Part #7

1.7K 260 7
                                        

"Jangan lupa bahwa dunia ini suka menyentuh kaki telanjang mu dan angin nya bersemangat untuk bermain dengan rambutmu.." - Khalil Gibran





.
.
.
.
.
.
.




Waktu sudah berjalan sesuai detiknya, mengubah semua hal yang sempurna menjadi cacat. Dan begitu juga sebaliknya, dunia memang aneh jika mencoba untuk dirasakan.


Bahkan dunia akan sangat membingungkan jika mencoba untuk di pikiran, terlalu banyak hal nyata maupun tidak.
Terlalu rumit dan sulit untuk di pecahkan atau bahkan di mengerti, dunia terkadang juga menunjukkan ke-egoisan nya.

Menghancurkan, melenyapkan, dan bahkan memberi kehidupan lalu setelahnya membiarkan nya hingga kematian menjemputnya.

Takdir dan dunia adalah satu jalan yang sama namun berbeda, beriringan namun tidak satu tujuan.
Ketika dunia yang memberi kehidupan dan banyak hal pada manusia nya, maka takdir adalah hukum alam yang sudah digariskan oleh sang penciptanya.

Lee Minho, sudah digariskan oleh sang pencipta sebagai penghancur. Namun dunia masih pada egoisnya, menghalangi kodratnya sebagai mana mestinya.

Melindungi dan bukan dilindungi yang pada akhirnya menghilang, mungkin itu yang diharapkan takdir.

"Aku benar-benar gagal, sebagai pelindung untuk mu.." ucap laki-laki berambut blonde, yang kini menatap kosong kearah tubuh lemah yang sangat dijaga nya. Tubuh Lee Minho, yang terbaring lemas masih dengan luka-luka yang terpajang sempurna di setiap bagian tubuhnya.

Matanya tertutup begitu rapat, menampilkan sesuatu yang seperti sedang tertidur pulas dan damai disana. Namun nyatanya (?)

"Hiks.. hyung!! Bangunlah... Ku mohon, YA TUHAN..." jerit Seungmin, masih setia disamping tubuh lemas itu dengan sekali mengguncang nya pelan.

Terpukul, kehilangan, sedih, hancur, dan tersiksa itu gambaran perasaan delapan orang yang kini mereka rasakan. Tidak ada peluang untuk mengulangi masa itu, tidak ada keajaiban yang mengubah waktu saat itu juga. Atau mungkin (?)

Semua sedang berjalan layaknya air, terus mengalir tanpa henti sesuai jalannya.

Mereka pun juga sama, menyesali? Itu pasti. Kehilangan? bahkan mereka benci pada kenyataannya yang mengatakan bahwa mereka memang sedang mengalaminya.

Manusia tetap lah manusia, tidak ada yang abadi di dunia. Meski sekuat apapun dia, pada kodratnya manusia diciptakan dari segumpal tanah yang pada akhirnya tanahlah jawaban akhir dari panjang nya kehidupan.

Tidak ada hal yang bisa di sesali, saat takdir sudah bertindak. Sekalipun kita meronta, percayalah semua akan tetap berjalan pada garisnya.

"Apa yang harus ku katakan pada Mom's dan Dad's nanti?" ucap laki-laki bersurai gelap, laki-laki beruang madu.

Woojin masih menatap tubuh Minho di atas kasur disana, sesekali cairan bening keluar dari kedua pelupuk matanya. Dada nya terasa sesak dan ngilu, melihat seseorang yang dengan bodohnya bertindak jauh dari pemikiran nya tadinya.

Woojin merutuki dirinya sendiri, mencoba menyalahkan dirinya sendiri meski pada hakikatnya tidak ada kesalahan disini. Hancur? Ya Woojin hancur, merasa gagal menjaga adik bodohnya yang terkadang membuatnya kehilangan kesabarannya. Tapi pada dasarnya Woojin adalah kakak pada umum nya, menjaga, melindungi, dan menyayangi adik kecilnya.

Gagal.

Itu adalah definisi dari usaha sia-sia yang ia lakukan selama ini, usaha dengan akhir harus kehilangan (?)

QUESTION 'who is the red-black mist(?)'Where stories live. Discover now