6. Sesuatu

29.1K 2.1K 52
                                    

Orang gila : Oi. Gue tunggu di gudang

Laurin memejamkan matanya, mencoba meredam amarah. Sudah berulang kali Laurin bilang pada Elvan bahwa dia tidak mau menerima sejumlah uang. Tapi Elvan masih tak peduli. Ia tak mau ambil pusing dan tetap mengirimkan uang itu untuk Laurin.

Laurin mendesis kesal. Ia menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. Lalu bergegas pergi ke gudang karena halaman belakang sekolah sudah tidak aman untuk dijadikan tempat pertemuan.

"El," sapa Laurin saat sampai di gudang sekolah.

Cowok beralis tebal itu menoleh, menatap sinis Laurin yang berdiri di ambang pintu. "Nih." Dia menyodorkan amplop putih berisi sejumlah uang.

"El, gue udah bilang berapa kali ke elo sih? Berhenti kirimin gue uang!"

"Bodo!" Elvan menaruh amplop tersebut di atas lantai lalu pergi, berjalan melewati Laurin begitu saja.

"Elvan!" tegur Laurin geram. Namun Elvan tak peduli. Ia tetap pergi.

Dari kejauhan, mata Alan memicing, mendapati Elvan yang keluar dari gudang sekolah. Tak lama setelah itu, dia melihat seorang gadis yang juga keluar dari gudang dan memanggil-manggil nama Elvan. Namun tak dihiraukan. Gadis itu adalah gadis yang viral di Delton karena kepergok bertemu dengan Elvan di halaman belakang sekolah dan digosipkan mempunyai hubungan khusus dengan Elvan. Berita itu sangat viral dan menggemparkan semua warga sekolah. Tak hanya siswa-siswi Delton, guru-guru dan karyawan sekolah juga ikut heran, mengapa Elvan digosipkan menjalin hubungan cinta dengan gadis jelek seperti Laurin.

Alan mengedikkan bahu, tak peduli jenis hubungan apa pun yang dimiliki Elvan dengan gadis berjerawat itu. Ia memang tidak suka mencampuri urusan orang lain.

***

Bu Widya berkacak pinggang di depan Laurin, geram mengapa gadis itu tak kunjung paham dengan materi yang sudah ia sampaikan berulang kali. Nilai matematika gadis itu selalu di bawah rata-rata. Ia tak tahu harus bagaimana menumbuhkan semangat belajar Laurin.

"Laurin, kenapa nilai kamu selalu nol?" tanya Bu Widya kesal.

Laurin tersenyum malu, bergegas melipat hasil ulangannya tempo hari. "Maaf, Bu. Saya nggak ada waktu buat belajar. Saya kan selalu ikut lomba."

"Kenapa kamu selalu beralasan seperti itu? Semua anak di kelas ini juga merupakan atlet sama seperti kamu. Buktinya, mereka bisa mendapatkan nilai meskipun hanya 60 sampai 80 saja. Lha kamu itu NOL." Bu Widya sengaja memberikan penekanan pada kata nol agar Laurin mengerti betapa khawatirnya dia.

"Yaaa, Bu. Otak saya emang pas-pasan. Gimana dong, Bu?"

"Tidak ada yang namanya orang bodoh di dunia ini, Laurin. Yang ada hanya orang malas."

"Aduuuh, Bu. Saya kalau matematika udah nyerah dari dulu. Bikin pusing soalnya."

"Jangan beralasan, Laurin!" Bu Widya mendelik marah. "Nggak hanya matematika! Nilai kamu di pelajaran lain juga sangat minim, bahkan jauh dari KKM."

"Iya sih. Tapi kan lumayan daripada nol."

Bu Widya menghela napas jengah, mendengar Laurin yang terus menyangkalnya untuk membela diri. "Kalau kamu terus kayak gini, kamu bisa-bisa tidak naik kelas!"

"Ha? Nggak naik kelas? Waduuuh parah si Laurin." Mulai terdengar bisik-bisik seluruh siswa-siswi di kelasnya.

"Idiiiih udah jelek, bego pula."

"Sampah banget. Kenapa sih sekolah elite kayak Delton harus nerima murid kayak dia?"

"Daripada dia nggak naik kelas, mendingan dia dikeluarin aja."

K-U (Kelas Unggulan)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant