#As2. Bagian 09

10.4K 1.1K 81
                                    

Bagaimana dengan kewajiban, sudah dijalankan? Kalau belum, silahkan tunaikan dulu. Cerita ini belum terbatas waktu kok, tenang saja.

Bagi yang sudah siap membaca, silahkan langsung gulir dan..

Selamat membaca:D


°°°

"Besok aku ada rapat pagi, ingetin ya?"

Hanna yang semula hendak melepas innernya mendadak urung. Kemudian menatap Ahnaf yang saat ini tengah memeluk guling diatas kasur.

"Mas Ahnaf emang selupa itu ya?" bukannya menjawab, Ahnaf justru terkekeh.

"Ya nggak sih, tapi takut aja hehe.." cengirnya seraya mempererat pelukannya pada guling bersarung bunga-bunga tersebut.

Hanna kembali menghadap cermin untuk memoles krim yang biasa ia gunakan sebelum tidur usai melepas inner rajutnya.

"Oh iya, besok Ayah minta kita ke sana. Katanya kangen, padahal masih satu minggu kita ke sana. Ya emang sih, Ayah itu suka gitu. Kalau aku di sana diperlakukan kayak anak tiri, eh tapi kalau jauh ya kangen. Ayah tuh sebenernya gengsi ngakuin kalau anaknya ini kangenable." Hanna menaikkan alisnya mendengar celotehan suaminya.

"Pede banget, hih." Celetuk Hanna mengundang ketidaksetujuan dari Ahnaf.

"Yee, ini tuh nggak pede namanya. Fakta, Hubbiy. Bilang aja kamu juga suka kangen kan kalo aku lagi ke luar kota akhir-akhir ini?" tanya Ahnaf dengan bangganya.

Hanna mencebikkan bibirnya, sesaat ia terdiam. Jujur saja memang iya, sih. Meskipun tingkah suaminya seperti itu, tetap saja yang namanya rindu itu ada. Tapi siapa yang mau mengaku didepan seorang Ahnaf? Bisa-bisa besar kepala ia nanti.

"Nggak. Tuh, palingan guling kamu yang kangen dipeluk-peluk," elak Hanna.

"Kode Neng?" sindir Ahnaf diiringi kekehannya. "Sini peluk! Bilang aja iri tiap malem yang dipeluk duluan si guling tercinta," lanjutnya.

"Nggak ya, buat apa coba iri sama benda mati."

Selesai memoles krim, Hanna berlanjut meraih sisir diatas meja rias. Tanpa ia sadari Ahnaf yang semula duduk diatas kasur diam-diam turun dari ranjang dan mendekati sakelar lampu.

'Klik'

"Astaghfirullah!" pekik Hanna ketika ruangan tiba-tiba gelap dari semula.

"Mas ini mati lampu ya?!" panik Hanna seraya meraba-raba meja dihadapannya.

"Nggak kok. Sengaja aku matiin, siapa suruh daritadi dandan gak kelar-kelar. Mau tidur aja kok dandan," jawab Ahnaf dengan santainya.

"Mas Ahnaf, jahil banget sih?! Hidupin nggak?!" teriak Hanna. "Nggak."

Geram. Hanna lalu nekat untuk melangkahkan kakinya daripada harus mengandalkan Ahnaf yang belum pasti mau menghidupkan lampu.

"Ish, mana sih? Perasaan di sini deh. Masa udah pindah sih?" gerutu Hanna yang belum kunjung menemukan sakelar lampu.

Sedangkan Ahnaf yang mendengar gerutuan istrinya justru terkikik. Tanpa menimbulkan pergerakan ranjang, Ahnaf mulai turun dan mendekati Hanna. Tentu saja ia tahu dimana posisi Hanna. Samar-samar ia juga melihat dari sorotan cahaya luar Hanna tengah berdiri didekat tembok.

"AHNAF" ( الزوج المثالي )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang