PROMISE Part 50 : Tanda Tanya

234 14 2
                                    

PROMISE terakhir saya update sekitar bulan Feb 2015 atau 4 tahun yang lalu. Part sebelum ini (Part 49) adalah part terakhir yg saya post di FB/Blog di th 2015. Dan setelah itu cerita ini tenggelam bagai dimakan hiu, kelelep kesibukan pekerjaan saya. Tapi setahun belakang saya mulai mencoba menulis lagi karena pertama menulis cerita ini saya sudah pernah bertekad untuk menamatkan cerita ini, selama apapun itu.

Dan kini, saya ucapkan selamat membaca part-part terbaru menuju akhir cerita PROMISE.. :')

Terima kasih untuk semua pembaca, baik yang baru maupun yang telah setia menunggu selama 10 tahun ini :')

- tri3am -

PROMISE Part 50 : Tanda Tanya

------------------------ ----------------------

Mata itu menatap nanar dari balik jendela UKS itu. Diam-diam melihat gadis itu menahan sakit saat diobati perawat UKS sekolah, membuat dia seakan ikut merasakan kesakitannya juga. Gabriel memang tak berlama-lama berada di UKS. Setelah mengantar dan memastikan Ify telah mendapat perawatan dari perawat di UKS, dia bergegas menyingkir. Dia tak mau gadis itu melihat kegelisannya. Hati Gabriel sangat berkecamuk saat pertama mendengar teriakan itu saat di lapangan. Badannya terasa seperti tersengat serangan listrik mendengar suara yang begitu familiar di telinganya, suara yang begitu tengah dia rindukan sapaannya sesunggguhnya. Dan dirinya seketika itu juga sontak berdiri, mengejar sumber suara rintihan kesakitan itu tanpa mempedulikan lagi dengan sekelilingnya. Yang dia pedulikan hanya satu. Keselamatan gadis itu. Titik. Dan kini ia hanya bisa mengintip diam-diam dari luar ruangan dan mendoakan agar gadis itu tak kenapa-napa.

"Yel.. ngapain bengong disini?"

Lamunan Gabriel seketika pecah, ia sontak memalingkan badannya ke arah sumber panggilan itu. Sivia telah berada di sampingnya. Senyum Gabriel seketika mengembang. Meskipun sedikit dipaksakan, Gabriel merasa hanya itu satu-satunya usaha yang bisa ia lakukan untuk menutupi kegelisahannya paska kepergok mengintip Ify di luar UKS.

"Oh lo Vi. Gak... Gue cuma lagi mastiin aja Ify udah gak kenapa-napa"

"Kenapa pake acara ngintip-ngintip segala?"

"Yaa... gapapa sih. Gue tadi takut ganggu perawatnya sih makanya langsung keluar. Sekarang lagi diobatin sih, udah aman kayaknya" terang Gabriel. Sivia sedikit ikut mengintip ke dalam, dan ucapan Iel memang benar. Ify tampaknya tengah diobati oleh perawat UKS di dalam.

"Ke kantin yuk. Gue aus nih.." ajak Iel mengalihkan pembicaraan. Tanpa persetujuan Sivia, ia segera menggandeng lengan gadis itu. Dengan setengah menyeret, Gabriel mengajak Sivia segera meninggalkan UKS untuk menemani dirinya menuju kantin. Tak boleh satu orang pun tau tentang kegelisahannya, pikir Iel. Tak satupun, terutama Sivia.

------------------------ -----------

"Yel..."

"Hmmm"

"Yel, lo kenapa sih diem gitu?"

"Hmmm"

Tatapan itu. Tatapan yang hangat itu adalah tatapan yang tulus dan penuh perhatian, namun juga penuh kekhawatiran dan ketakutan. Sivia bisa melihat itu dari mata Gabriel. Sebuah tatapan yang tak biasa ditemui Sivia dari sosok Gabriel yang selalu penuh kejahilan dan kecuekan seperti yang dikenalnya selama ini.

Dan hari itu tak hanya sekali ia menjumpai tatapan itu. Di lapangan basket pagi itu adalah kali pertama Sivia melihat tatapan itu. Lalu dia kembali menjumpainya saat dia memergoki Gabriel menatap diam-diam jendela ruang UKS itu. Dan kini, saat mereka tengah duduk berdua di kantin pun, Sivia kembali melihat tatapan hangat itu meskipun pandangannya tampak menerawang jauh. Entah kemana pikiran Gabriel berkelana. Yang Sivia sadari, itu tak mungkin untuk dirinya.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang