#As2. Bagian 06

12.7K 1.1K 53
                                    

Jangan baca di waktu-waktu sholat
&
Utamakan membaca Al-quran
°°°

Ahnaf menatap intens setiap data yang tersaji pada lembaran dihadapannya. Lagi-lagi ia harus menghembuskan napasnya berat, lalu menutup map berwarna biru di tangannya.

Sudah ke-lima kalinya ini ia membuka map  yang berisikan data calon sekretarisnya. Ya, siang ini Ahnaf hanya menghabiskan waktunya untuk memilih di antara sederet orang yang nantinya akan bekerja padanya. Sebagian rekomendasi dari karyawannya, sebagian lagi murni dari orang luar yang melamar pekerjaan sebagai sekretarisnya.

Namun, nihil. Tidak ada satu pun yang masuk dalam kriteria kerjanya. Bukannya Ahnaf terlalu memilih, hanya saja ia tidak bisa sekali langsung memutuskan terlebih hanya beberapa point saja yang masuk dalam kriterianya.

Ada satu-dua yang ia tertarik. Tetapi itu perempuan. Ahnaf tidak bisa memilih, akan ada banyak kemungkinan yang terjadi jika ia memperkerjakan perempuan sebagai sekretarisnya. Salah satunya bisa menimbulkan api kecemburuan di hati istrinya, mengingat ia akan berdekatan dengan perempuan lain.

Meskipun ia bisa menjaga jarak, tapi tetap saja ia akan lebih sering berbicara dengan perempuan yang bukan mahromnya. Bahkan, barangkali ia harus keluar menemui rekan kerjanya bersama sekretaris.

Ahnaf sadar akan resiko tersebut. Ia tidak mau perlahan menyakiti hati Hanna. Bukan sebab Hanna yang cemburuan, melainkan Ahnaf sendiri yang sangat menghindari hal itu. Lagi pun ia juga tidak mau timbul fitnah jika ia bekerja bersama perempuan.

Sebagai lelaki, Ahnaf tahu bagaimana sifat perempuan yang tidak bisa menyembunyikan sedikit saja rasa cemburunya. Memang kenyataannya istrinya tidak seperti itu, tapi Ahnaf selalu tahu jika istrinya menyembunyikan kecemburuannya dengan diam.

Seperti kejadian beberapa bulan yang lalu pada saat ia bersama Hanna berada di tempat perbelanjaan.

"Belanja apa lagi ya?" Hanna yang waktu itu lupa mencatat keperluannya hanya bisa mengingat-ingat seraya berjalan mengitari rak-rak berjejeran.

"Kenapa nggak dicatat aja sih tadi?" celetuk Ahnaf dari belakang.

"Lupa, mau gimana lagi," jawab Hanna.

"Mikirin Ahnaf mulu ya gitu, sampai dunianya dilupain," cibir Ahnaf sedikit menggoda Hanna.

Hanna hanya diam, tidak mau meladeni ucapan Ahnaf.

Tiba-tiba ada dua orang perempuan yang saat itu berada disamping Ahnaf. Sembari berbisik, kedua perempuan itu mencuri pandang ke arah suaminya.

"Udah ganteng, jago gombal. Ish, serasa jiwa pelakor gue tumbuh deh," ujar perempuan berhijab coklat itu dengan pelan. Namun masih terdengar sampai telinga Hanna.

"Mulut oy, dijaga. Ada bininya tuh," sahut perempuan satunya.

Hanna hanya diam sesekali melirik lewat sudut matanya. Hatinya mendadak bergemuruh. Terlebih setelah mendengar ucapan terakhir perempuan tadi.

"Halah, itu mah gampang. Gue juga mau jadi madunya."

Sudah cukup ia mendengar pembicaraan yang membuat tubuhnya seakan terbakar itu, Hanna langsung melesat ke tempat kasir guna membayar belanjaannya dan segera pergi dari tempat ini.

Setelah membayar semua belanjaannya, Ahnaf dan Hanna keluar dari tempat perbelanjaan itu. Sesampainya di mobil barulah Ahnaf bertanya serius melihat perubahan mimik wajah istrinya.

"Ada apa, Hubbiy??" tanya Ahnaf lembut. Hanna menundukkan pandangannya. Lebih baik ia menunduk daripada memalingkan muka dari hadapan suaminya.

"AHNAF" ( الزوج المثالي )Where stories live. Discover now