2.2 | Shoking

20.3K 2.6K 142
                                    

Helaan napas lolos dari sela bibir Doyoung. Dengan setelan kemeja lengkap dan sepatu hitam mengkilap, Doyoung melangkahkan kakinya dengan mantap menuju salah satu sopa di lobby.

Langkahnya terhenti begitu ia melihat dengan jelas siapa yang akan di datanginya. Laki-laki tinggi dengan kemeja hitam dan celana jeans hitam serta sepatu hitam berles putih, nampak sangat tenang duduk di sopa menghadap ke arah luar lobby.

Tanpa disadari ada rasa cemburu yang merasuk ke dalam diri Doyoung saat melihat laki-laki itu. Cemburu ketika ia sadar kalau laki-laki itulah yang sekarang memiliki wanitanya sepenuhnya. Hingga mata Doyoung tak sengaja menangkap benda bundar yang melingkar di jari manis sebelah kiri laki-laki itu, sama persis seperti milik wanitanya.

Dengan segala rasa aneh yang menusuk dirinya bahkan membuat suhu sekitar terasa begitu panas, ia pun melanjutkan langkahnya menuju Mingyu.

"Hai." Sapaan canggung Doyoung, kepada Mingyu membuat laki-laki berkulit eksotis itu terkejut.

"Eh— hai."

Doyoung tersenyum ramah seperti biasa, meski rasanya badannya semakin gerah. "Udah lama?"

"Nggak juga." Mingyu melemparkan senyum mansinya. "Keren deh lo, pake jas gituan. Udah sukses."

Mendengar itu Doyoung terkekeh. "Biasa aja, masih perusahaan Ayah saya. Ada apa nih? Tumben sampai datang kesini?"

"Gini, langsung aja kali ya, gue mau jemput ade gue soalnya." Kekeh Mingyu diakhir katanya. "Gue mau ke Belanda dua bulan."

"Hah?"

"Biasa aja." Kekeh Mingyu. "Gue mau titip Taerin."

Inikah yang disebut tertimpa durian?

"Kamu nggak salah?"

Mingyu terkekeh. "Nggak lah, gue kesana sama Kak Taeyong soalnya ada mau buat brend baru."

"Jeno?"

"Kayak nggak tau Jeno aja lo. Pulang juga seminggu sekali."

Doyoung diam. Bukan diam karena berpikir tapi terkejut. Terkejut kerena tiba-tiba saja laki-laki yang ia cemburui malah menitipkan wanita masalalunya ke dia. Apakah Mingyu tidak tahu resiko yang akan terjadi? Kenapa ia begitu santai menitipkan seseorang itu?

"Gimana? Nggak harus 24 jam kok, cuma ya kalo dia mau kemana-mana sama lo aja atau ada sesuatu lo bisa bantu."

"Kapan kamu berangkat?"

"Lusa, pagi jam delapan."

Berpikir sejenak, rasanya Doyoung harus berpikir lebih tenang lagi. "Saya pikir-pikir dulu bisa? Besok atau malam nanti saya hubungi."

"Okey, tapi jangan lama ya."

"Oh, iya Taerin tau ini?"

Mingyu tersenyum sembari menggeleng. "Diam-diam aja."

Doyoung pun mengernyitkan dahinya bingung. "Maksudnya dia nggak tau kamu pergi?"

Lagi-lagi Mingyu terkekeh. "Ya kalo itu tau lah, tapi dia nggak tau soal ini."

Bukankah itu menambah besar resiko buruk yang akan terjadi?

"Yaudah gue tinggal dulu ya, ade gue udah nunggu." Mingyu pun berdiri dari duduknya. "Gue tunggu ya kabarnya."

Doyoung ikut berdiri dan bersalaman dengan Mingyu yang kemudian berlalu pergi. Sementara Doyoung masih tetap di tempat, menatap tak percaya hal yang baru saja terjadi.

Drrrtt... Drrrttt...

Jaehyun is calling...

"Halo?"

Perfect | Kim Doyoung ✓ [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now