#As2. Bagian 12

9.8K 959 60
                                    


"Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Lelaki yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya."

(HR Tirmidzi dan Ibnu Hibban)

°°°

"Ummi, Bhira mau bantuin."

Hanna membalikkan badannya tatkala suara anak perempuannya membuyarkan konsentrasinya dalam memasak.

"Oh, nggak usah Sayang.. Kamu katanya mau ngerjain tugas?" tolak halus Hanna. Ia kemudian menghadap ke masakannya di atas kompor kembali.

"Nanti aja belajar teorinya, Mi. Sekarang Bhira mau belajar praktek memasak," ucap Bhira bersikukuh lalu menjajarkan tubuhnya disamping Hanna.

"Ya udah kamu siapin piring aja ya, besok-besok Ummi ajarin masak. Keburu malam, kasihan Abi udah kelaperan." Bhira mengangguk patuh. Setelah itu ia langsung menuju rak piring untuk menyiapkannya di meja makan.

Sementara Hanna masih berkutat dengan masakannya. Jujur saja ia sedikit kewalahan memasak dalam waktu cepat seperti ini, tidak seperti biasanya. Mau bagaimana lagi, ia dan suaminya tiba di rumah menjelang magrib mengingat hujan tak kunjung reda.

Hal itu pula yang mengakibatkan jam masak Hanna mundur dari jadwal biasanya. Ia harus memasak selepas solat magrib. Hanna juga tahu suami dan anaknya sudah dilanda rasa lapar, tidak dipungkiri ia pun sama.

Hanna memasak beberapa makanan yang disukai Bhira dan Ahnaf. Seperti lodeh, sup ayam, dan beberapa lauk lainnya. Memang makanan ala rumahan dan bisa dibilang sederhana, tapi justru makanan itulah yang kerap kali membuat Ahnaf merindukan makanan buatan istrinya itu.

Katanya, dulu ia tidak terlalu suka bahkan ogah-ogahan memakan sup ayam. Ahnaf hanya mau memakan sup sayur saja. Namun waktu itu, Hanna mencoba memasak sup ayam pertama kali untuk Ahnaf. Dan mau tidak mau, Ahnaf pun harus memakannya. Di luar perkiraannya, makanan itu sangat cocok di lidahnya. Bahkan Ahnaf tidak berhenti memuji masakan Hanna saat itu. Mulai dari situlah Ahnaf menyukai sup ayam. Tapi hanya sup buatan istrinya saja, yang lain ia tak tahu.

Semua makanan sudah siap, hanya tinggal sup ayamnya saja yang masih berada di atas kompor. Hanna mengaduk-aduk masakannya agar rasanya merata dan matang.

"Ummi, ada telepon nih," ucap Bhira di belakangnya. Hanna menoleh singkat, "Siapa? Tolong angkatin ya?" balasnya.

Bhira lalu mengangkat panggilan dari handphone milik Hanna yang ia letakkan di atas meja. Samar-samar Hanna mendengar percakapan putrinya yang entah dengan siapa.

"Mi, nih dari Mamanya Kaka." Bhira mendekati Hanna dan mengulurkan benda pipih itu pada Umminya.

"Bhira ke dalam dulu ya, Mi, lihat Abi udah selesai apa belum kerjanya." Pamit Bhira yang langsung diangguki oleh Hanna.

Sepeninggalnya Bhira dari dapur, Hanna kemudian meletakkan ponsel tersebut di telinganya.

"Assalamu'alaikum, Mbak.." Hanna mulai berbicara. Disebrang sana, Syafilla, juga ikut menyahut. Hanna sesekali menjawab obrolan melalui telepon itu seraya melanjutkan masaknya.

Ponselnya ia letakkan di antara telinga dan pundak yang sengaja Hanna dekatkan agar tangannya bisa leluasa memegang spatula. Sementara tangan satunya hendak mengambil penyedap untuk menambahkan sedikit pada supnya.

"AHNAF" ( الزوج المثالي )Where stories live. Discover now