45. Kecurigaan

22.3K 2.1K 479
                                    

Rega menahan senyuman tipisnya saat Laurin datang menemuinya di perpustakaan. Entah mengapa akhir-akhir ini ia sangat gemar mengajari Laurin, kapan pun jika ia ada waktu. Sekarang hobinya bertambah satu.

"Kenapa lo minta ngajarin gue di tempat umum seperti ini sih?" Laurin menoleh ke kanan lalu ke kiri, takut jika para fans Rega semakin mengamuk padanya karena iri.

"IQ lo itu kurang dari 100. Gue prediksi, paling-paling nggak sampek 90, sama seperti sekumpulan orang tolol. Jadi gue pikir, lo butuh jam tambahan." Rega berdiri dari tempat duduknya, jari telunjuknya mengkode Laurin agar mengikutinya dari belakang.

Laurin hanya patuh seraya sesekali mengamati sekeliling, memperhatikan orang-orang yang terfokus padanya sambil berbisik-bisik satu sama lain. Sekali lagi Laurin bersyukur dikaruniai keahlian bela diri yang memadai. Meski terkadang ia masih menjadi korban bullying, namun ia masih bisa melakukan perlawanan.

Rega asyik menyisir rak buku. Ia mengambil sebuah buku dari dalam rak lalu memberikannya pada Laurin. Kemudian matanya kembali menyisir deretan judul buku lagi, mengambil buku yang ia mau, dan memberikannya pada Laurin lagi. Hal itu ia lakukan berulang kali hingga Laurin cukup kuwalahan membawa setumpuk buku dari Rega.

"Alien, itu semua adalah buku-buku yang harus lo pelajari saat gue lagi syuting."

"Eh tapi kan gue nggak bisa pinjam buku sebanyak ini," kata Laurin dengan muka yang tertutupi tumpukan buku. "Kan ada batas maksimal buku yang dipinjam."

"Lo lupa kalau gue anak K-U?" tanya Rega menyombongkan diri. "Anak K-U boleh meminjam buku sebanyak yang mereka mau. Lo bisa pakek kartu perpus gue. Lagian gue juga nggak pernah pakek. Kan sayang kalau mubadzir."

Dari meja perpustakaan paling kanan, Elvan memperhatikan Laurin dan Rega yang tampak berbincang-bincang sebentar hingga akhirnya mereka memilih sebuah meja kosong dan mulai belajar bersama. Tangan Elvan mengepal marah. Ia benar-benar tak suka cara Rega memperlakukan Laurin. Ia pun segera mengeluarkan ponsel dari dalam saku jas almamaternya dan mengirim pesan untuk Laurin.

Orang gila : Gue tunggu lo di rooftop.

Mata Laurin membelalak saat membaca pesan itu. Ia berdehem salah tingkah, mengamati keadaan sekitar untuk mencari waktu yang tepat keluar dari perpustakaan.

"Jadi, nilai x sama dengan dua," jelas Rega. Dia tercekat ketika mendapati Laurin tampak tak fokus dengan apa yang ia ajarkan.

"Oi!" tegur Rega.

Laurin terkesiap.

"Kenapa lo nggak fokus gitu sih? Lo bikin gue jadi bete tau nggak."

"Sorry, Ga. Gue ke toilet sebentar ya," pamit Laurin buru-buru, berjalan cepat keluar perpustakaan, lalu menaiki tangga. Ia tak sadar jika Rega mengikutinya dari belakang.

Langkah kaki Laurin terhenti saat menginjak rooftop sekolah. Di sana sudah ada Elvan yang berdiri menatap pepohonan tabebuya. Laurin berjalan mendekat.

"Ngapain lo nyuruh gue ke sini?" tanya Laurin sinis.

"Berhenti jadi budaknya Rega. Gue nggak suka," kata Elvan tanpa basa-basi. Ia kini menatap tajam Laurin.

Dahi Laurin berkernyit. "Kenapa? Kenapa lo nggak suka?"

"Pokoknya gue nggak suka kalau lo diperlakukan seperti itu sama Rega. Jadi berhenti!"

Laurin mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Sejak kapan lo care sama gue? Jika lo hanya ngelarang gue karena kasihan, maka terima kasih! Gue nggak butuh."

"Ya. Gue kasihan sama lo. Hampir tiap hari lo nerima perlakuan nggak adil dari para fans Rega. Gue nggak habis pikir kenapa lo bertahan."

"Asal lo tahu. Gue hanya ingin lulus dari Delton. Sejak Rega ngajarin gue, semua nilai akademik gue meningkat drastis bahkan sekarang nyaris menyentuh KKM."

"Jadi hanya karena itu?" tanya Elvan meremehkan.

"Lo bisa bilang gitu karena lo dikaruniai otak cemerlang, El. Lo nggak pernah ngerasain betapa sulitnya hidup dengan mengandalkan otak pas-pasan. Jadi berhentilah ceramah. Dan jangan ikut campur! Kita bukan siapa-siapa."

"Lo masih menganggap gue bukan siapa-siapa, hah?"

"Nggak ada hubungan apa pun di antara kita. Lo yang bilang itu sendiri. Jadi nggak usah sok care!"

"Awalnya gue mencoba nggak peduli sama lo. Gue berusaha bersikap sinis ke elo. Tapi gue nggak bisa, Rin. Hubungan kita nggak akan bisa terputus meski kita berdua menampiknya."

"Lupain hubungan kita dan jangan temui gue lagi!"

"Sebenarnya, Laurin sama Elvan punya hubungan apa?" Rega bertanya-bertanya. Sedari tadi ia berdiri di balik tembok seraya menguping.

😎😎😎😎😎
Rabu, 27 Maret 2019

Aku minta vote 400++

Boyband untuk fanfiction tolong pilih ya, satu orang satu komen.

1. BTS komen di sini🙋

2. EXO komen di sini🙋

3. Wannaone komen di sini 🙋

4. TXT komen di sini🙋

K-U (Kelas Unggulan)Onde histórias criam vida. Descubra agora