16. BadThings

3K 218 1
                                    

Kamis sore, semua telah berubah. Genta kini dalam proses perawatan medis. Tangannya patah dan luka di kepalanya masih belum membuat ia sadar dari pingsannya.

Berbeda dengan kamar Sean, seluruh anak geng Aslan memenuhi kamar jenguk Sean sedangkan Seannya sendiri juga belum sadar. Luka yang Sean punya cukup lumayan parah dan akan lama untuk dihilangkan.

"Gas, kok lu ga ngasih kabar ke gue buru buru kalau Sean nyerang Genta?" ucap Aslan kesal.

"Gue juga baru tau dari anak sekolah lain yang ikut nyerang." jawab Bagas.

"Terus Genta gimana? Mereka berantem pake tangan kosong kan?" tanya Aslan pada Bagas.

"Iya santai aja, katanya sih tangan Genta patah denger denger." ujar Bagas.

Aslan tak memberi respons, ia keluar dari kamar Sean. Membuka hpnya dan mengetik pesan pada Karin untuk datang ke rumah sakit malam ini. Aslan yakin, Sean akan senang kalau Karin ada di saat ia sadar.

Aslan: Rin kamu sibuk? Kalau engga tolong ke rumah sakit

Karin: Siapa yang masuk rumah sakit Lan? Jangan bilang kalian berantem sama geng yang waktu itu?

Aslan: Bukan aku tapi Sean

Karin: Maksudnya? Sean berantem sendirian?

Aslan: Engga, dia sama anak sekolah lain tapi tanpa sepengetahuan kita kita

Karin: Yaudah abis magrib aku datang

Setelah memberi kabar pada Karin, Aslan berjalan di koridor rumah sakit untuk menghilangkan rasa bosan. Ia teringat oleh Genta. Akhirnya Aslan memutuskan untuk berjalan melihat keadaan Genta melalui jendela kamar rawatnya. Terlihat ruangan itu sepi tak ada orang satupun. Entah rasa kasian atau kesal, tapi Aslan rasanya masih memiliki rasa kasian terhadap Genta.

"Harusnya kalau lo ngerasa kesepian, bukan gini cara yang bener." gumam Aslan, raut wajah Aslan perlahan berubah mengingat masa lalunya.

Tiba tiba hp Aslan berbunyi, Angel menelponnya. Aslan melihat notifnya saja sudah malas tapi ia pikir Angel juga harus tau keadaan yang baru terjadi antara Genta dan Sean.

"Iya hallo, Ngel. Ada apa?" ujar Aslan mengangkat telpon Angel.

"Kalian dimana? Aku dapat info dari Andre katanya Sean masuk rumah sakit. Bener Lan? Terus gimana keadaan Sean sekarang Lan? Sean gapapakan?" ucap Angel berbelit-belit.

"Sejak kapan lo perhatian sama Sean?" ucap Aslan, matanya masih melihat keadaan Satria.

"Kok kamu bilangnya gitu sih Lan? Kalian semua itu temen aku!" jawab Angel dengan nada emosinya.

"Oh temen, gue kira cuman boneka doang. Hahaha." ujar Aslan lalu mematikan telpon.

Aslan masih terus memperhatikan keadaan Genta dari luar jendela, sedikit terngiang masa lalunya bersama Genta. Aslan tau bahwa Genta bukan orang yang jahat. Ia hanya merasakan kesepian yang begitu mendalam. Latar belakang keluarga Genta yang buruk membuat Genta di besarkan dengan cara yang salah. Tapi Aslan tau bahwa Genta tidak bermaksud buruk dengan semua rencana yang dulu mereka kerjakan.

"Cara lo aja yang salah, bangsat." gumam Aslan, kecewa.

**Flashback**

"Woi udah pada makan lo semua? Diem diem bae." teriak Satria yang baru datang di markas.

"Ya kali kita makan ninggalin lo," sahut Angel sambil tersenyum.

"Makan tinggal makan ga usah kayak orang susah." timpa Andre, matanya menatap Angel tajam.

"Sean mana? Kok ga keliatan?" ucap Satria yang tidak melihat keberadaan Sean di markas.

"Katanya sih beli makanan," sahut Bagas sambil menyalakan rokok miliknya.

"Katanya berhenti ngerokok lo?" ujar Satria melihat Bagas.

"Tau lu Gas, lu tuh bakal jadi ketos. Masih aja ngerokok." timpal Aslan.

"Yee, itupun kalau lu semua berhasil kampanyein gue!" ujar Bagas tampangnya terlihat masa bodoh.

"Serahin aja ke kita kita kali, lo bakal jadi ketos." ujar Aslan santai.

"Gue pegang omongan lu Lan!" kata Bagas sambil tersenyum.

Tiba tiba notif hp Andre berbunyi, terdapat pesan dari Sean bahwa ia di cegat oleh komplotan sekolah lain.

"Siapa Ndre?" ucap Satria.

"Ini kata si Sean, dia di cegat sama anak sekolah ga di kenal." jawab Andre menatap wajah teman temannya.

"Suruh dia kasih lokasi, kita susul Sean bareng bareng!" teriak Satria memberi aba aba pada semua orang yang ada di markas.

Dengan cepat mereka semua menuju ke tempat lokasi Sean terakhir berada. Bersama sama mereka berjalan menaiki motor gede masing masing. Kecuali Angel pada saat itu ia memilih untuk berboncengan dengan Aslan.

Satria yang memimpin mereka semua langsung memberi aba aba ketika melihat Sean yang sedang di kerjai oleh komplotan sekolah luar. Jumlahnya pada saat itu lumayan banyak sehingga Sean tidak bisa berbuat banyak.

Geng Satria pada saat itu mematikan motornya dan turun langsung menyerang komplotan sekolah luar. Tampak Sean yang sudah terkapar lemah dengan banyak luka memar di wajahnya bekas pukulan.

Sosok Bang Satria pada saat itu benar benar menjadi pahlawan yang hebat sekaligus pelindung yang kuat. Ia bahkan sanggup melawan lima lawan sekaligus pada saat itu. Sedangkan Angel mencuri kesempatan untuk membantu Sean yang terkapar lemah.

Setelah terjadi perkelahian antar geng Satria dengan komplotan sekolah luar itu dengan sengit. Akhirnya komplotan sekolah luar memilih mundur dan kabur.

"Jangan macam macam lu pada! Besok kita ketemuan di sini dengan jam yang sama buat memperebutkan daerah kekuasaan! Awas kalau lo semua ga datang!" ujar salah satu orang dari komplotan itu sebelum benar benar pergi.

Besoknya di jam yang sama serta tempat yang sama geng Satria dan kawan kawan sudah berkumpul lengkap bahkan Angel sudah membawa tongkat baseball sebagai penjagaan terhadap dirinya.

Tampak dari kejauhan satu motor datang lalu berhenti di depan mereka semua dengan tampang tidak bersalah.

"Oh jadi kalian yang anak buah gue sebut sebut." ujar Genta tersenyum meremehkan.

"Sialan lo, ga usah belagu pake datang sendirian." teriak Satria.

"Lo gantle? One on one bosku!" jawab Genta tersenyum licik.

Tanpa basa basi Satria langsung maju menyerang Genta tapi tak ada satu seranganpun yang membuat Genta terluka. Begitupula Genta, ia tidak berhasil menyerang Satria tapi malah fokus menahan serangan dari Satria.

Hingga saat Satria ingin menendang kepala Genta, Genta menunduk dan menendang balik badan Satria hingga terjatuh. Pada saat itu Sean geram dan memilih untuk menyerang Genta menggunakan tongkat yang di pegang  oleh Angel. Benar saja, Genta langsung pingsan ketika ia di serang dari belakang oleh Sean.

Dengan cepat mereka semua pergi dari kawasan itu, dan meninggalkan Genta yang terkapar lemah di jalanan sendirian.

Tapi justru mereka semua tidak sadar, malapetaka akan datang padanya ketika mereka berkelahi dengan curang. Apa lagi menyerang diam diam seperti tadi.

Ratusan pasukan Genta siap menyerang mereka kapan saja.

***

SeanWhere stories live. Discover now