Part 27 - Kemasukan

95.2K 6.6K 296
                                    

"Gagal deh PJ-nya karena Afgan pergi. Jadi bayar masing-masing," desah Lila kecewa.

Matahari sudah merendah. Siang beranjak pergi, menyisakan rasa panas yang tidak menyengat. Matahari sore bersinar terik namun terasa hangat. Langit sore yang sungguh cerah.

Sore ini Amanda dan rombongan masih berada di kafe. Mereka bersiap untuk pulang, hanya tinggal menunggu para laki-laki selesai dengan urusan kasir. Karena  Afgan kabur entah ke mana, jadilah Arsen dan Ridho yang menanggung biaya nongkrong hari ini.

"Amanda, lo pulang bareng gue sama Arsen saja," ajak Lila.

Amanda tak menyahut. Ia tampak melamun.

"Amanda." Lila menyentuh bahu Amanda, menarik perempuan itu dari dunianya sendiri.

"Kenapa?" tanya Amanda bingung.

"Sarah ngajak lo pulang bareng," jawab Lila.

Amanda tersenyum sambil menggeleng. "Gue naik angkutan umum aja. Takutnya nanti kalian kerepotan. Dan gue nggak mau Arsen merasa nggak nyaman karena kehadiran gue."

"Siapa bilang Arsen nggak nyaman? Dia senang kok ada di samping lo, lo aja yang kurang peka," ralat Sarah.

Amanda hanya tersenyum menanggapi perkataan Sarah. Perkataan Sarah tidak terlalu diambil hati oleh Amanda. Saat ini Amanda sedang tidak ingin memikirkan hal lain, otaknya hanya dipenuhi oleh Afgan dan segala kemungkinan yang mungkin terjadi.

"Manda, lo bareng sama Sarah aja. Lagipula kalian satu arah," bujuk Lila.

"Lo nggak usah sungkan sama gue dan Arsen. Kita ini kan teman," ujar Sarah sambil tersenyum ramah.

Dulu Amanda amat sangat membenci senyuman Sarah itu. Bukan hanya senyuman, tapi semua yang ada pada diri Sarah amat sangat Amanda benci. Semua itu karena Arsen. Namun sekarang bagi Amanda semua terasa biasa saja.

Mungkin seiring perasaan Amanda yang berubah, kesukaan dan kebenciannya juga ikut berubah.

"Iya, deh," sahut Amanda lesu.

Ridho dan Lila pulang bersama terlebih dahulu setelah selesai dengan urusan membayar. Amanda sebenarnya ingin menyampaikan ketidak nyamanannya jika pulang bersama Arsen pada Lila, namun melihat senyuman sahabatnya itu ketika bersama Ridho membuat Amanda mengurungkan niat. Lila juga berhak bahagia.

Amanda dan Sarah berjalan bersisihan menuju parkiran kafe, sementara Arsen mengikuti mereka dari belakang. Kebersamaan mereka hanya diisi dengan kebisingan sekitar.

"Ya ampun, gue lupa ada janji sama nyokap di salon dekat sini," seru Sarah tiba-tiba sambil menepuk jidat.

Amanda menghentikan langkahnya, dia menoleh pada Sarah yang tampak berpikir.

"Arsen, kamu antar Amanda pulang. Aku nggak jadi ikut mobil kamu," sambung Sarah.

Mata Amanda melotot mendengar penuturan Sarah. Coba mencerna secepat mungkin arti perkaraan Sarah itu. Bukankah itu artinya Amanda akan pulang di antar Arsen? Dan hanya berdua di dalam mobil.

Jika ini terjadi saat Amanda menjadi bucin cowok itu pasti Amanda akan melompat kegirangan. Namun kini segalanya telah berubah. Rasa antusias Amanda hilang entah ke mana. Seperti lenyap.

"Kenapa nggak bilang dari tadi kalau kamu ada janji sama tante?" tanya Arsen.

Sarah balas menatap Arsen dengan mata mengkode. Seolah mengatakan bahwa Arsen jangan banyak tanya.

"Kan lupa jadi aku nggak bilang, baru inget sekarang. Kalian pulang duluan saja kalau begitu," Sarah menekan suaranya di setiap kalimat.

Arsen ini memang bodoh. Dia  tidak mengerti bahwa Sarah sengaja tidak ikut pulang bersama untuk memberi ruang pada Arsen dan Amanda. Bukankah Sarah sangat pengertian sebagai seorang sepupu? Namun sayangnya yang diberi pengertian tidak mengerti.

Amanda [END - SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang