38. Menjauhlah

2.2K 92 0
                                    

Andre langsung berlari untuk memastikan orang yang berada di balik tembok itu bukan Karin, tapi nyatanya itu benar benar Karin yang sedang melihat mereka. Andre langsung menarik masuk Karin dan memutuskan untuk menitipkan Karin pada mba Dewi yang berjaga di kantin.

"Kalau kamu mau bahayain diri kamu sendiri, jangan buat orang lain khawatir dengan keadaan dirimu." Andre menatap mata Karin yang ketakutan, ia juga kecewa dengan semuanya.

Karin mengangkat kepalanya dan menatap balik Andre, "Apa kalian semua pikir masalah cuman bisa di selesaikan dengan berantem?"

Andre memijit pelipis kepalanya, ia tak bisa menjawab pertanyaan Karin yang membuat dirinya terjebak.

"Rin..."

"Selesaikan semuanya, jangan pernah kalian muncul di depan aku lagi. Aku ga pernah mau punya teman yang selalu membesarkan egonya dengan ototnya." ucap Karin dengan tajam, ia langsung berbalik meninggalkan Andre.

Andre menatap kepergian Karin dengan rasa sedikit bersalah, ia tau betul bahwa semua ini tidak seharusnya terjadi. Ego diri masing masinglah yang membuat mereka semua ingin merasakan kemenangan melawan SMA Bimasakti.

Setelah Andre melihat punggung Karin tertutupi oleh siswa siswa lain dan merasa Karin benar benar sudah pergi, Andre langsung berlari kembali menuju markas belakang sekolah.

Andre tak menyangka sekarang posisi Leon dan Aslan sudah berbalik. Leon berdiri dan mengejek Aslan yang tersungkur lemas jatuh di tanah. Luka di bibir Aslan sendiri cukup parah juga banyak luka di pipinya.

"Kenapa? Udah lemes?" Leon tertawa kecil karena melihat Aslan yang terus mencoba berdiri tapi tak bisa.

"Siala..."

Belum sempat Aslan berbicara, Leon langsung menendang Aslan hingga ia terguling di tanah. Aslan terbatuk batuk karena tendangan kaki Leon yang cukup keras. Anak SMA Bimasakti langsung tertawa melihat Aslan yang bahkan sudah tak mampu lagi berdiri.

Sean menatap Leon dengan penuh benci, ia benar benar merasakan hal yang sama sedang terjadi seperti masa lalunya. Ketika Satria kalah dari Genta, Sean hanya bisa diam terpaku melihat kekalahan di depan matanya. Ingin rasanya ia maju, tapi rasa takut telah menyelimuti Sean.

"Lo ga mau maju?" Leon mengejek Sean yang terus menatapnya penuh kebencian.

Sean masih terpaku di tempatnya, ia benar benar tak berani beranjak maju dan menyerang Leon. Sean tau betul bagaimana Leon bisa terpilih menjadi pengganti Genta di SMAnya.

Tiba tiba saja Andre menjotos muka Leon dengan keras hingga membuat Leon mundur beberapa langkah karena mendapat serangan tiba tiba dari Andre.

"Lo harusnya berhadapan sama gue anjing!" teriak Andre.

Andre langsung maju mencoba lagi menyerang Leon, banyak jotosannya yang tak berhasil mengenai Leon dan juga dapat ditangkis oleh Leon.

"Kenapa? Lo ga bisa nyerang gue kalau secara langsung?" Leon menangkap kepalan tangan Andre yang mengincar hidungnya.

Leon yang sedang berbicara dan tidak memperhatikan Andre dengan betul akhirnya terbuka celah. Sikut kaki Andre langsung menghajar perut Leon hingga membuatnya mundur.

Andre langsung menjotos wajah Leon dengan keras ketika Leon kehilangan keseimbangannya. Leon terjatuh dan dengan cepat Andre duduk di atas perutnya dan menghajar habis wajah Leon hingga penuh luka.

Leon tak mencoba menangkis saat itu, ia benar benar kehilangan pertahanannya. Leon hanya terus tersenyum melihat emosi Andre yang membara. Leon pikir ia akan pingsan dalam beberapa pukulan lagi.

Nyatanya tidak.

Sean menarik Andre yang sedang membabi buta Leon, ia melempar Andre agar menjauh dari Leon.

"Kalau lo pikir hari ini gue menang, lo salah. SMA lu yang menang hari ini." Sean menatap Leon yang sudah tak berdaya.

"Hah?" Leon tersenyum mendengar apa yang di ucapkan Sean.

"Perjanjian awal, one on one. Aslan udah kalah dari lo hari ini. Jadi pergi sekarang dari sekolah gue." ucap Sean dingin lalu meninggalkan markas belakang sekolah di ikuti teman temannya yang membawa Aslan.

***

Aslan terbangun dari pingsannya, ia melihat atap atap yang sudah tak asing lagi bagi dirinya setelah biasa berkelahi. UKS.

"Lo udah sadar?" ucap Sean dingin.

Aslan melihat sekeliling UKS yang hanya ada Sean dengan Andre. Aslan mencoba mencari seseorang yang biasanya akan ada ketika terjadi sesuatu terhadap dirinya.

Orang itu tidak ada di sini. Aslan akhirnya sadar akan hal itu.

"Karin sempat ke sini sebentar tapi abis itu doi langsung cabut," ujar Andre yang melihat Aslan terus melihat sekeliling UKS.

"Gue ga cari Karin," Aslan menatap tajam mata Andre.

"Lo ga perlu bohong," sahut Sean.

"Gue cari Bagas sama Jeffry." Aslan membalikkan badannya agar ia tidur tanpa melihat Andre dan Sean.

"Lo pikir gue bego? Sampe lupa kalau Bagas sama Jeffry hari ini ga masuk." Andre tertawa kecil melihat Aslan yang mencoba membohonginya.

"Kalau lo kangen sama Karin, cepat telpon dia. Sebelum dia benar benar berubah sikap karena lo." Sean berdiri lalu pergi meninggalkan UKS.

Aslan yang merasa sudah tidak ada kehadiran Sean di sekitarnya langsung membalikkan badan lagi dan melihat ke arah Andre.

"Karin kenapa?" tanya Aslan, nadanya kali ini benar benar terdengar saat rendah.

"Karin kecewa ngeliat kita semua perang sama SMA Bimasakti." jawab Andre dingin.

"Gue bakal berusaha buat dia benci sama gue aja, kalian jangan." gumam Aslan, ia menghela napasnya dalam dalam kemudian menutup matanya dan mencoba tertidur lagi.

"Yang ada di hati Karin itu cuman lo, seromantis apapun gue atau seberani apapun Sean dalam mengorbankan sesuatu. Tapi kalau yang Karin mau cuman lo. Walaupun lo ga ngapa ngapain di mata dia. Lo tetap sama berharganya sama kita kita. Apa lagi lo ngorbanin sesuatu demi dia." Andre ikut memejamkan matanya, ia juga tak menyadari mulutnya tak bisa berhenti berbicara.

"Gue cuman mau liat Sean senyum lagi, sama kayak waktu kita bertiga masih kecil Ndre." Aslan diam diam meneteskan satu air matanya.

"Gue ga tau apa yang bakal terjadi ke depannya kalau kita semua terus terusan berkelahi, gue jadi ingin memahami apa yang Karin katakan pada gue." Andre melirik ke arah Aslan yang masih memejamkan matanya.

"Ap..."

"Tidak semua masalah di selesaikan dengan otot," Andre bahkan langsung memotong ucapan Aslan untuk mengatakan ini semua.

Aslan melirik ke arah Andre, ia menggerakan tangannya dan memberi jempol ke pada Andre.

Andre menghela napasnya dengan kasar, ia tak tau mau sampai kapan pertemanan mereka terus di bumbui oleh perkelahian.

Ingin saja rasanya bagi Andre dan Aslan untuk kembali ke masa kecil dan menikmati mainan tanpa merasakan pahitnya kehidupan di dunia ini.

"Ndre, bantu gue." gumam Aslan, nadanya terdengar sedih.

SeanWhere stories live. Discover now