14. Gosip

85.5K 7.5K 37
                                    

Aku membeli sop iga di warung paling pojok. Setelah sop iga-ku siap aku segera menghapiri meja Ayu dan Jeje untuk makan siang bersama. Tetapi ada yang aneh hari ini. Entah kenapa semua orang berbisik-bisik seraya melirik ke arahku.

“Eh, ini cuma perasaan gue aja atau orang-orang emang pada ngeliatin gue, ya?” tanyaku tak nyaman.

Ayu mengedikan bahu acuh tak acuh. “Perasaan lo aja kali,” jawabnya.

Jeje mengalihkan pandangannya dari gawai. “Mbak Pita, udah liat video di grup kantor belum?” cerocosnya.

Aku mengerutkan dahi. “Video apaan, sih?”

Ayu terbahak seraya mengedip genit. “Video drama Koreah dengan kearifan lokal,” godanya.

Jeje mendekat ke arahku, kemudian menunjukkan sebuah video yang sontak membuatku langsung tersedak teh hangat yang tengah aku minum. Gila! Pantesan aja orang-orang ngeliatin gue segitunya. Pasti gara-gara video ini!

Video yang ditunjukan Jeje adalah rekaman CCTV saat kemarin aku pingsan di lift. Dewa yang panik karena melihatku tak sadarkan diri saat lift terbuka langsung berlari ke arahku dan menggendongku ala bridal style. Kemudian makhluk berkromosom XY itu membawaku ke ruangannya. Melihat itu, pipiku langsung memerah dan dadaku berdebar lebih kencang dari biasanya.

Mampus! Mau ditaro di mana muka gue nanti kalo ketemu si bos?

“Parah, kaya adegan di drama Korea nggak, sih? So sweet banget Pak Dewa. Gue bener-bener iri sama lo, Mbak!” seru Jeje dengan mata berbinar.

“Adegan film India ini yang bikin lo diomongin seantero kantor. Makanya kemaren gue nanya lo ada hubungan apa sama Dewa,” jelas Ayu.

Jeje menatapku antusias. “Jujur sama kita! Mbak Pita ada hubungan apa sama Pak Dewa?” tanya gadis berambut pendek itu.

Aku berdecak keras. “Gue nggak ada hubungan apa-apa sama si bos!” seruku seraya menekankan kata bos.

“Yakin, Mbak?” goda Jeje.

Aku memutar bola mata malas, lalu memilih memakan sop iga-ku yang beraroma menggoda daripada menjawab pertanyaan Jeje yang super ngawur.

“Eh, Mbak Pita udah baikan?” tanya Indah seraya duduk di kursi kosong yang tersisa.

Aku mengangguk mengiakan. “Udah dong!” jawabku seraya tersenyum.
Indah tersenyum segaris. “Maaf, Mbak, kemaren saya nggak peka. Seharusnya saya nggak ninggalin Mbak Pita sendirian di lift padahal kemaren muka Mbak Pita pucet banget,” sesalnya.

“Eh, ini bukan salah lo, kok! Lagian sekarang gue udah nggak papa,” ujarku menenangkan.

“Syukurlah.” Kali ini Indah menatapku serius. “Eh, Mbak, cowok yang kemarin ngikut—“

“Cowok siapa?” potong Jeje kepo.

“Kemaren abis pulang dari KFC Mbak Pita diikutin sama cowok gitu,” jelas Indah. “Kayaknya, sih, cowok itu suka sama Mbak Pita, tapi Mbak Pitanya nolak,” asumsi gadis itu.

“Waduh, jadi kaya stalker gitu, ya?” tanya Jeje seraya bergidik.

Indah mengangguk. “Nah, nyeremin, 'kan? Saran saya, ya, Mbak. Mending Mbak Pita laporin polisi aja. Takutnya nanti dia malah bertindak semakin kelewatan.”

Trapped  (Terbit) ✓Where stories live. Discover now