06. Meet Old Friend

105K 8.8K 43
                                    

Setelah dua hari istirahat total akhirnya hari ini aku kembali masuk kantor. Karena malas mengemudi, aku pun memutuskan berangkat naik O-jek. Aku memesan O-jek lewat aplikasi ojek online yang dua tahun lalu aku unduh dari Playstore.

Tak menunggu lama O-jekku datang. Setelah memakai helm dan membonceng di belakang, abang O-jek segera melajukan motornya ke arah kantorku di daerah Sudirman. Lalu lintas pagi ini lumayan macet, tapi untungnya si abang ojol tahu jalan pintas, sehingga aku bisa sampai di kantor tepat waktu.

"Makasih, Abang!" seruku seraya mengembalikan helm.

Abang O-jek menerima helm yang aku berikan, kemudian mengacungkan jempol kanannya. "Sama-sama, Neng! Jangan lupa bintang limanya, ya!"

Aku ikut mengacungkan jempolku. "Siap, Bang!" seruku.

Setelah menerima ongkos abang O-jek segera berlalu. Aku pun segera beranjak ke dalam kantor. Kali ini aku tidak membuatkan Dewa minuman, karena aku tidak tahu pria itu sedang ingin minum teh atau kopi. Nanti gue salah lagi!

Aku tengah mengatur ulang jadwal Dewa untuk seminggu ke depan saat suara Dewa mengintrupsi. "Pagi, Pitaloka!" sapa Dewa.

Aku pun segera berdiri dan menyapa balik Dewa. "Pagi juga Mas Dewa!"

"Kamu sudah sehat?"

Aku mengangguk mengiakan. "Sudah, Mas."

"Baguslah," ujar Dewa. "Oh, ya, Pitaloka. Tolong batalkan makan siang dengan Anwar Setiawan hari ini."

Aku mengerutkan kening. "Lho, kenapa Mas?" tanyaku bingung.

"Karena saya sudah ada janji makan siang dengan Daniel Rajendra," jawab Dewa yang sontak membuatku mengembangkan senyum. "Serius, Mas?"

Dewa mengangguk mengiakan. Lalu pria itu segera masuk ke ruangannya setelah ia memintaku mengosongkan jadwalnya setelah makan siang nanti. Entahlah bosku itu mau ke mana, aku tidak peduli. Yang penting bonus besar sudah terpampang di depan mataku asal semua deal siang nanti. Yey! Belanjaan gue nggak cuma lagi teronggok di keranjang Shopee!

Mendengar penuturan Dewa membuat semangat kerjaku semakin meningkat dan tentu saja aku tidak sabar untuk rapat nanti siang. Dengan telaten aku mulai memindai notebook yang berisi kumpulan nomor telepon. Aku mencari nama Novinka-sekertaris Anwar Setiawan-untuk membatalkan agenda makan siang hari ini.

Untungnya makan siang dengan Anwar Setiawan hanyalah pertemuan rutin sebulan sekali sebagai formalitas dan silahturahmi antar relasi bisnis. Jadi, tidak masalah diganti jadwal kapan saja.

Baru saja aku selesai bertelepon dengan Novinka, telepon di mejaku kembali berdering. Kali ini dari Dewa, pria itu menyuruhku ke ruangannya saat ini juga. Setelah aku mengiakan Dewa langsung mematikan teleponnya.

Aku segera berdiri dari dudukku, lalu mengetuk pintu ruangan Dewa. Setelah bosku itu memperbolehkan aku masuk, barulah aku masuk ke dalam.

"Ada yang bisa saya bantu, Mas?" tanyaku seraya tersenyum manis.

Dewa mengalihkan pandangan dari laptopnya seraya memberikan tiga lembar kertas padaku. "Tolong fotokopi masing-masing sepuluh lembar!" perintah pria itu.

Trapped  (Terbit) ✓Where stories live. Discover now