Tiga Belas

6.9K 252 39
                                    

"Kalau Eun Ji tidak jadi milikku... Dia tidak boleh jadi milik siapapun." Aga lalu menatap Rara dengan senyuman mengerikannya, "Aku benar, kan?" tanyanya seraya menusukkan pisau ke tubuh Raka. Kali ini ke bagian dada.

"Hhmmmppphhh.." Aga bergumam lalu menyeringai lebar memandang langit-langit ruangan, "Untuk membuatnya menjadi milikku... Aku harus men capnya."

"Kau tau... Eun Ji itu gadis bodoh!!! Dia mau menerima coklat pemberianku." Aga tertawa, "Padahal aku sudah menaruh obat bius di dalamnya. Dia bodoh, dia memakannya. HAHAHAHHAHAHAHAA..."

Aga lalu merentangkan kedua tangannya lebar tertawa keras, tak peduli dengan ketakutan Rara yang semakin menjadi.

"BRENGSEK!!!" gertak Aga lalu menancapkan pisau ke wajah Raka, "Eun Ji mengandung anakku... Tapi kenapa... Kenapa dia memilih untuk mengakhiri hidupnya??? KENAPA?"

"Padahal aku Ayahnya..."

Aga pandang jasad Raka, memperhatikannya dari atas kepala hingga ujung kaki. Ia bahkan sengaja mendengus hidungnya, mencium dengan lekat bau busuk jasad Raka.

"Pasienku sekarat, sepertinya aku harus melakukan operasi besar."

Aga membalikkan badannya berjalan menuju lemari. Rara mendekap mulutnya erat berusaha tak berteriak melihatnya, ternyata Aga menyimpan jasad Kwang Min di dalam lemari.

"Ganggu aja." seru Aga seraya menendang tubuh Kwang Min cukup kuat.

Aga kembali melihat lemarinya, memilah milih alat yang akan ia gunakan untuk melakukan operasi pada jasad Raka.

Perlahan Rara berdiri, mengambil pisau yang menancap di wajah Raka. Dengan sangat hati-hati ia berjalan mendekati Aga yang masih sibuk memilih perlengkapan operasinya.

"Sudah beres. Saatnya melakukan operasi."

Aga melotot. Saat membalikkan badan sesuatu menancap tepat di perutnya. Rasa sakit mulai melandanya, membuatnya meringis kesakitan. Alat operasi yang ia genggam jatuh berhamburan di lantai.

Aga menyenderkan tubuhnya ke lemari, perlahan ia terduduk lemas seraya memegang pisau yang menancap di perutnya. Perlahan kedua kelopak matanya mulai tertutup hingga akhirnya Aga tak sadarkan diri.

Ingin memastikan, Rara berjalan mendekat lalu jongkok di hadapan Aga. Ia melambaikan tangannya. Rara akhirnya bisa bernapas dengan lega, Aga telah mati.

"Aaaaa~"

Aga tiba-tiba mencekiknya. Rara terus meronta berusaha melepaskan tangan Aga dari lehernya. Rara berusaha meraih pisau yang menancap perut Aga namun tangan Aga cukup kuat mencekik lehernya membuatnya susah mencari.

"Aghh..."

Tangan Aga mulai terlepas dari leher Rara. Rara sontak memegang lehernya sambil terbatuk karena jalan nafasnya yang sempat terhambat. Dilihatnya Willy tengah melepas pisau yang menancap di perut Aga lalu menusuknya lagi. Willy melakukannya secara berulang, Aga berusaha menghindar namun tak bisa. Rasa sakit yang menggerogotinya membuat tubuhnya lemah.

Rara hanya menyaksikannya. Willy terus menusuk perut Aga tanpa ampun. Rara bisa melihat tatapan Willy yang menyorotkan kemurkaan teramat sangat pada Aga. Rara tau Willy sedang balas dendam. Cowok itu telah kehilangan dua adiknya sekaligus, pastilah ia sangat terpukul. Lebih lagi pelakunya adalah orang yang selama ini Willy percaya.

"Aaarrggghhhh..."

Willy terus menusuk perut Aga hingga ususnya keluar, darah menyiprat ke wajah Willy dan bercucuran menodai lantai.

"Willy, sudah. Sudah cukup, sudah."

