01. He's Devil

187K 11.6K 317
                                    

Pagi ini aku datang ke kantor lebih awal. Dikarenakan hari ini adalah hari pertamaku mendapat bos baru. Setelah kemarin ibu Mala Saraswati mundur dari jabatannya sebagai CEO Nusantara Restaurant dan digantikan oleh putra sulungnya yaitu Dewangga Nasution, aku sudah berekspetasi macam-macam.

Mulai dari Dewangga Nasution yang tampannya sebelas dua belas dengan Jared Leto, kisah cinta romantis antara bos dan asisten pribadinya seperti di novel-novel romance kesukaan Ayu. Lalu kami akan menikah, berlibur di Venice Italia, ciuman di gondola, melihat senja, dan—

Berhenti mengkhayalkan hal yang tidak masuk akal, Pitaloka!

Aku menggeleng pelan untuk mengenyahkan pikiran-pikiran gila di otakku. Setelah itu aku mulai berjalan ke arah lobi karena aku mendapat info jika Dewa sudah menungguku di sana.

Aku mengerutkan kening ketika melihat beberapa karyawan wanita tengah tersenyum genit sembari berbisik pelan dengan pandangan tertuju pada seorang pria yang tengah berdiri di lobi. Pria itu mengenakan jas lengkap serta kacamata hitam yang bertengger di wajah tampannya. Sepertinya ia tengah menunggu seseorang.

Ah, pasti itu Dewangga Nasution. Oke, seperti ekspetasiku dia memang tampan nan menawan. Usia Dewa memang tiga tahun lebih muda dariku, tapi pria itu sudah terlihat sangat mapan.

Aku berdeham cukup kencang, membuat semua karyawati yang tadinya fokus ke arah Dewa segera mengalihkan pandangan dan kembali melakukan aktivitas masing-masing. Bagus, sepertinya mereka paham kode kerasku.

Aku tersenyum manis kepada Dewa. “Bapak Dewangga Nasution?” tanyaku memastikan. Dewa membuka kacamata hitamnya, lalu mengangguk mengiakan.

“Perkenalkan saya Pitaloka Handayu. Anda bisa memanggil saya Pita dan saya adalah asisten pri—“

“Saya tau,” potong Dewa seraya menatapku datar.

Oh, oke.

Aku mengangguk mengerti. “Baik, mari saya antar ke ruangan, Bapak.”

Aku pun mengantar Dewa ke lantai lima—letak ruangan bos baruku itu berada. Setelah turun dari lift, kami  berjalan beriringan menuju ruangan pria itu.

Aku membuka pintu berwarna coklat yang dipenuhi ukiran rumit di pinggir-pinggirnya, lalu mempersilahkan Dewa masuk. “Ini ruangan bapak dan ada kamar mandi di sebelah sana,” jelasku seraya menunjuk sebuah pintu di sisi kiri.

Dewa mengangguk mengerti, lalu pria itu berjalan ke arah meja kerjanya. Sebelum duduk Dewa melepas jasnya sehingga memperlihatkan kemeja berwarna biru dongker yang ia pakai.

“Pitaloka!” panggil Dewa.

“Ya, Pak?” jawabku siap.

Dewa menyerahkan jasnya padaku. “Tolong gantung ini di sana!” perintahnya seraya menunjuk gantungan baju dengan dagunya.

Hah? Gue nggak salah denger, ‘kan?

“Pitaloka!” panggil Dewa lagi.

Aku mengerjap bingung. “Ya, Pak?”

“Kamu budek?” tuduh Dewa kejam.

Sialan gue dituduh budek!

Trapped  (Terbit) ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora