perutku lebih keras. "Jangan bohong padaku, kau pelacur kecil!" Tendang lagi sampai aku meluncur dari posisi semula. "Untuk apa kau mendekati anakku Cale? Kau ingin menggunakannya sebagai senjata?"

"Saya tidak mengerti apa yang Anda katakan," kataku lirih. Tenagaku berkurang untuk menahan tendangannya. Isi perut melilit kencang. Bisa jadi bergeser akibat ditendang.

"Jangan bohong!" geramnya. "Lalu apa yang kau lakukan di sini? Kau kembali ke Amerika? Mencariku? Balas dendam?" Dia bangkit cepat, menendangku saat lewat. Dia menghampiri sofa di pojok ruang.

Forest Ranger : Arriving (Completed)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