PROMISE - Part 36: Arti Sahabat

193 11 0
                                    


---------------3am------------------

Iel membuka pintu ruang musik itu dengan perlahan, dengan begitu pelan, tanpa mengeluarkan suara. Dan dentingan suara piano yang mengalir lembut itu segera menyeruak masuk, memenuhi indera pendengarannya. Terasa indah, tapi sangat memberikan kesan memilukan dihatinya, mengalun suram, tanpa keceriaan.

Iel menatap lurus ke arah sang pemilik permainan harmoni-harmoni indah itu. Kini ia bisa melihat Ify, orang yang dicari-carinya sedari tadi, tengah memainkan sebuah piano disana. Posisi Ify yang membelakangi pintu masuk Iel tadi, membuat Iel bisa memandang sendu punggung Ify dengan leluasa, tanpa disadari kehadirannya oleh gadis itu. Walaupun tak melihat wajahnya, Iel bisa tau, Ify tengah memainkan pianonya dengan ditemani linangan air matanya. Isakan tangis itu bisa ia dengar dengan begitu jelas, begitu menggugah hati yang ikut merasakan aura kepedihan itu. Mendengar itu, entah kenapa hati Iel sangat bisa ikut merasakan aura kepedihan itu. Dia tau, sebuah ketidak adilan telah menerpa gadis itu dengan kejamnya. Tapi... kini Iel hanya bisa diam terpaku disana, meresapi alunan nada kepedihan yang kini menyusup di relung hatinya, sembari terus menunggu sampai Ify selesai memainkan lagunya.

Sementara itu, Ify terus memainkan pianonya, walau di pipinya terus dialiri air mata yang turun dengan perlahan dan jatuh membasahi tuts-tuts piano yang dia mainkan. Dia terus memainkan alunan musik sendu itu, seakan-akan ingin menumpahkan segala kepedihan hatinya. Tak lama kemudian, Ify menghentikan permainan pianonya, meninggalkan keheningan yang terasa begitu penuh kehampaan. Hanya suara isak tangis yang agak di tahan yang terdengar di tengah keheningan itu.

Di belakang Ify, Iel beberapa saat masih saja tetap terdiam, menatap nanar orang didepannya itu. Ia belum bereaksi apapun, tetap membiarkan Ify menumpahkan kesedihannya seorang diri, walau ia tau, tangis itu makin lama semakin tak terbendung, semakin memperjelas keadaan gadis itu di mata Iel. Dia terlihat begitu.... Rapuh?

Iel sesaat memejamkan matanya, lalu menghembuskan nafas beratnya. Melihat ini, entah kenapa hati Iel langsung semakin terasa begitu miris. Aura kepedihan yang terpancar kuat disana, yang begitu memenuhi ruangan itu, seperti benar-benar mempengaruhi perasaan hatinya. Iel kembali menatap lurus Ify. 'Sepedih inikah hati loe fy?? Apa yang bisa gue lakukan buat loe?' bisik hati kecil Iel. Iel kembali menghela nafas beratnya. Lalu dengan keyakinannya, perlahan Iel mendekati Ify.

"Fy..." tegur Iel pelan sambil menyentuh pundak Ify lembut. Ify sedikit tersentak, tapi dia tetap bertahan, tetap diam terpaku disana, tak menoleh sedikitpun. Bahkan dia terlihat berusaha menghindari tatapan Iel untuk melihat wajahnya yang sedari tadi terus dialiri air mata itu.

"Permainan musik seseorang kadang mencerminkan emosi jiwa dan suasana hatinya. Tapi, apa hati loe sepedih alunan musik tadi fy?" sambung Iel lagi. Tapi Ify tetap tak bereaksi. Dia hanya diam sembari terus berusaha menghapus butiran-butiran bening yang jatuh itu. Iel lalu duduk disamping Ify dan ditatapnya gadis itu penuh perhatian.

"Gue bisa ngerti perasaan loe... jadi, loe ga perlu nutup-nutupin air mata loe itu dari gue..." kata Iel lagi. Ify masih tak bergeming.

"Fy... loe marah sama gue?" Tanya Iel kemudian setelah melihat kenyataan bahwa Ify, jangankan berbicara padanya, melirik ke arahnya sedikit pun tidak.

"Gue minta maaf sama loe kalau loe marah sama gue. Tapi bukan gue yang majang foto-foto itu fy..." kata Iel lagi sejujurnya. Ify belum juga mau bereaksi, tapi Iel belum mau menyerah.

"Oke... gue emang berat kalo harus akhirin perjanjian kita... itu bikin gue... kehilangan kesempatan buat bisa terus dekat... temenan sama loe... tapi fy, gue ga bakal bikin loe kaya gini... foto itu emang sama gue, tapi bukan gue pelakunya!" sambung Iel lagi.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang