18. Ayu Birthday

78.8K 7.2K 92
                                    

“Happy birthday to you....”

“Happy birthday to you....”

“Happy birthday Ayu ... happy birthday to you....”

Ayu meniup lilin berangka tiga puluh yang diletakkan di atas cake kesukaan gadis itu yang sengaja kubeli di toko kue langganan tadi siang.

“Yaelah sepik-sepik dikit, kek. Jangan ditaroin angka tiga puluh tapi angka dua tiga,” ujar Ayu dengan bibir mengerucut.

Aku terbahak. “Yaelah terima kenyataan, coy! Udah semakin tuir harusnya semakin sadar diri.”

“Kampret lo!” maki Ayu yang sontak membuat aku dan yang lainnya tertawa kencang.

Malam ini aku dan beberapa anak-anak marketing memang membuat pesta barbeque kecil-kecilan di belakang rumahku yang luas untuk merayakan ulang tahun sahabatku itu.

Selain barbeque aku juga membeli beberapa beer kaleng dengan kadar alkohol rendah dari Olivers. Zuto yang mengantarkannya satu jam lalu. Aku mengajak pria Jepang berambut gondrong itu untuk pesta bersama, tapi sayangnya Zuto menolak karena Olivers sedang begitu ramai.

Agar pesta semakin seru, aku menyiapkan sebuah mikrofon untuk orang-orang yang ingin menyampaikan doanya untuk Ayu. Orang pertama yang maju untuk menyampaikan harapan dan doa adalah Jeje.

Gadis berambut pendek itu maju ke depan, kemudian mulai berbicara. “Halo ... test ... 123 ... test....” Jeje berdeham pelan. “Oke, pertama gue mau bilang happy birthday Mbak Ayuku tercinta! Jangan lupa traktirannya, ya! Gue, sih, nggak minta traktiran muluk-muluk cuma minta ditraktir makan aja seminggu di kantin, hehe.”

“Heh, geblek! Itu, mah, namanya ngerampok!” protes Ayu membuat kami tertawa bersama.

“Terus, gue berharap Mbak Ayu panjang umur, sehat selalu, dan selalu dalam lindungan Tuhan. Amin. Dan semoga cepet punya debay, tapi harus nikah dulu tentunya. Jangan sampe nggak! Amit-amit! Pokoknya semoga selalu bahagia!” seru Jeje sebelum berlalu dan digantikan Indah.

Indah berdeham pelan. “Saya mau ngucapin selamat ulang tahun buat Mbak Ayu. Semoga Mbak Ayu panjang umur dan semua yang diinginkan lekas tercapai. Terus, semoga cepet dapet momongan, eh, maksudnya suami yang baik hati, tidak sombong, rajin menabung, dan tentunya mencintai Mbak Ayu apa adanya. Lalu semoga saya cepet-cepet diangkat jadi karyawan tetap biar gajinya naik, dan bisa beli baju tanpa liat harganya lebih dulu dan—“ Indah menghentikan ucapannya, kemudian meringis pelan. “Sori, kok, saya jadi doain diri sendiri, sih,” keluhnya dan lagi-lagi tawa kami meledak.

“Jangan minum beer makanya. Lo itu masih bocil!” ledek Ayu.

Indah memberengut. “Yaelah, Mbak, nyicip doang masa nggak boleh.” Ayu melotot membuat Indah meralat ucapannya. “Iya saya janji nggak bakal minum beer setetes pun. Pokoknya semoga Mbak Ayu sehat selalu dan selalu bahagia, amin!” Kemudian Indah segera pergi untuk membuang beer kalengnya yang sisa setengah ke tempat sampah. Bagaimana pun Ayu adalah senior panutan Indah. Wajar saja gadis itu tidak mau terlihat buruk di mata Ayu.

Kini giliran Satya yang maju, tapi pria itu lebih memilih menyanyikan lagu ‘Selamat Ulang Tahun’ yang dipopulerkan oleh Jamrud karena tak tahu harus bicara apa. Bahkan, saking niatnya, pria itu sampai membawa gitar kesayangannya yang menurutku super norak, karena gitar itu hanya gitar buluk jadul yang senarnya sudah berulang kali putus.

Lalu jangan lupakan tempelan stiker yang memenuhi sebagian tubuh gitar, membuat si buluk itu keliatan seperti gitar gembel yang harusnya sudah masuk gudang. Tetapi walau begitu, gitar norak itu tidak akan pernah tergantikan. Karena gitar itu satu-satunya barang yang mengingatkan Satya pada kedekatan pria itu dengan papanya yang sudah lama meninggal.

Trapped  (Terbit) ✓Where stories live. Discover now