Rara peluk Willy. Mengelus punggungnya dengan lembut berusaha memberi sedikit ketegaran pada Willy. Willy balas pelukan Rara dengan erat, ia luapkan semua kesedihannya. Cowok itu kini menangis di pelukan Rara.

Tak lama polisi dan beberapa ambulance pun datang...

***

"Bagaimana, dok?"

Dokter Aida menggeleng. Ia menghembuskan napas dengan kasar, ia sudah menyerah menghadapi gangguan mental yang Rara alami.

"Rara sudah tidak bisa dibiarkan bebas lagi. Ia harus kami kurung di ruangan isolasi. Tindakannya sudah memakan banyak korban, kami takut akan semakin bahaya jika terus berlanjut."

Mama Rara memeluk sang suami menangis sejadinya, menyesali semua perbuatan yang selama ini ia beri pada putri semata wayangnya. Menyesal lah ia tak pernah memberikan kasih sayang yang layak pada Rara bahkan membiarkan putrinya mendapat penyiksaan dari orang asing hingga putri satu-satunya itu harus mengalami depresi berat bahkan telah berbuat jahat pada beberapa orang.

Aida dan Aga adalah dokter yang merawat Rara di RSJ. Sejak SMP Rara sering bolak balik masuk rumah sakit Jiwa karena depresi yang ia alami. Hingga akhirnya Aida memutuskan untuk menjadi murid di sekolah Rara berada, menjaga dan mengawasi Rara kalau-kalau ada tindakan berbahaya yang Rara lakukan pada orang lain. Sementara Aga mengawasi Rara diluar sekolah. Terkadang Rara suka berkunjung ke rumahnya, menganggap rumah Aga adalah rumah Willy yang menjadi pemeran utama di ilusi yang Rara buat.

Rara termasuk pribadi yang introvert. Ia menarik diri dari lingkungan sekitarnya dan hanya ramah dengan Aida. Terkadang ilusi yang Rara buat terlalu berlebihan membuat Aida khawatir.

Aida tau yang membunuh Raka adalah Rara. Eun Ji yang Rara maksud adalah Naomi pacar Raka yang juga Rara bunuh. Namun Aida dan Aga tak berhasil menemukan dimana Rara menyimpan mayat mereka berdua.

Hingga akhirnya Aga tau tempat dimana Rara menyimpan jasad Raka dan Naomi. Naasnya Aga pun harus menjadi korban Rara. Ia dibunuh dengan sadis karena ilusi Rara yang diluar kendali.

"Empat?" gumam Rara seraya melihat kedua orang tuanya sedang mengobrol dengan dokter Aida diluar sana. Ruangan tempat Rara tinggal terbuat dari kaca tembus pandang, sehingga ia juga orang luar bisa saling melihat.

Rara pandang Willy yang duduk disampingnya. Ia membalas senyuman Willy ketika cowok itu tengah melemparkan senyum manis padanya.

"Kalau kamu bunuh..." Willy menatap Rara, "Kamu bebas."

Rara tersenyum lebar, tertawa sejenak lalu menganggukkan kepalanya dengan semangat. Ia mengambil buku diary coklatnya berukuran kecil juga pensil yang terselip di dalam buku diarynya.

"Empat... Bunuh... Aida." gumamnya seraya menulis nama Aida di buku diary coklatnya lalu tertawa, semakin lama semakin keras.

Rara tak pernah merasakan kebahagiaan seperti sekarang ini. Ia lalu membaringkan tubuhnya ke brankart dan kembali tertawa lagi, meluapkan semua kesenangan yang menggebu-gebu dalam dirinya.

Selesai

MAKASII SUDAH MAMPIR BACA😳💞

Buat yang masih bingung kok bisa gini endingnya?

Intinya dari part 1 - 13 menceritakan tentang halusinasi Rara.
Hehehe...

Sebenarnya dari awal udah ada clue nya kok...
1. Rara selalu pulang telat setiap sekolah sudah sepi
2. Rara hanya berteman dengan Aida
3. Aida pernah mancing Rara dengan menanyakan soal Raka yang hilang tiba-tiba dengan tujuan agar Rara memberitahu dimana dia nyimpan mayat Raka
4. Rara mengalami depresi dan sering bolak-balik rumah sakit

Gimana? Ada kepikiran sama clue diatas selama baca? Atau gak sama sekali? Berarti kalian kurang peka! iya kurang peka kayak perasaan doi🐊💨 #apasih

Psikopat [REVISI] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang