Tujuh

4.2K 167 3
                                    

"Anyeonghasaeyo..." sapa Rara sembari membuka pintu, melemparkan senyum manisnya pada Willy.

"Sudah kuduga kamu pasti bakal jenguk aku setiap ha-ri..."

"Hai, Willy." sapa Aida disusul teman sekelasnya yang masuk satu per satu ke kamar rawat inap tempat Willy berada.

Willy menganga lebar melihat teman-temannya yang hampir sekelasan menjenguknya. Dan semuanya adalah cewek. Satu cowok. Namanya Dido. Dia cowok jadi-jadian.

"Willy, kami bawa hamburger buat kamu sesuai jumlah kami. Tapi karena kamu dilarang makan makanan berkolestrol, jadi kami YANG MAKAAAN..." jelas Rara dengan riangnya.

Semua orang menyerbu hamburger milik mereka masing-masing. Dan melahapnya di hadapan Willy yang tak berdaya. Willy semakin kesal dengan Rara. Ia tau Rara sedang balas dendam, tapi jika soal makanan... Willy tak bisa terima. Willy penggemar berat makanan, dan ia sangat sensitif jika berkaitan dengan makanan.

"Kami hanya bergurau. Nih, kami bawakan buah dan puding. Tenang, pudingnya dijamin menyehatkan." jelas Dido, "Aku suapin pudingnya, ya."

"Gak usah!!!" jawab Willy cepat, "Maksudku, kamu nikmati aja dulu burgermu, masa iya kamu nyuapin aku sambil makan burger."

"Gak apa kok, burgernya bisa ku makan nanti. Sekarang Willy bilang aaaaa'..."

Betapa beruntungnya Willy tepat sebelum puding masuk ke mulutnya ponsel Dido berdering. Ada satu pesan masuk membuat Dido batal menyuapi Willy. Willy pun merebut puding dari tangan Dido dan melahapnya sendiri.

Rara yang ada di samping Dido tak sengaja melihat Dido membuka kunci layar menggunakan PIN.

"Do..."

"Hm?"

"PIN hp kamu... Angka apa?"

"Tanggal lahir, dong!!!" jawabnya tanpa berpaling dari layar ponsel.

Tiba-tiba terngiang sebuah ide besar di pikirannya. Tanpa berpikir panjang Rara langsung menanyakan keberadaan Kwang Min dan menghampirinya yang berada di rumah.

"Kwang Miiiiiinnn..." teriak Rara masuk begitu saja karena pintunya tidak dikunci.

Rara beku. Ternyata di dalam rumah tak hanya ada Kwang min tetapi juga teman-temannya yang berjumlah empat orang. Mereka semua berwajah Korea. Dan saat ini mereka semua tengah memandang Rara dengan herannya.

"Ada apa, Ra?"

"Oh, jadi kau Rara yang diceritakan Young Min? Dia bilang kau tidak cantik, tapi menurutku kau cantik, imut, manis, dan gemesin." puji Min Woo.

Sangat disayangkan pujian itu tidak berarti sama sekali bagi Rara. Karena Rara tidak mengerti bahasa Min Woo. Ia pun tak menghiraukannya dan menghampiri Kwang min.

"Aku butuh ponsel Eun Ji."

"Untuk apa?"

"Anu, Willy yang minta. Dia bilang dia ada ide buat ngungkapin misteri matinya Eun Ji."

"Willy? Tapi ponselnya kan dia yang pegang."

JLEB...

Rara datar seketika. Keisengan Willy sungguh keterlaluan. Ia sudah bersemangat sekali untuk mengungkap semuanya, tapi justru semangatnya hilang seketika karena si bocah tengik yang sudah jahil padanya disaat yang tidak tepat.

"Telpon Willy sekarang!!!" pinta Rara datar.

Kwang min langsung menelpon Willy.

"Hyung, Rara ingin bicara padamu."

Kwang Min memberikan ponselnya pada Rara yang diterima dengan penuh amarah.

"Hai Ra, ada apa? Kau sepertinya kangen sekali padaku."

"JANGAN PERNAH ISENGIN AKU LAGI!!!" teriak Rara sukses membuat semua burung yang singgah di atap rumah dan ranting pohon berterbangan.

"ISENGIN KAMU APA? BISA GAK SIH GAK USAH PAKE TERIAK?"

"KENAPA KAMU GAK BILANG KALAU PONSEL EUN JI SAMA KAMU? GARA-GARA KAMU AKU JAUH-JAUH DATANG KE RUMAHMU!!!"

"KAMU KAN TADI CUMAN NANYA KWANG MIN DIMANA."

"DASAR COWOK TENGIK SIALAN BODOH SOMPLAK... BLA BLA BLA BLA."

"BERHENTI MENGATAIKU!!! JANGAN BUAT AKU TERIAK. SEKARANG AKU INI LAGI ADA DI RUMAH SAKIT."

"AKU TIDAK AKAN MENGAMPUNIMU!!!! MATILAH KAAAAAUUUUUUUUU WIILLLLLLYYYYYYYYYY...."

Dan dalam sekejap semua orang pun jatuh pingsan, bengek mendengar teriakan melengking Rara.

***

Sudah tiga jam Rara hanya memainkan ponsel Eun Ji. Namun tak berhasil membuka kunci layar Eun Ji. Ia menggunakan tanggal lahir Young Min dan Kwang min tetapi tidak bisa. Bahkan tanggal lahir Raka pun tidak bisa. Tanggal lahir Eun Ji juga tidak bisa.

Tanggal lahir Rara... Jelas tidak bisa.

"Apa kau sungguh tidak tau PIN nya?" tanya Rara lirih.

"Tidak tau." jawab Willy sembari melahap puding coklat keju kesukaannya.

Rara menatap Willy lama dengan tatapan tajam. Amat tajam hingga mengganggu mood makan Willy.

"Aku sungguh tidak tau! Jangan berpikir aku sedang mengerjaimu." gerutu Willy kesal.

"KENAPA GAK KALIAN CARI TAU, SIH?"

"Untuk apa? Semuanya sudah jelas Raka lah penyebabnya."

"RAKA GAK SALAH!!!" gertak Rara.

Ucapan Rara benar-benar membuat Willy kehilangan selera makannya.

"Aku tau kamu suka sama dia, tapi membelanya seperti itu sangat keterlaluan."

"Kalau memang Raka pelakunya, sudah pasti kunci ini terbuka. Tapi, aku pakai tanggal lahir Raka saja salah."

Willy terdiam. Suasana hening. Penjelasan Rara membuat Willy berpikir. Ia mulai merasa takut telah membunuh orang yang salah. Namun ia hilangkan pikirannya itu dan tetap berpegang teguh bahwa Raka lah pelakunya.

"Uhh, kalau begini caranya, terpaksa aku harus membukanya dari tanggal 1 januari sampai 31 Desember."

Rara kembali bersemangat. Ia akan buktikan bahwa Raka tidak bersalah.

Psikopat [REVISI] ✓Where stories live. Discover now