#As2. Bagian 13

9.8K 939 52
                                    


Baca di waktu luang yaa
Bagian ini khusus karena tidak ada Ahnafnya, hehe..

°°°

00.05

Seseorang mengendap-endap menuju ruang makan. Seluruh ruangan telah gelap, tidak ada satu pun lampu yang dihidupkan. Mungkin hanya sorot lampu depan rumah yang masuk melalui celah jendela dan tirai.

Lelaki yang hanya memakai celana pendek dengan kaos oblong itu meraba sekitarnya. Matanya sesekali terpejam. Ngantuk tapi perutnya tidak bisa dikondisikan.

Ia merogoh saku celananya, mengambil ponsel guna memberi penerangan. Diarahkannya ponsel itu ke meja, tidak ada makanan. Kemudian lelaki itu beralih ke dapur. Mencari sesuatu di kulkas, barangkali ada makanan.

Gubrak!

"Monyet, eh!"

Tidak sengaja tangannya menyenggol mangkuk plastik didekat kompor. Sontak ia berjingkat kaget. Pikirannya sudah berkelana, sesuatu telah membuat barang itu terjatuh. Bulu kuduknya meremang. Padahal ia tidak tahu bahwa yang menjatuhkan barang itu adalah dirinya sendiri.

"Plis, jangan ganggu. Gu-- eh aku laper pengen makan, siapa pun itu tolong pergi jauh-jauh," ucapnya lirih seolah berdialog dengan seseorang. Sudah jelas di sana tidak ada orang, namun pikirannya terlalu ciut hingga membayangkan ada makhluk tak kasat mata di sekitarnya.

Baru saja hendak membuka lemari es, ia dikejutkan kembali oleh pekikan seseorang disertai sebuah pukulan keras mendarat di pantatnya.

"Maliiingg!! Mati kau, mati kau!"

"Aaaaa, Bundaa!!"

Lelaki itu berlarian entah ke arah mana. Tetapi seseorang yang agaknya perempuan itu terus memukuli pantatnya sampai terasa panas. Ia berusaha mencari sakelar lampu, bisa-bisanya ia dituduh maling. Ini kan rumahnya. Ralat, rumah orang tuanya. Mana mungkin maling di rumah sendiri.

"Mati kau, mati! Beraninya maling di rumahku!" Perempuan itu terus menyuarakan sumpah serapah yang ditujukan kepada lelaki yang dianggapnya sebagai maling itu.

Keduanya tak henti-hentinya berkejaran. Kondisi yang minim penerangan membuat beberapa barang berjatuhan sebab ditabrak dengan tidak sengaja. Bahkan lelaki itu dua kali terbentur ke tembok saking paniknya.

Mendengar kegaduhan, seseorang yang masih terlelap di alam tidurnya langsung terbangun dan berlari ke sumber suara.

"Bundaaa, ini anakmu!"

"Jangan mengada-ada kau maling! Sini kau, belum puas pantatmu kupukuli dengan sapu? Mau ganti dengan tongkat softball?"

Lelaki itu hampir kehabisan napas, tetapi perempuan yang diyakininya sebagai ibunya itu tidak percaya bahwa yang disangka maling adalah anaknya. Herannya ia lupa dimana letak sakelar lampu berada. Pasrah sudah ia kalau memang harus merenggut nyawa dengan cara konyol seperti ini.

"Sya! Kaka!" keduanya serentak berhenti begitu suara bariton terdengar menggema di seluruh ruangan.

Sedetik kemudian ruangan yang tadinya gelap sudah beralih terang.

"Papa!!"

"Orza!"

"Astagfirullah, kalian ini apa-apaan sih?! Kenapa teriak maling, Sya?" tanyanya pada sang istri.

Syafilla—perempuan yang tengah memegang sapu itu menghadap ke belakang. Tepat di mana anak laki-lakinya berada. Matanya membulat seketika, terlebih melihat kering bercucuran di pelipis putranya dan sedikit darah.

"AHNAF" ( الزوج المثالي )Where stories live. Discover now