Part 18 - Ngutang

101K 6.8K 475
                                    

Amanda menutup pagar. Hari minggu ini langit terlihat sangat cerah. Matahari melambung rendah di ufuk timur, membuat udara terasa hangat dan segar. Amanda tak ingin melewatkan kesempatan yang baik ini untuk lari pagi.

Amanda pemanasan di depan pagar sebelum mulai berlari. Ia peregangan badan. Amanda lari-lari kecil di tempat.

"Pagi, Amanda," sapa Sarah yang kebetulan melintas.

Amanda menghentikan gerakannya. Dia membatu sejenak. Ada Arsen juga bersama Sarah. Sepertinya dua orang itu akan olahraga pagi bersama. Hei, kenapa sepagi ini Arsen ada di rumah Sarah? Ini masih terlalu pagi untuk bertamu.

Mungkin Arsen sengaja sering muncul di rumah Sarah untuk menegaskan hubungannya dengan perempuan itu. Atau Arsen sengaja memanas-manasi Amanda? Atau Arsen ingin meledek Amanda? Atau Arsen ingin pamer atas hubungannya dengan Sarah?

Entahlah, Amanda tidak dapat berpikir positif sejak tahu Sarah adalah tetangganya. Tolong siapa saja, segera angkut rumah Sarah dari samping rumah Amanda! Hanya itu jalan untuk menyelesaikan kegalauan hati Amanda.

"Amanda, lo mau lari pagi juga? Barengan, yuk?" ajak Sarah.

Cewek yang satu ini sengaja ngajak gue? Mau buat gue cemburu? dumel Amanda dalam hati dengan mata yang tetap setia mendelik tajam.

"Kalau ditanya itu ya dijawab!" sentak Arsen sebab Amanda tak kunjung memberi respon.

"Gue ogah jadi nyamuk di antara kalian!" jawab Amanda. Lalu dia pergi begitu saja. Lebih baik lari pagi seorang diri daripada makan hati.

Kaki Amanda awalnya berlari kecil, kemudian bertambah cepat, cepat dan semakin cepat. Asal bisa menjauh dari dua makhluk itu.

Kaki Amanda berhenti setelah ia rasa sudah cukup jauh berlari. Ia ngos-ngosan. Amanda meraup udara sebanyak-banyaknya. Dengan sedikit membungkuk dan tangan bertumpu pada lutut. Setelah beberapa detik Amanda kembali menegakkan tubuh.

"Sesak dada ini," ujar Amanda lebay. Amanda seka keringatnya dengan gerakan dramatis.

"Gue nggak mau liat wajah mereka lagi selama-lamanya --" ucapan Amanda terhenti ketika dia menoleh ke belakang.

Tolong kuatkan Amanda. Setelah berlari sejauh mungkin, napas hampir habis, capek, lemah, dan letih untuk kabur dari Arsen dan Sarah. Kini tanpa dosa dua manusia itu berdiri di belakang Amanda. Tolong dicatat, dengan wajah polos keduanya menatap Amanda.

"Hai," ujar Sarah sambil tersenyum.

Sementara Amanda sudah ingin menangis.

"Kita ketemu lagi," sambung Sarah.

Kepalamu ketemu, jawab Amanda dalam hati.

Bibir Amanda maju beberapa senti. Sementara matanya menatap sinis. Aura ketidaksukaan saat berada di sekitar Amanda kembali Sarah rasakan.

"Ya udah sih, kalian duluan saja larinya," suruh Amanda.

"Kenapa lo nggak mau barengan sama kita?" tanya Sarah.

"Gue takut seseorang nggak nyaman karena kehadiran gue," Amanda menyindir Arsen.

Yang disindir sepertinya tidak merasa, wajah Arsen tidak mengalami perubahan ekpresi sedikit pun. Tetap datar seperti tembok. Dengan ganteng Arsen berdiri, satu tangan ia simpan di saku celana olahraga berwana hitam yang di kenakannya.

"Kami duluan kalau begitu!" ujar Arsen tiba-tiba. Tanpa melirik Amanda.

Dengan gerakan mata Arsen meminta Sarah agar mereka segera pergi. Wah, main kode-kodean segala, pikir Amanda.

Amanda [END - SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang