42. Cemas

22.5K 1.9K 366
                                    

Rega mendengus kesal setelah sebelas kali melakukan panggilan pada Laurin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rega mendengus kesal setelah sebelas kali melakukan panggilan pada Laurin. Tak ada jawaban. Ia pun keluar apartemennya dan segera menuju apartemen Mbak Dinda untuk mengomeli Laurin sepuas-puasnya. Dengan tak sabar, Rega memencet bel apartemen berulang kali, melampiaskan rasa jengkel karena merasa diabaikan.

Di dalam kamar, Laurin membungkus tubuhnya dengan selimut. Jam tidurnya menjadi terganggu saat ia mendengar suara bel yang tak kunjung berhenti meski ia menutupi telinganya dengan bantal seraya meracau tak jelas.

Laurin membuka matanya perlahan. Dengan malas, ia mengeluarkan diri dari dalam selimut dan berjalan sempoyongan menuju pintu, mendapati Rega yang sudah berdiri dengan muka marah saat ia membukakan pintu untuk cowok itu.

"Eh lo itu budek ya? Lo nggak dengar dari tadi gue nelpon lo, mencet bel sampai tangan gue pegel, kaki gue juga pegel nungguin elo," omel Rega kesal. "Gimana sih lo?!"

"Sorry," sahut Laurin lemas.

"Sorry? Lo pikir kata maaf bisa bikin emosi gue reda apa? Gue butuh lo banget. Nanti malam ada jadwal meet and greet sama para fans. Gue harus memastikan elo sudah nyiapin semua keperluan gue karena Mbak Dinda masih ada urusan."

"I ... iya." Laurin berjalan dengan sisa tenaganya menuju koper bawaan dan mulai mengemasi barang-barang keperluan Rega.

"Eh lo kok lemes gitu sih? Jadi bodyguard jangan lemes gitu dong!"

"Nggak apa-apa," kata Laurin berbohong.

"Eh lo kenapa sih?"

"Nggak apa-apa, Ga."

Rega teringat saat ia mengeluarkan Laurin dari dalam tendanya dan membiarkan Laurin tidur di luar semalaman. Mendadak ia bersalah dan merasa iba pada Laurin. Ia menghampiri Laurin, menjulurkan tangannya, menyentuh kening Laurin, lantas ia terpental kaget.

"Berhenti!" Rega menghentikan tangan Laurin yang tengah sibuk mengemasi barang-barang keperluannya. "Ayo kita ke rumah sakit!" ajaknya.

"Ngapain kita ke rumah sakit? Lo sakit?" tanya Laurin khawatir.

"Bukan gue yang sakit tapi elo!" jawab Rega setengah membentak. Ia meraih pergelangan tangan Laurin dan mengajaknya menuju tempat parkir.

"Eh tapi lo kan ada meet and greet."

"Bodo," sahut Rega tak peduli. Ia dengan kasar memasukkan Laurin ke dalam mobilnya, meyalakan mesin, lalu mengendarai mobil tersebut secepat yang ia bisa.

"Eh ngapain ngebut-ngebut? Lo kan belum cukup umur. Entar malah nabrak orang kayak anaknya artis siapaaa gitu."

Tidak ada sahutan. Raut wajah Rega yang biasa terlihat cengengesan atau songong, kini pertama kalinya bagi Laurin melihat wajah itu tampak sangat serius. Ada kerutan di dahi Rega. Cowok itu terlihat khawatir.

K-U (Kelas Unggulan)Where stories live. Discover now