HITAM PUTIH

232K 14.1K 543
                                    

Juna
Sayang jangan marah, maafin aku

Salsa baru membuka pesan via WhatsApp itu ketika dia ingin beranjak tidur. Lama sekali memang. Dari sekitar jam setengah sepuluh pagi, tapi baru dibuka jam delapan malam. Sengaja? Tentu saja tidak. Salsa tidak tau kalau Juna mengiriminya pesan. Dia terlalu sibuk dengan masalahnya hari ini. Masa pahit itu menganggunya lagi.

Flashback on

Salsa terpaksa pulang dari sekolah, karena papa, mama, serta Lisa datang ke Jakarta. Mereka ingin bertemu dengannya. Sejujurnya, kalau saja Salsa tak punya rasa sopan dan hormat, tidak mungkin Salsa mau menemui mereka bertiga. Sayangnya rasa sopan dan hormat itu sudah ditancapkan oleh mendiang kakek neneknya sejak kecil.

Mobil Salsa sudah masuk pekarangan rumahnya. Nampak ada satu mobil hitam keluaran terbaru juga terparkir rapi di pekarangannya. Tiga orang yang dikenalinya sedang duduk di kursi teras. Tentu saja karena mereka tak memiliki kendali apapun di rumah ini.

Saat Salsa berjalan mendekati mereka bertiga, salah satu dari mereka berlari mendekatinya dulu. Memeluknya erat, hingga Salsa serasa ingin terhuyung ke belakang.

"Salsa, aku kangen", ucap Lisa sembari memeluk adik tirinya.

"Apasih, gue gak tertarik sama drama lo", Salsa mendorong tubuh Lisa agar menjauh darinya.

"Salsa, gak boleh gitu", ucap Dewi, mamanya.

"Saya rasa itu menjadi hak saya", ucap Salsa.

"Salsa!", Brian berucap tegas.

"Apa?", sahut Salsa.

"Bisa sopan sedikit sama mama?", pinta Brian.

Salsa kurang tertarik untuk meladeni mereka bertiga yang hanya bermain peran untuk memainkan sebuah drama. Salsa sudah muak dengan epilog dari drama itu. Ujung-ujungnya, dia yang harus tersisih.

Salsa beranjak mendekati pintu dan membukanya, lalu masuk tanpa mempersilahkan ketiganya masuk. Pikiran Salsa mengatakan bahwa, tanpa disuruh saja, ketiga orang ini akan masuk. Lihat saja nanti.

"Sal", Lisa memanggil namanya, tapi Salsa acuh. Dan benar saja, mereka masuk tanpa diizinkan terlebih dahulu.

"Dandi sering main kesini?", tanya Dewi.

"Hm".

"Kamu sering ke rumah tante Anjar?", lanjut mamanya.

"Hm".

"Kam--".

"Sebenarnya kalian mau apa? Apa kalian kesini hanya untuk menginterogasi saya?", selah Salsa karena jengah.

"Kami mau ajak kamu ke Bandung", jawab Brian, papanya.

"Maaf, saya tidak bisa. Bahkan, jika boleh saja jujur, saya tidak mau", tolak Salsa.

"Kenapa, Sal? Kita kangen sama kamu. Rumah kurang lengkap kalau gak ada kamu, tau gak?", ucap Lisa.

"Gak", jawab Salsa ogah-ogahan.

"Disana enak loh, Sal. Aku kangen pengen main sama kamu. Sekarang kita udah gede, aku pengen curhat-curhatan sama kamu".

"Tapi gue enggak tuh", ucapnya.

"Salsa yang sopan sedikit sama kakak kamu!", lagi-lagi Brian memperingatkannya.

"Nenek saya bilang, silsilah keluarga saya, saya adalah anak tunggal. Jadi, yang anda maksud kakak saya, itu siapa?", tanya Salsa.

ARJUNA [TERBIT DI GLORIOUS PUBLISHER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang