Part #9

1.6K 197 16
                                        

“Darah, Senjata, Dinding, Jalanan, Robekan, Teriakan, Tangga, Elevator, Tangisan, World...
     Dunia itu luas, iya! Semua orang juga mengetahuinya.. Namun, pada dasarnya dunia itu tidak ada bedanya dengan sebidang kotak..” - D.P.J



















Dunia ini memang begitu lucu dengan segala leluconnya dari yang maha kuasa buat, memberi sebuah kisah tanpa mampu di duga oleh sang umat.

Tantangan dan rintangan ibarat semua trek lintasan yang wajib yang harus dituntaskan ketika masa hidup, tidak memandang tua-muda, kaya-miskin, pintar-bodoh, rupawan ataupun tidak semua umatnya akan melakukan nya.

Mewajibkan memilih satu dari dua opsi antara hidup atau mati, lenyap atau bertahan bahkan membunuh atau dibunuh.

Opsi-opsi kecil yang juga ikut adil dalam sebuah perjalanan kehidupan, ibarat sebuah quiz yang bertaruh nyawa jika salah satu dari ribuan nyawa itu gagal maka satu harus terkorban kan. Hidup itu seperti warna abu-abu, warna semu yang terkadang membutakan, menyesatkan dan menghilangkan segala arah jalan.

Tidak terkecuali sebuah harapan

Bukannya lekas sadar atau menunjukan tanda-tanda kehidupan dari masa tak sadarkan diri, Minho masihlah betah dengan masa tidur tanpa ujungnya. Sudah lebih dari 6 bulan ini, badan dinginnya masih tertidur tanpa ada kepastian kapan ia akan segera bangun.

Menyisakan tanda tanya besar pada delapan saudaranya yang lain, akan kah ia bisa bertahan hidup atau justru akan berakhir dengan berhenti?
Ramuan, obat-obatan racik yang selalu Changbin buatpun hanya sebagai pemulih luka tanpa membuat seseorang nya hidup.

Sudah banyak waktu pula yang mereka habiskan untuk menunggu dan menanti atas kesadaran Minho yang masih terlihat fana untuk mereka semua,

Felix? Setelah melakukan hal diluar nalar dan ekspektasi seluruh saudaranya kini ia harus merelakan tulang belakang dalam kondisi pemulihan setelah membentur baja dan tertimbun reruntuhan bangunan lantai 4, akibat dari kecerobohannya untuk membalaskan dendam hyung sekaratnya pada musuh yang tidak pernah ia prediksi jika memiliki kemampuan diluar jangkauan nya.

Semua terjadi begitu saja, luka satu maka akan semua akan ikut. Minho tumbang maka disusul oleh Felix, lalu akankah ada yang ingin menduduki peringkat ketiga setelah Minho dan Felix?

Hari ini, sore ini mereka tengah berkumpul. Lebih tepatnya mereka bertujuh, sebab kedua saudaranya yang lain tengah berada di kamar mereka masing-masing dengan Minho yang belum sadarkan diri sejak enam bulan yang lalu dan Felix yang tengah terbaring sebab tulang belakangnya yang retak mengharuskan nya istirahat total.

Chan sebagai Hyung tertua kedua, tengah disibukan dengan tangan dan fokus matanya pada sebuah buku usang dengan aksara Romawi kuno yang tidak semua orang bisa membacanya. Di antara mereka bersembilan, hanya Minho dan Chan saja yang bisa membaca aksara-aksara rumit dan memusingkan kepala.

"Hyung, bagaimana?" tanya Hyunjin yang sedari tadi hanya diam mengamati Chan yang tengah sibuk membolak-balikkan buku usang tebal yang tidak ia pahami tulisannya

"Aku tidak paham dengan maksud tulisan ini, kalimatnya terlalu berbelit.." ucapnya sembari melepaskan kacamata bacanya dan menaruhnya di sisi buku usang tersebut

"Hah.. Jika begini caranya maka kita tidak akan tau siapa makhluk aneh itu dan darimana asalnya" Hyunjin menghela nafas panjang, ia tidak ingin membuat korban terlalu banyak lagi terlebih melibatkan saudaranya sendiri. Cukup Minho yang belum sadar dan Felix yang patah tulang bagian belakang, yang lainnya tak perlu

QUESTION 'who is the red-black mist(?)'Where stories live. Discover now