XIII

9 1 0
                                    

Tengah malam aku terbangun oleh mimpi buruk. Ingatan akan Mr Becker bertransformasi menjadi serigala hitam besar hidup di kepalaku, memicu keringat dingin dan ketakutan. Aku bangun terduduk di atas kasur. Selimut meluncur turun ke pangkuan, tersingkap tangan Cale menggenggam pergelangan tanganku. Kepalanya  terkulai di tepi tempat tidur.

Badannya terlipat aneh. Sangat tidak nyaman, bahkan untuk dipandang. Punggungnya naik turun berirama. Cale memenuhi janjinya, menemaniku meskipun harus membayar dengan sakit punggung keesokan hari nanti.

Aku tidak sanggup membiarkannya tidur dengan kondisi demikian. Kutarik hati-hati tanganku dari genggamannya. Dia jauh lebih besar dariku, dalam keadaan tidur dia akan dua kali lebih berat, tapi aku memutuskan untuk nekat. Aku turun dari tempat tidur. Dari belakang kupegang kedua lengannya.

"Uh..., what?" gumam Cale dalam tidur.

Aku memanfaatkannya. "Move up to bed, honey," bisikku ke telinganya. Aku mengulum tawa. Aku lebih gila dari yang kukira. Dengan memanggilnya honey, menyuruhnya naik ke tempat tidur. Somebody, wake me up, please.

Cale menggerundel pelan, tapi dia tetap naik ke tempat tidur. Dengan bunyi berdebam dia berbaring. Tampak lemah, mudah retak dalam kondisi demikian. Dia bergelung, memeluk dirinya, maka kuselimuti Cale. Kuberi dia kecupan di dahi.

Cale mengusap dahi tanpa sadar. "Stop, Mom.... I'm not kid.... Mom...."

Aku mendengar Cale memanggil ibunya dalam tidur, seketika hatiku hancur. Cale kehilangan ibunya semasa kecil. Baru berumur lima tahun. Saat dia membutuhkan banyak kasih sayang, tapi aku merampasnya dari Cale. Aku membunuh ibunya dan menghancurkan hidup Cale.

Keadaan sekarang tidak adil. Harusnya Cale marah padaku. Dia seharusnya membenciku bukannya cemas. Aku pantas mendapatkan perlakuan buruk. Perhatiannya, janjinya, aku tidak berharga untuk menerima hal itu.

Mr. Becker benar, kematianku adalah solusi. Aku tidak seharusnya diselamatkan. Biarkan saja Mr. Becker membunuhku. Cale tidak perlu menanggung deritanya dan diriku. Ayah Cale bicara benar, aku tidak sesuai bagi Cale.

Enam belas tahun aku tidur nyaman tiap malam. Aku makan malam, sarapan dengan keluarga lengkap. Ibu selalu ada dalam tiap peristiwa penting hidupku. Sementara Cale, dia tidak mendapat apapun. Ayahnya mabuk-mabukan dan memukul Cale. Dia harus bekerja dan bertahan hidup.

Ini terlalu ironi yang menyakitkan. Melihatnya tidur demikian, berapa puluh ribu malam dia habiskan menanti ciuman selamat malam dari ibu? Dia tidak pernah bertengkar dengan ibu karena dibangunkan pagi-pagi. Semua gara-gara aku.

Lebih baik aku pergi. Ada di dekatnya hanya akan menambah duka bagi Cale. Dia berhak hidup bahagia tanpa beban dariku. Akan lebih baik kalau aku tidak ada dan dia bisa membenciku dengan leluasa. Sekalipun hatiku tercabik-cabik. Jiwaku hancur membayangkan hidup tanpa Cale. Namun, aku akan mengambil duka Cale dan memberinya kebahagiaan.

Aku berbalik menuju pintu. Aku bisa meminjam telepon Olga, untuk diam-diam meminta ayah menjemputku. Selanjutnya akan kupikirkan nanti. Asal aku bisa bersembunyi dan keluargaku aman. Cale juga..., Cale juga akan bahagia.

Namun belum sampai pintu, aku direngkuh dari belakang. Kedua tangan Cale dengan mudah melingkari badanku. Kuharap aku lebih gemuk dan lebih tinggi. Sehingga Cale tidak bisa begitu singkat dan tepat menahanku seperti ini. Dengan demikian aku bisa melepaskan diri, bukannya lunglai kalah.

Cale menyandarkan kepala di pundakku. Hangat nafasnya menggelitik telingaku. "Don't go, please, Carla, don't go."

Badanku jadi membeku. Saat dia mengucapkan jangan pergi, aku jadi tahu aku tidak akan bisa pergi. Saat itu pula geraman Mr. Becker menerjang ingatanku. You can't go! Kakiku lemas seketika. Aku hanya memasrahkan diri ke pelukan Cale. Dia benar, aku tidak akan bisa kemana-mana. Ayah Cale maksudku.

Forest Ranger : Arriving (Completed)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن