Empat

5.2K 193 3
                                    

“Aku pulang.” seru Kwang Min.

“Gimana kencannya? Kami daritadi disini tapi pemilik rumahnya gak ada.” keluh Min Woo sembari melahap cemilan yang dia ambil dari kulkas.

“Seru. Selain cantik dia asik diajak ngobrol. Nyambung banget.”

“Young Min dimana? Dia pergi kencan juga dengan gadis yang namanya Rara itu?” tanya Dong hyun, anggota paling tua di persahabatan mereka.

“Dia ada dirumah kok. Tadi habis antar Rara pulang dia langsung pulang ke rumah.”

“Hei Kwang, kami daritadi disini tapi dia gak ada muncul.”

“Mungkin dia lagi tidur.”

“Cepat bangunin! Malam ini menu spesial masakan ala chef Hyun Seong sama Jeong Min.”

Willy alias Young Min memiliki 5 sahabat di sekolahnya Korea dulu. Mereka sudah dekat sejak awal masuk SMA bahkan membentuk sebuah boyband yang cukup terkenal di sekolahnya. Namun tragedi yang menimpa satu-satunya adik perempuan yang Willy miliki membuat Willy pindah sekolah ke Indonesia.

Willy dan adik perempuannya berpisah sejak mereka kecil. Willy dan kembarannya tinggal di Korea, sementara sang adik tinggal dengan neneknya di Indonesia. Namun sebelum pisah mereka sangatlah dekat, bak lem yang sudah merekat, tidak bisa dipisahkan. Begitu mendengar kabar duka tentang sang adik, tentulah Willy sangat terpukul. Lebih lagi mayat adiknya yang belum ditemukan hingga sekarang.

Kwang min pergi menuju kamar Willy. Mengetuknya tiga kali namun tak ada jawaban.

“Hyung, ayok kita makan malam, hari ini spesial ala chef Hyun……”

Kwang min tercengoh melihat Willy terkapar tak berdaya.

“Hyung!!!”

Kwang min langsung menghampiri Willy yang terus memegang dadanya menahan sakit yang amat perih. Rasa sakitnya membuatnya bernapas tidak normal. Rasa sakit yang membuatnya merasakan antara mati dan hidup.

“Dadaku sakit sekali, Kwang.”

“Kau tidak pernah minum obat lagi?”

“Habis jatuh.” ucap Willy berusaha menahan rasa sakit.

Kwang min mengambil bantal dan menaruhnya dibawa kepala Willy. Kwang min bukan tidak sanggup mengangkat Willy ke tempat tidur. Namun penyakit Willy sangat beresiko. Ia tidak boleh dipaksa untuk bergerak, karena itu akan semakin memperparah keadaan. Kwang min pun keluar dari kamar Willy mengambil ponsel dan menelpon dokter yang merawat Willy.

***

“Apa kau pernah terjatuh?” tanya Aga selaku dokter yang merawat Willy di Indonesia.

“Tidak.” elak Willy.

“Alat bantu jantungmu lepas. Kau masih mengelaknya?”

Willy menghela napas dan berpikir sejenak, “Hm, tadi aku di dorong seorang gadis hingga terjatuh.”

“APA? Rara sekuat itu?” teriak Kwang Min histeris.

“Untunglah alat ini masih bisa dipasang tanpa harus operasi. Kau harus hati-hati. Jika alat ini lepas lagi dari tubuhmu, kau tidak akan bisa bernapas lagi.”

“APA AKU MATI SEMUDAH ITU?” teriak Willy tersontak kaget.

Kwang min dan Dokter Aga menertawai reaksi Wily. Mereka tidak kasihan melainkan menganggap ucapan Willy hanyalah lelucon. Willy telah salah paham. Maksud dari ‘tidak bisa bernapas lagi’ bukanlah mati. Melainkan tidak bisa menghirup udara bebas lagi dengan normal.

“MAKAN MALAM SUDAH SIAP!!!” teriak Hyun Seong dari meja makan.

“Wah, akhirnya.. Dok, ayok kita makan bareng!" Kwang Min lalu menoleh pada Willy, "Hyung…”

“Makanlah duluan. Aku masih tidak lapar.” potong Willy sembari mengambil ponselnya.

Kwang Min dan Dokter Aga keluar dari kamar Willy menuju meja makan. Setelah yakin tak ada siapapun lagi, Willy langsung menelpon seseorang dengan riangnya. Seseorang yang sedaritadi ingin sekali ia dengar suaranya.

“Halo.” sapa orang itu dengan lembutnya.

“Hei, Rara. Ternyata kamu cantik juga kalau ngomong lembut seperti ini.” gumam Willy dibalik telepon.

“EEEEEEEIIIIII’…. KAMU DAPAT NOMORKU DARIMANAAAAA???” teriak Rara sontak membuat Willy menjauhkan ponsel dari telinganya.

“Santai.”

“Santai gundulmu!!! Cepat kasih tau aku siapa yang kasih nomor HP ku ke kamu?”

“Setelah membuatku jatuh sakit, kamu masih bisa mengejekku ‘gundul’? Harusnya kata pertama yang kamu ucapkan padaku ‘Willy, kamu gak apa-apa, kan?, Willy aku minta maaf, Willy sorry banget ya gara-gara aku kamu jadi sakit gini’ Nah, begitu.”

Krikkk krikk krikk…

Rara tak menggubris. Ekspresinya dibalik telepon sangat datar.

“A…”

Rara tak sempat menyelesaikan ucapannya karena Willy memutus teleponnya. Tingkah Willy membuat Rara merasa bersalah. Ingin sekali menelpon balik namun Rara takut itu akan semakin membuat Willy marah. Menurutnya Willy berjiwa psikopat. Misterius dan susah ditebak. Itulah sebabnya ia sangat berhati-hati meskipun Willy bersikap ramah padanya. Ia takut jika ada salah kata ataupun tingkah yang membuat Willy membunuhnya dalam sekejap. Membayangkan hal itu membuat Rara merinding.

Suara ketukan pintu membuat Rara tersadar dari lamunannya. Namun rasa merindingnya semakin menjadi. Di jam 8 malam seperti ini siapa yang datang bertamu? Rara tak merasa ada buat janji untuk ngumpul di rumahnya. Kalaupun ngumpul tidak mungkin di jam seperti ini.

Rara berjalan menuju dapur mengambil sapu dan juga sendok. Lalu berjalan perlahan menuju pintu yang terus berbunyi. Orang itu terus mengetuk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Rara mencoba mengintip dari balik jendela. Namun gelapnya malam membuat orang itu hanya terlihat seperti bayangan. Rara semakin takut. Ia berpikir orang itu adalah suruhan Willy untuk membunuhnya. Dan…

Krekk…

Pintu terbuka dengan sendirinya

WHAHAHAHAHHAHAACIM...

JADI DI HAYALANKU KISAHNYA INDONESIA SUDAH CANGGIH
#WUIHH
PROKK PROKK PROKK

CANGGIH KARENA ADA ALAT BANTU JANTUNG KHUSUS UNTUK PASIEN YG TERSERANG PENYAKIT DECOMP CORDIS

DAN ALAT INI TINGGAL DITEMPEL AJA DI DADA SEBELAH KIRI TEPAT DIMANA JANTUNG BERADA

DIPASANG TANPA OPERASI!!!

DAN PASIENNYA BISA BERGERAK BEBAS SESUKA HATI

BISA MENGHIRUP UDARA SEGAR

BISA BERAKTIFITAS TANPA PERLU TAKUT KUMAT

CANGGIH BANGET KAN ELAAAH~ WKKK

DOAKAN AJA SEMOGA ALAT YG BEGINI BENERAN ADA, DAN KALAU BISA PENCIPTANYA AKU
AAMIIN💞

Emang ya menghayal indah banget!

Psikopat [REVISI] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang