22. Salting

2.7K 136 4
                                    

"Pegangan," mata Aslan melirik ke arah Karin yang menaiki motor.

"Heem," jawab Karin.

Aslan menjalankan motornya dengan kecepatan pelan sambil menikmati kebersamaannya dengan Karin.

"Kita mau kemana?" ucap Aslan.

"Terserah kamu aku mah," jawab Karin.

"Terserahnya cewek itu susah di tebak," ujar Aslan tersenyum semeringah.

"Tapi aku bukan tipe cewek yang gitu, aku mah kalau udah terserah ya udah terserah aja." jelas Karin, bibirnya sedikit ia cemberutkan.

"Kalau gitu kita ke nonton dulu aja gimana?" usul Aslan.

"Boleh," Karin menjawab sambil beri anggukan.

Aslan langsung mengegas motornya dengan kecepatan penuh yang membuat Karin terkejut lalu berteriak.

"Aslaaaan!" teriak Karin saat motor yang di kendarai Aslan memasuki kecepatan penuh.

"Kenapa Karin?" Aslan tersenyum melihat tingkah Karin, lalu ia kembali memelankan kecepatannya.

"Aku takut, jangan ngebut ngebut ntar kalau aku kenapa kenapa gimana?" ucap Karin merengek.

"Makanya peluk aku dong," ujar Aslan lalu tertawa kecil.

Karin langsung mencubit pinggang Aslan dengan ekspresi kesalnya.

"Aaaa, sakit Kariiin. Jangan cubit ntar kalau aku nabrak gimana?" Aslan tertawa terbahak bahak.

"Iih kamu mah gitu, aku beneran takut tau tadi." ucap Karin, nadanya sedikit kecil.

"Kamu ga perlu takut apa apa, aku bakal jaga kamu." gumam Aslan yang masih bisa di dengar Karin.

"Gombal ish," ucap Karin.

"Kamu tau Rin, waktu kamu di culik sama Genta. Aku bener bener ngerasa bersalah, maafin aku ya." ujar Aslan, ia meraih tangan Karin untuk memegang pinggangnya.

"Kamu ga perlu ngerasa bersalah, semua udah berakhir." jawab Karin lalu tersenyum.

"Aku bener bener ga tau mesti ngelakuin apa waktu itu. Genta adalah orang yang berarti dalam hidup aku sekalinya dia berubah itu ga akan bisa merubah fakta bahwa dia teman terbaikku juga." jelas Aslan lirih, kenangan yang dulu pernah ia lakukan bersama Genta sedikit kembali menghantuinya.

"Aku juga mau dong kayak Genta yang udah berubah tetep aja kamu sayang," ejek Karin melihat muka Aslan yang sedikit murung.

"Bodoh ya aku Rin bisa bisanya punya teman kayak Genta yang jelas jelas hidupnya berandalan," ucap Aslan kembali murung.

"Kadang ya Lan, kita itu harus bisa menerima tanpa mengeluh. Anggap aja semua ini udah selesai toh Genta udah ga ganggu kamu lagi sekarang." ucap Karin mencoba menghibur.

"Aku sayang kamu Rin," gumam Aslan.

"Hah? Apa Lan? Ga kedengaran," ujar Karin, ia benar benar tak mendengar apa yang di ucapkan Aslan sebab ada knalpot mobil yang berisik melewati mereka tadi.

"Kamu bijak banget hari ini Rin," teriak Aslan lalu tersenyum.

"Bohong tadi kamu ga bilang gitu kok," kesal Karin.

"Ga usah cemberut, itu yang bikin manis kamu nambah tiap detiknya." ujar Aslan melirik ke arah Karin.

"Kamu jago gombal di ajarin siapa sih?" ucap Karin heran.

"Aku ga belajar sama siapa siapa, murni pure bawaan pabrik kalau ini mah," tawa Aslan pecah.

"Mamah kamu ngidam apa ya sampe anaknya jadi begini," ejek Karin.

SeanWhere stories live. Discover now