Part #3

2.7K 276 14
                                        

"Mereka bukan sekedar anak remaja dewasa yang sedang mencari jati diri, mereka ber-9 lebih dari itu.
Kodenya adalah 9-9=9 atau 9-0=9..."





















Pagi ini matahari sedang enggan menampakkan cahayanya dan teriknya, mendung muncul di seluruh langit distrik dan seluruh kota.
Perlahan rintikan air yang jatuh dari langit membasahi permukaan bumi dengan rata dan deras, hingga sedikit membuat aktivitas pagi menjadi menyulitkan.

"Apakah kau bisa menghentikan ini?" tanya Minho pada saudara yang lebih muda dari nya, Jeongin.

"Aku tidak yakin hyung, ini sudah lama!" jawabnya dengan memandangi tetesan air hujan yang lamban laun semakin deras dan membuat genangan air sisi jalanan, mereka sedang di halte bus saat ini.

"ck. Apa Chan hyung melarang mu?" tanyanya dengan nada suara yang terdengar sangat tidak suka.

"Ah tidak begitu hyung, aku hanya sedang mengurangi intensitas nya saja." Jeongin

Hening selama 10 menit, mereka masih setia menatap hujan yang deras dan beberapa mobil dan truk yang berlalu lalang dengan kecepatan standar

"Apa kau tidak ingin mencobanya? Agar kita bisa cepat pulang.." ujar Minho sembari menatap jari-jari tangan Jeongin yang seakan-akan sedang bermain dengan air hujan, namun nyatanya memang iya.

Jeongin memutar-mutar jari telunjuknya seperti sedang mengobok sebuah air pada baskom, dengan hitungan detik air dihadapannya berubah menjadi bongkahan es kecil.

Minho menatapnya dengan seringaian yang kentara, lalu menatap adik kecilnya dengan tatapan yang tak dapat di artikan.

Dan tanpa mereka sadari di ujung jalan tempat mereka berdiri tepatnya di sebuah gang kecil sesosok berkabut hitam sedang mengamati mereka, lebih tepatnya mengamati Jeongin.

"Aku tidak perlu mencobanya hyung, akan ku pastikan sebentar lagi hujan akan reda.." ucapnya sembari menatap hamparan mendung di atas sana, menerawang kapan hujan akan berhenti.

"Kau yakin?" Minho dengan smirk ya,

"Lihat saja, dalam hitungan lima detik setelah aku berkata ini hujan akan berhenti.." balasnya juga dengan mengalihkan atensi nya kini menatap Minho dengan licik..

5..
4..
3..
2..
1..


Benar saja, hujan deras yang semula seperti menunjukkan tidak akan ada redanya kini berhenti tanpa gerimis sama sekali. Jalanan masih basah namun hujan telah reda 5 detik yang lalu, entah apa yang di rencanakan Jeongin.

Tapi yang pasti sosok hitam berkabut itu melihat semuanya yang di lakukan oleh tangan dan pikiran Jeongin, setelah nya sosok berkabut itu pergi dengan meninggalkan jejak darah segar karena pengikut setianya.







Mereka berdua sudah berada dalam apartement mewah milik keluarga nya, Minho dan Jeongin baru saja sampai dari halte tadi.

Cklek... (suara pintu apartement)

"Hei, dari mana saja kalian?" ujar seseorang yang kini tengah bersandar pada pintu pemisah antara ruang berkumpul dengan ruang tamu. Kim Woojin saudara pertama dan tertua.

"Hyung, terima kasih atas bantuan mu" ucap Jeongin dengan mengembangkan senyum hingga memperlihatkan deretan kawat giginya, Woojin hanya mengangguk sebagai jawabannya.
Sedangkan Minho? tentu ia tidak paham.

QUESTION 'who is the red-black mist(?)'Where stories live. Discover now